Afiksasi adalah salah satu proses pembentukan kata yang sangat fundamental dalam tata bahasa Indonesia. Secara sederhana, afiksasi adalah proses pengimbuhan, yaitu penambahan morfem terikat (afiks) pada suatu morfem bebas (kata dasar) untuk menghasilkan kata baru dengan makna yang berbeda atau fungsi gramatikal yang baru. Proses ini memungkinkan kekayaan kosakata dan fleksibilitas ekspresi dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam konteks keilmuan.
Dalam linguistik, afiks dibedakan berdasarkan posisi penempatannya terhadap kata dasar. Empat jenis afiks utama yang paling sering kita temui adalah prefiks (awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan sirkumfiks (gabungan awalan dan akhiran yang bekerja serempak). Memahami peran masing-masing afiks sangat krusial untuk mengurai struktur kata kompleks dan memahami nuansa makna yang terkandung di dalamnya.
Representasi visual dari penambahan afiks pada kata dasar.
Prefiks adalah morfem yang dilekatkan di awal kata dasar. Prefiks sangat aktif dalam mengubah kelas kata atau menambahkan makna tertentu, seperti menyatakan tindakan aktif (misalnya me- menjadi membaca), kepemilikan (ke- dalam kata kuno), atau bentuk pasif (di-).
me- → mengajar (prefiks aktif)
Sufiks dilekatkan di akhir kata dasar. Sufiks sering berfungsi untuk mengubah makna atau menambahkan fungsi gramatikal, seperti membentuk kata benda (-an, -wan), menjadikan verba transitif (-kan, -i), atau membentuk kata sifat.
-an → mainan (sufiks pembentuk nomina)
Infiks adalah afiks yang disisipkan di tengah kata dasar. Dalam bahasa Indonesia modern, jumlah infiks relatif sedikit dan sering kali hanya terlihat pada beberapa kata lama atau kata serapan yang sudah terbekukan. Contoh paling umum adalah -el- dan -em-, meskipun penggunaannya kini sangat terbatas.
-el- → kelukunang (bentuk lama yang kini menjadi kata dasar tunggal).
Sirkumfiks adalah gabungan dari prefiks dan sufiks yang bekerja bersama-sama sebagai satu unit morfem untuk menghasilkan makna baru. Jika salah satu dari gabungan tersebut dilepaskan, makna kata baru tidak akan terbentuk dengan sempurna atau maknanya berubah drastis. Contoh sirkumfiks yang sangat produktif adalah ke-an (untuk menyatakan keadaan) dan per-an (untuk menyatakan hasil atau tempat).
per-an → peradilan (sirkumfiks pembentuk nomina).
Afiksasi bukan sekadar penambahan bunyi; ia adalah mesin produktif bahasa. Melalui afiksasi, sebuah kata dasar tunggal seperti 'lihat' dapat berkembang menjadi berbagai bentuk dengan fungsi yang berbeda: melihat (verba aktif), dilihat (verba pasif), penglihatan (nomina hasil/alat), lihatlah (verba imperatif), dan perlihat (verba kausatif).
Perubahan makna ini sering kali melibatkan perubahan kategori sintaksis. Misalnya, penambahan sufiks -an pada kata kerja (verba) sering menghasilkan kata benda (nomina) yang merujuk pada hasil tindakan tersebut. Fleksibilitas ini yang membuat bahasa Indonesia mampu menciptakan istilah teknis baru tanpa harus meminjam kata utuh dari bahasa lain, cukup dengan memodifikasi kata yang sudah ada melalui proses afiksasi yang konsisten.
Dalam pembelajaran bahasa, menguasai pola-pola afiksasi ini adalah kunci untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, memungkinkan penutur untuk menguraikan arti kata-kata baru yang ditemui berdasarkan komponen-komponen morfologisnya yang telah dikenal. Kesimpulannya, afiksasi adalah tulang punggung pembentukan kata yang memberikan keluwesan dan kedalaman ekspresi dalam khazanah perbendaharaan kata bahasa Indonesia.