Agregasi trombosit adalah proses krusial dalam sistem pembekuan darah. Trombosit, atau keping darah, bekerja sama untuk membentuk sumbat sementara pada lokasi cedera pembuluh darah, menghentikan pendarahan. Ketika fungsi ini terganggu, kondisi yang dikenal sebagai **agregasi trombosit rendah** dapat terjadi. Kondisi ini meningkatkan risiko perdarahan yang tidak terkontrol, mulai dari memar yang mudah hingga pendarahan internal yang serius.
Memahami apa yang menyebabkan penurunan kemampuan trombosit untuk saling menempel adalah langkah pertama dalam diagnosis dan penanganan yang tepat. Gangguan ini bisa bersifat bawaan (kongenital) atau didapat akibat penyakit lain atau paparan zat tertentu.
Alt Text: Perbandingan visual antara trombosit yang berhasil beragregasi (kiri) dan trombosit yang gagal beragregasi (kanan).
Gangguan dalam agregasi trombosit sering kali berakar pada dua mekanisme utama: masalah pada jumlah trombosit itu sendiri (meskipun agregasi adalah fungsi, bukan hitungan, trombositopenia berat dapat mempengaruhi hasil tes) atau, yang lebih spesifik, cacat pada mekanisme aktivasi dan adhesi trombosit.
Beberapa kondisi genetik langka menyebabkan trombosit tidak merespons dengan benar terhadap sinyal pembekuan. Contohnya termasuk:
Kondisi yang didapat lebih sering terjadi dan dapat dipicu oleh obat-obatan, infeksi, atau penyakit autoimun.
Diagnosis agregasi trombosit rendah biasanya memerlukan tes laboratorium khusus, yang paling umum adalah **Agregometri Trombosit (Platelet Function Analyzer/PFA-100 atau 200)**. Tes ini mengukur seberapa cepat trombosit menyumbat lubang kecil yang dilapisi dengan zat pemicu (agonis) tertentu. Hasil yang memanjang atau nol mengindikasikan gangguan agregasi.
Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kegagalan agregasi. Pasien mungkin mengalami:
Penanganan agregasi trombosit rendah harus fokus pada identifikasi dan koreksi penyebab yang mendasarinya. Jika disebabkan oleh obat, dosis perlu disesuaikan atau obat dihentikan di bawah pengawasan medis. Untuk kondisi bawaan seperti Trombastenia Glanzmann, pengelolaannya lebih menantang.
Dalam kasus perdarahan akut pada pasien dengan agregasi yang sangat rendah, transfusi trombosit konsentrat mungkin diperlukan. Namun, perlu diingat bahwa transfusi trombosit pada pasien dengan cacat fungsi trombosit (seperti Glanzmann) tidak selalu efektif karena trombosit donor mungkin juga gagal berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, dokter seringkali mengandalkan agen hemostatik non-trombosit, seperti desmopresin (DDAVP) jika sesuai, atau agen antifibrinolitik untuk menstabilkan bekuan yang ada. Pemantauan ketat selama prosedur invasif sangat penting untuk mencegah komplikasi perdarahan.