Ilustrasi: Sumber bau tak sedap di lingkungan perairan.
Bau merupakan indra kimia yang sangat sensitif dan sering kali menjadi peringatan dini bagi lingkungan kita. Salah satu bau yang paling sering menimbulkan kebingungan sekaligus kekhawatiran adalah **air anyir**. Istilah ini merujuk pada bau busuk yang khas, seringkali menyerupai bau logam atau pembusukan protein, yang tercium kuat dari suatu sumber air, baik itu genangan, sungai, atau bahkan sumur. Memahami apa yang menyebabkan fenomena **air anyir** sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Penyebab paling umum dari bau **air anyir** adalah aktivitas mikroorganisme anaerobikābakteri yang berkembang biak tanpa memerlukan oksigen. Ketika materi organik dalam jumlah besar (seperti daun mati, bangkai ikan, limbah domestik, atau kotoran ternak) terurai di lingkungan yang minim oksigen (anoksik), proses pembusukan yang terjadi menghasilkan gas-gas berbau.
Salah satu senyawa yang paling bertanggung jawab atas bau menyengat ini adalah hidrogen sulfida ($\text{H}_2\text{S}$). Meskipun hidrogen sulfida lebih dikenal karena baunya seperti telur busuk, dalam konsentrasi tertentu dan bercampur dengan senyawa lain, ia dapat berkontribusi pada karakteristik bau yang dideskripsikan sebagai "anyir" atau amis. Bau ini sering muncul ketika lumpur di dasar perairan terganggu atau ketika terjadi peningkatan beban polusi organik.
Kasus bau **air anyir** tidak hanya terjadi pada air permukaan. Banyak pemilik sumur rumah tangga yang mengeluhkan air mereka tiba-tiba berbau tidak sedap setelah musim hujan panjang atau ketika terjadi perubahan drastis pada lingkungan sekitar. Di air tanah, bau anyir sering kali mengindikasikan adanya kontaminasi bakteri sulfat-reduksi (SRB). SRB ini mengubah sulfat alami yang ada di dalam air menjadi hidrogen sulfida. Jika kandungan mangan atau besi dalam air terlalu tinggi, bau anyir bisa semakin diperparah karena besi dan mangan yang terlarut dapat berinteraksi dengan senyawa sulfur, menciptakan profil bau yang lebih kompleks dan mengkhawatirkan.
Dalam konteks perkotaan dan pemukiman, kemunculan bau **air anyir** sering kali merupakan sinyal kegagalan sistem sanitasi. Kebocoran septic tank, pembuangan limbah industri yang tidak terkelola dengan baik, atau luapan air limbah ke badan air alami akan menyediakan "bahan bakar" berupa materi organik bagi bakteri anaerobik. Air yang kotor karena limbah ini memiliki potensi patogen yang tinggi, sehingga bau anyir menjadi penanda bahaya kesehatan yang harus segera ditanggapi.
Selain itu, industri perikanan dan peternakan juga sering menghasilkan limbah yang jika tidak diolah dengan benar, dapat menyebabkan penumpukan materi biologis di saluran pembuangan atau badan air terdekat, memicu produksi bau amis yang intens.
Secara langsung, bau **air anyir** mengurangi kenyamanan hidup dan dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan jika konsentrasi $\text{H}_2\text{S}$ sangat tinggi. Dampak yang lebih besar adalah indikasi pencemaran air. Air yang berbau anyir, terutama jika disertai perubahan warna atau munculnya endapan, sangat tidak disarankan untuk dikonsumsi tanpa pengolahan yang memadai.
Penanganan bau ini harus fokus pada akarnya:
Fenomena **air anyir** adalah pengingat penting bahwa ekosistem perairan sangat rentan terhadap tekanan antropogenik. Pemantauan kualitas air secara rutin dan penegakan standar pengelolaan limbah adalah kunci untuk memastikan sumber daya air kita tetap bersih dan bebas dari bau tak sedap yang menandakan kerusakan lingkungan.