Di tengah pesatnya perkembangan budaya pop Korea, mulai dari K-drama, K-pop, hingga kuliner, salah satu elemen fundamental yang seringkali luput dari perhatian adalah sistem penulisannya: aksara Hangul. Berbeda dengan banyak aksara lain yang berkembang secara organik dari waktu ke waktu, Hangul diciptakan secara sengaja dengan tujuan yang sangat mulia, menjadikannya salah satu sistem penulisan paling logis dan mudah dipelajari di dunia. Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi keindahan dan keunikan aksara Hangul.
Sebelum Hangul diperkenalkan, bangsa Korea menggunakan aksara Tiongkok kuno, yang dikenal sebagai Hanja. Namun, sistem ini sangat kompleks dan sulit dikuasai oleh rakyat jelata yang mayoritas tidak berpendidikan. Hal ini menyebabkan kesenjangan informasi dan akses terhadap pengetahuan yang signifikan. Menyadari permasalahan ini, Raja Sejong yang Agung dari Dinasti Joseon merasa prihatin dan bertekad untuk menciptakan sistem tulisan yang dapat dibaca dan ditulis oleh semua lapisan masyarakat.
Pada tahun 1443, setelah bertahun-tahun penelitian dan pengembangan yang cermat, Raja Sejong berhasil meluncurkan aksara Hangul. Nama "Hangul" sendiri baru dikenal kemudian, sebelumnya dikenal sebagai "Hunminjeongeum" yang berarti "Bunyi yang Benar untuk Mengajari Rakyat". Dokumen resmi yang memperkenalkan Hangul diterbitkan pada tahun 1446. Pendekatan Raja Sejong adalah menciptakan aksara yang fonetis dan mudah diadaptasi, terinspirasi dari bentuk organ bicara manusia dan prinsip-prinsip filosofis Timur.
Keistimewaan utama Hangul terletak pada desainnya yang sangat rasional dan ilmiah. Hangul terdiri dari konsonan dan vokal, yang kemudian digabungkan menjadi blok-blok suku kata. Ini yang membedakannya dari sistem penulisan yang linear seperti alfabet Latin.
Konsonan dalam Hangul dirancang berdasarkan bentuk organ bicara saat mengucapkan bunyi tersebut.
Sementara itu, vokal Hangul didasarkan pada prinsip-prinsip filosofis Tiongkok: langit (titik/garis pendek), bumi (garis horizontal), dan manusia (garis vertikal).
Yang membuat Hangul unik adalah cara huruf-huruf ini disusun. Konsonan dan vokal tidak ditulis berjajar secara linear, melainkan dikelompokkan menjadi blok-blok yang mewakili satu suku kata. Setiap blok selalu dimulai dengan konsonan (jika suku kata dimulai dengan vokal, maka digunakan konsonan 'ㅇ' tanpa suara sebagai pelengkap). Penempatan konsonan dan vokal di dalam blok mengikuti pola tertentu, baik secara horizontal maupun vertikal, tergantung pada bentuk vokalnya.
Contohnya:
Sejak diciptakan, aksara Hangul telah terbukti menjadi sistem penulisan yang luar biasa sukses. Tingkat literasi di Korea Selatan sangat tinggi, sebagian besar berkat kemudahan mempelajari Hangul. Banyak linguis di seluruh dunia mengakui Hangul sebagai salah satu aksara paling ilmiah dan efisien yang pernah diciptakan. Desainnya yang fonetis memudahkan pembelajar bahasa asing untuk mengucapkan kata-kata Korea dengan benar.
Pada tahun 1997, UNESCO mengakui kontribusi Raja Sejong dalam penciptaan Hangul dengan memasukkan "Hunminjeongeum" ke dalam Daftar Ingatan Dunia. Ini menegaskan status Hangul sebagai warisan budaya yang berharga bagi umat manusia.
Memahami Hangul bukan hanya tentang membaca dan menulis. Ini adalah kunci untuk membuka pemahaman yang lebih dalam tentang budaya, sejarah, dan pemikiran bangsa Korea. Jadi, jika Anda tertarik dengan segala hal tentang Korea, jangan ragu untuk mempelajari keindahan dan keunikan aksara Hangul.