Aksiologi Komunikasi: Nilai dan Etika dalam Interaksi Manusia

V OK Aksiologi Komunikasi

Ilustrasi Konsep Nilai dalam Interaksi

Aksiologi komunikasi adalah cabang filsafat ilmu komunikasi yang secara khusus mengkaji persoalan nilai (value) yang terkandung, dipertahankan, atau diwujudkan melalui proses komunikasi. Dalam studi komunikasi, kita tidak hanya fokus pada bagaimana pesan dikirim dan diterima (teknis) atau bagaimana pesan memengaruhi audiens (pragmatis), tetapi juga pada dimensi moral, etis, dan kebenaran yang mendasari setiap interaksi. Kata 'aksiologi' sendiri berasal dari bahasa Yunani, 'axios' (nilai) dan 'logos' (ilmu atau studi).

Hakikat Nilai dalam Komunikasi

Setiap tindakan komunikasi, sekecil apapun, selalu membawa muatan nilai. Nilai ini bisa berupa kejujuran, keadilan, empati, transparansi, atau bahkan manipulasi dan kebohongan. Aksiologi komunikasi berusaha menjawab pertanyaan fundamental: "Apa yang dianggap baik, benar, atau patut dalam sebuah pertukaran informasi?" Ini berarti bahwa pesan yang disampaikan tidak hanya diukur dari keberhasilan mencapai tujuan pragmatisnya (misalnya, membujuk), tetapi juga dari bobot moralnya.

Sebagai contoh, sebuah kampanye iklan yang berhasil meningkatkan penjualan (keberhasilan pragmatis) mungkin dinilai negatif secara aksiologis jika ternyata kampanye tersebut mempromosikan produk yang merusak kesehatan atau menggunakan narasi diskriminatif. Aksiologi komunikasi menuntut komunikator dan reseptor untuk memiliki kesadaran kritis terhadap kerangka nilai yang berlaku di masyarakat.

Peran Etika dan Kebenaran

Dua pilar utama dalam aksiologi komunikasi adalah etika dan kebenaran (veritas). Etika komunikasi berkaitan dengan pertimbangan moral mengenai cara berinteraksi. Prinsip-prinsip etika seperti menghormati otonomi audiens, menghindari kekerasan verbal, dan menjaga kerahasiaan merupakan manifestasi dari dimensi aksiologis. Tanpa landasan etika yang kuat, komunikasi rentan berubah menjadi alat kekuasaan yang menindas.

Sementara itu, kebenaran dalam komunikasi adalah isu yang kompleks. Dalam konteks aksiologi, kebenaran bukan hanya kesesuaian antara pernyataan dan realitas faktual (kebenaran korespondensi), tetapi juga kesesuaian dengan norma-norma keadilan sosial dan integritas. Dalam era disinformasi dan hoaks, studi aksiologi komunikasi menjadi semakin vital. Ia mendorong kita untuk mempertanyakan sumber informasi, motif di baliknya, dan dampak nilai apa yang ditanamkan oleh narasi tersebut pada konstruksi realitas kolektif.

Aksiologi dalam Berbagai Konteks

Penerapan aksiologi sangat relevan di berbagai bidang. Dalam jurnalisme, nilai utama adalah objektivitas dan keberpihakan pada kepentingan publik. Dalam komunikasi organisasi, nilai yang dijunjung adalah integritas dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sementara itu, dalam komunikasi interpersonal, nilai seperti empati, kejujuran emosional, dan rasa saling menghargai menjadi fondasi hubungan yang sehat.

Jika komunikasi hanya dilihat dari sudut pandang teknis atau persuasi murni, kita berisiko menciptakan masyarakat yang efisien namun hampa nilai. Aksiologi mengingatkan bahwa tujuan tertinggi komunikasi adalah pencapaian pemahaman bersama yang bermartabat dan konstruktif. Oleh karena itu, setiap praktisi komunikasi—baik itu pembuat kebijakan, jurnalis, pemasar, maupun individu sehari-hari—harus secara reflektif meninjau sistem nilai yang mereka anut dan terapkan dalam setiap dialog. Studi aksiologi adalah panggilan untuk kembali menjadikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai kompas utama dalam dunia informasi yang semakin bising dan kompleks.

🏠 Homepage