Google Maps telah menjadi tulang punggung navigasi modern bagi miliaran pengguna di seluruh dunia. Kemampuannya memandu kita melintasi kota asing, menemukan bisnis terdekat, hingga memperkirakan waktu tempuh adalah revolusioner. Namun, seringkali pengguna dihadapkan pada frustrasi ketika akurasi Google Maps rendah, terutama di area yang kurang padat atau di dalam ruangan.
Fenomena di mana penanda biru (lokasi Anda) melompat-lompat atau menunjukkan lokasi yang berjarak puluhan meter dari posisi sebenarnya adalah masalah umum. Mengapa sebuah platform dengan teknologi canggih ini masih bisa membuat kesalahan dalam menentukan posisi? Jawabannya terletak pada kompleksitas data yang harus diolah dan keterbatasan sinyal pada waktu tertentu.
Akurasi penentuan posisi (geolokasi) pada perangkat mobile bergantung pada kombinasi beberapa teknologi, bukan hanya GPS. Ketika salah satu komponen ini bermasalah, hasilnya adalah data yang tidak akurat.
Sistem Penentuan Posisi Global (GPS) bekerja dengan menerima sinyal dari setidaknya empat satelit. Di area perkotaan padat (urban canyon), gedung-gedung tinggi dapat memantulkan atau bahkan memblokir sinyal satelit. Fenomena ini dikenal sebagai *multipath error*. Akibatnya, perangkat menerima data yang salah waktu atau sudut, menyebabkan kesalahan penentuan posisi hingga beberapa meter.
Untuk meningkatkan kecepatan penentuan lokasi, terutama saat GPS lemah, perangkat menggunakan Assisted GPS (A-GPS) yang dibantu oleh menara seluler dan jaringan Wi-Fi terdekat. Jika database lokasi menara seluler atau titik akses Wi-Fi yang dipetakan oleh Google sudah usang atau belum terperbarui di area tersebut, akurasi akan menurun drastis. Ini sering terjadi di perumahan baru atau daerah pinggiran yang pembangunannya cepat.
Perangkat modern menggunakan sensor internal seperti giroskop, akselerometer, dan kompas untuk melacak pergerakan saat sinyal satelit hilang (disebut *dead reckoning*). Jika sensor ini terkalibrasi dengan buruk atau mengalami gangguan magnetik (misalnya, dekat dengan magnet kuat atau perangkat elektronik besar), data pergerakan yang dikirimkan ke Maps menjadi bias, sehingga penanda lokasi terlihat "melayang".
Meskipun Google memiliki citra satelit dan data Street View, data resolusi jalanan dan informasi *Point of Interest* (POI) tetap memerlukan kontribusi pengguna. Di daerah pedesaan terpencil atau di dalam kompleks bangunan besar yang tidak memiliki pemetaan 3D yang baik, algoritma kesulitan menentukan jalur yang paling optimal, menghasilkan estimasi yang kurang presisi.
Ketika Anda mendapati diri Anda sering tersesat atau melihat lokasi Anda tidak tepat di peta, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan penerimaan sinyal dan akurasi data.
Ini adalah langkah paling cepat. Buka Google Maps, ketuk titik biru lokasi Anda, lalu pilih 'Kalibrasi Kompas'. Ikuti instruksi di layar, biasanya diminta untuk menggerakkan ponsel membentuk pola angka delapan sebanyak dua hingga tiga kali. Ini membantu perangkat memahami orientasi magnetiknya saat ini.
Pastikan pengaturan lokasi ponsel Anda disetel ke mode "Akurasi Tinggi" (biasanya menggunakan GPS, Wi-Fi, dan Jaringan Seluler). Jika hanya menggunakan GPS, akurasi akan jauh lebih rendah di area dalam ruangan atau di bawah atap.
Data yang tersimpan dalam *cache* aplikasi terkadang dapat menyebabkan konflik atau penggunaan data lokasi yang usang. Membersihkan *cache* Google Maps dapat memaksa aplikasi untuk memuat ulang data lokasi yang lebih segar.
Jika Anda sering berada di suatu area dan akurasinya secara konsisten rendah, pertimbangkan untuk melaporkan lokasi yang salah langsung melalui fitur "Saran Edit" di Google Maps. Kontribusi ini membantu meningkatkan basis data geolokasi untuk semua pengguna di masa depan.
Mengandalkan teknologi mutakhir tidak selalu berarti kesempurnaan. Meskipun tantangan teknis seperti *urban canyon* dan sensor yang tidak terkalibrasi tetap menjadi penghalang, dengan pemahaman yang baik mengenai penyebab akurasi Google Maps rendah dan menerapkan langkah kalibrasi sederhana, pengguna dapat meminimalkan frustrasi navigasi sehari-hari.