Membedah Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) Secara Mendalam
Dunia pendidikan terus bergerak dinamis, mencari format evaluasi yang paling relevan untuk mengukur dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu terobosan signifikan dalam beberapa waktu terakhir adalah transisi dari model ujian akhir yang berfokus pada individu menjadi sebuah asesmen komprehensif yang memotret kesehatan sistem pendidikan secara keseluruhan. Inilah yang menjadi esensi dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). ANBK hadir bukan sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) dengan fungsi yang sama, melainkan sebagai sebuah paradigma baru dalam evaluasi pendidikan.
Artikel ini akan mengupas tuntas setiap aspek dari ANBK, dari filosofi dasarnya, komponen-komponen utamanya, hingga bagaimana para pemangku kepentingan—siswa, guru, orang tua, dan sekolah—dapat menyikapinya secara proporsional dan konstruktif. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang holistik, menghilangkan miskonsepsi, dan mengarahkan fokus kita pada tujuan akhirnya: perbaikan mutu pendidikan yang berkelanjutan.
Bagian 1: Memahami Konsep Fundamental Asesmen Nasional
Untuk memahami ANBK, kita harus terlebih dahulu memahami filosofi di baliknya. ANBK bukanlah alat untuk menghakimi siswa secara perorangan, melainkan sebuah cermin besar yang disediakan bagi satuan pendidikan dan pemerintah daerah untuk merefleksikan kualitas proses belajar-mengajar yang telah berlangsung. Data yang dihasilkan menjadi input berharga untuk perbaikan di masa mendatang.
Tujuan Utama dan Filosofi di Balik ANBK
Asesmen Nasional dirancang untuk mencapai beberapa tujuan strategis yang saling berkaitan:
- Memetakan Mutu Pendidikan: ANBK berfungsi sebagai alat diagnostik untuk memetakan kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan di seluruh Indonesia, mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Peta ini menjadi dasar bagi penyusunan kebijakan yang lebih tepat sasaran.
- Mendorong Perbaikan Kualitas Belajar-Mengajar: Hasil ANBK memberikan umpan balik (feedback) yang kaya kepada setiap satuan pendidikan. Sekolah dapat mengidentifikasi area mana yang perlu ditingkatkan, apakah itu dalam hal kemampuan literasi siswa, penalaran numerasi, atau iklim sekolah yang kondusif.
- Mengukur Hasil Belajar Kognitif dan Non-Kognitif: Berbeda dengan evaluasi sebelumnya yang sangat dominan pada aspek kognitif, ANBK secara seimbang mengukur dua hasil belajar utama: hasil belajar kognitif (melalui Asesmen Kompetensi Minimum) dan hasil belajar sosial-emosional (melalui Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar).
- Menggeser Fokus dari Penguasaan Konten ke Kompetensi: ANBK dirancang untuk mengukur kompetensi mendasar yang dibutuhkan siswa untuk berhasil dalam kehidupan, bukan sekadar kemampuan menghafal materi pelajaran. Ini mendorong guru untuk mengubah metode pengajaran menjadi lebih berorientasi pada pengembangan nalar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).
Perbedaan Mendasar antara ANBK dan Ujian Nasional (UN)
Miskonsepsi paling umum adalah menganggap ANBK sebagai "UN dengan nama baru". Ini adalah anggapan yang keliru. Keduanya memiliki perbedaan fundamental dalam tujuan, subjek, peserta, dan dampaknya.
Perbandingan Kunci: AN vs UN
- Tujuan Pelaksanaan:
- UN: Mengevaluasi capaian belajar murid secara individu sebagai salah satu syarat kelulusan.
- AN: Mengevaluasi mutu sistem satuan pendidikan (sekolah). Hasilnya tidak memiliki konsekuensi langsung pada kelulusan murid.
- Jenjang Penilaian:
- UN: Dilaksanakan di tingkat akhir setiap jenjang (kelas 6, 9, 12).
- AN: Dilaksanakan di kelas 5 (SD/MI), 8 (SMP/MTs), dan 11 (SMA/MA/SMK), untuk memberikan waktu bagi sekolah melakukan perbaikan sebelum siswa lulus.
- Subjek Peserta:
- UN: Sensus. Semua siswa di tingkat akhir wajib mengikuti.
- AN: Sampel. Siswa dipilih secara acak oleh sistem untuk mewakili populasi sekolah.
- Model Soal:
- UN: Mayoritas pilihan ganda dan isian singkat yang berfokus pada penguasaan konten mata pelajaran tertentu (Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dll).
- AN: Bentuk soal lebih beragam (pilihan ganda, PG kompleks, menjodohkan, isian singkat, uraian) dan mengukur kompetensi lintas mata pelajaran (literasi membaca dan numerasi).
- Laporan Hasil:
- UN: Laporan berupa skor individu (SKHUN).
- AN: Laporan berupa profil agregat sekolah (Rapor Pendidikan) yang memuat berbagai indikator mutu.
Bagian 2: Tiga Instrumen Utama dalam ANBK
Asesmen Nasional tidak hanya terdiri dari satu tes, melainkan tiga instrumen yang saling melengkapi untuk memberikan gambaran yang utuh tentang kualitas pendidikan. Ketiga instrumen tersebut adalah Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
AKM adalah tulang punggung dari ANBK yang mengukur dua kompetensi mendasar yang dibutuhkan oleh setiap individu, terlepas dari profesi atau jalan hidup yang akan mereka tempuh di masa depan. Kompetensi ini adalah literasi membaca dan numerasi.
a. Literasi Membaca
"Literasi membaca bukan hanya tentang kemampuan membaca teks secara harfiah, tetapi kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks untuk mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi, serta berpartisipasi di masyarakat."
Dalam konteks AKM, literasi membaca menguji kemampuan siswa dalam:
- Menemukan Informasi: Kemampuan untuk mencari, mengakses, dan menemukan informasi spesifik yang tersurat dalam teks.
- Memahami dan Menginterpretasi: Kemampuan untuk memahami gagasan utama, membuat inferensi (kesimpulan logis), dan mengintegrasikan informasi dari berbagai bagian teks.
- Mengevaluasi dan Merefleksi: Kemampuan untuk menilai kualitas, kredibilitas, dan relevansi teks, serta menghubungkan isi teks dengan pengetahuan, pengalaman, dan pandangan pribadi.
Jenis teks yang digunakan dalam AKM Literasi sangat beragam, mencakup teks fiksi (cerpen, dongeng, puisi) dan teks informasi (artikel berita, infografis, prosedur, teks ilmiah populer).
b. Numerasi
"Numerasi adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dalam berbagai konteks yang relevan bagi individu sebagai warga negara yang konstruktif, peduli, dan reflektif."
AKM Numerasi tidak sama dengan tes matematika yang penuh dengan rumus. Fokusnya adalah pada penerapan matematika dalam kehidupan nyata. Kemampuan yang diukur meliputi:
- Pemahaman Konsep: Mengerti konsep dasar matematika di balik sebuah masalah.
- Penerapan Prosedur: Mampu menggunakan prosedur atau algoritma matematika untuk menyelesaikan masalah.
- Penalaran Matematis: Mampu menganalisis data, membuat model matematis, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti matematis.
Konten numerasi mencakup bidang-bidang seperti Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Aljabar, serta Data dan Ketidakpastian, yang disajikan dalam konteks personal, sosial budaya, dan saintifik.
2. Survei Karakter
Pendidikan tidak hanya bertujuan mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga membentuk karakter yang luhur. Survei Karakter dirancang untuk mengukur hasil belajar non-kognitif siswa yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Instrumen ini memberikan gambaran tentang sikap, nilai, dan keyakinan siswa.
Survei Karakter mengukur enam dimensi utama dari Profil Pelajar Pancasila:
- Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia: Mencakup akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.
- Berkebinekaan Global: Kemampuan untuk mengenal dan menghargai budaya lain, mampu berkomunikasi interkultural, dan merefleksikan nilai-nilai luhur bangsanya di tengah keragaman dunia.
- Gotong Royong: Kemampuan untuk berkolaborasi, bekerja sama dengan orang lain, memiliki kepedulian, dan mau berbagi untuk mencapai tujuan bersama.
- Mandiri: Memiliki kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi, serta memiliki regulasi diri untuk mencapai tujuan belajar dan pengembangan diri.
- Bernalar Kritis: Kemampuan untuk secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.
- Kreatif: Mampu menghasilkan gagasan yang orisinal, serta karya dan tindakan yang inovatif dan relevan.
3. Survei Lingkungan Belajar
Kualitas pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat proses itu terjadi. Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar) bertujuan untuk memotret kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di sekolah. Survei ini diisi oleh seluruh kepala satuan pendidikan dan guru yang terdaftar, serta siswa peserta ANBK (untuk jenjang SMP dan SMA/SMK).
Aspek yang diukur dalam Sulingjar sangat komprehensif, antara lain:
- Iklim Keamanan Sekolah: Apakah sekolah merupakan tempat yang aman dari perundungan (bullying), kekerasan seksual, dan intoleransi.
- Iklim Inklusivitas: Bagaimana sekolah menyikapi keragaman latar belakang sosial-ekonomi, agama, dan gender, serta bagaimana layanan bagi siswa berkebutuhan khusus.
- Kualitas Pembelajaran: Praktik pengajaran guru di kelas, manajemen kelas, dan umpan balik yang diberikan kepada siswa.
- Dukungan terhadap Refleksi Guru: Apakah sekolah menyediakan ruang dan dukungan bagi para guru untuk merefleksikan dan memperbaiki praktik mengajarnya.
- Kepemimpinan Instruksional: Visi-misi sekolah dan bagaimana kepala sekolah memimpin upaya perbaikan pembelajaran.
Data dari Sulingjar memberikan konteks penting untuk memahami hasil AKM dan Survei Karakter. Misalnya, skor AKM yang rendah mungkin berkaitan dengan kualitas pembelajaran yang kurang optimal atau iklim keamanan yang belum kondusif.
Bagian 3: Peserta dan Mekanisme Pelaksanaan ANBK
Pemahaman mengenai siapa yang menjadi peserta dan bagaimana teknis pelaksanaannya penting untuk meluruskan ekspektasi dan memastikan kelancaran di lapangan. Seperti yang telah disinggung, ANBK tidak diikuti oleh semua siswa.
Siapa Saja yang Menjadi Peserta?
Peserta ANBK dipilih menggunakan metode sampling (pengambilan sampel) secara acak oleh sistem dari data pokok pendidikan (Dapodik/EMIS). Tujuannya adalah untuk mendapatkan potret yang representatif dari sebuah sekolah tanpa harus membebani seluruh siswa.
- Jenjang SD/MI dan Sederajat: Maksimal 30 siswa dari kelas 5.
- Jenjang SMP/MTs dan Sederajat: Maksimal 45 siswa dari kelas 8.
- Jenjang SMA/MA/SMK dan Sederajat: Maksimal 45 siswa dari kelas 11.
- Survei Lingkungan Belajar: Diikuti oleh seluruh Kepala Sekolah dan Guru yang terdaftar di satuan pendidikan tersebut.
Pemilihan kelas 5, 8, dan 11 bersifat strategis. Hasil asesmen di tingkat ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi sekolah untuk melakukan perbaikan pembelajaran selama satu hingga dua tahun ke depan sebelum siswa-siswa tersebut lulus dari jenjangnya masing-masing.
Moda Pelaksanaan: Daring vs. Semi Daring
Untuk mengakomodasi kondisi infrastruktur yang beragam di seluruh Indonesia, ANBK dapat dilaksanakan dalam dua moda:
- Moda Daring (Online): Sekolah pelaksana harus memiliki akses internet yang stabil dan memadai. Seluruh proses, mulai dari sinkronisasi hingga pelaksanaan tes, terhubung langsung ke server pusat. Komputer klien tidak perlu memiliki spesifikasi tinggi karena aplikasi bersifat *lightweight*.
- Moda Semi Daring (Semi-Online): Moda ini dirancang untuk sekolah dengan koneksi internet yang kurang stabil. Sekolah perlu menyiapkan sebuah komputer proktor yang berfungsi sebagai server lokal. Komputer proktor ini akan mengunduh data soal dari server pusat beberapa hari sebelum pelaksanaan (proses sinkronisasi). Saat pelaksanaan, komputer klien siswa terhubung ke server lokal (komputer proktor) tanpa memerlukan koneksi internet aktif. Hasil tes kemudian akan diunggah oleh proktor ke server pusat setelah sesi selesai.
Bentuk Soal yang Digunakan dalam AKM
Untuk mengukur kompetensi secara mendalam, AKM menggunakan variasi bentuk soal yang menuntut berbagai tingkat proses berpikir dari siswa. Siswa akan dihadapkan pada soal-soal berikut:
- Pilihan Ganda: Siswa memilih satu jawaban yang benar dari beberapa pilihan.
- Pilihan Ganda Kompleks: Siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban yang benar dalam satu soal. Soal ini menguji kemampuan menganalisis pilihan secara mendalam.
- Menjodohkan: Siswa diminta untuk menghubungkan atau memasangkan item di kolom kiri dengan item yang sesuai di kolom kanan.
- Isian Singkat: Siswa menjawab dengan sebuah kata, angka, frasa, atau simbol.
- Uraian (Esai): Siswa diminta untuk menuliskan jawaban yang lebih panjang, menjelaskan alasan, atau menyusun argumen berdasarkan stimulus yang diberikan.
Keberagaman bentuk soal ini dirancang untuk mendorong siswa berpikir kritis dan tidak hanya mengandalkan teknik menebak atau menghafal.
Bagian 4: Persiapan Menghadapi ANBK: Peran Setiap Elemen Pendidikan
Meskipun hasil ANBK tidak berdampak langsung pada nilai individu siswa, persiapan yang matang tetap diperlukan. Namun, persiapan ini bukan dalam bentuk bimbingan belajar intensif atau "drilling" soal. Persiapan yang dimaksud lebih bersifat fundamental dan berkelanjutan, melibatkan seluruh ekosistem sekolah.
Persiapan bagi Siswa
Bagi siswa yang terpilih menjadi sampel, tidak perlu ada kecemasan berlebih. Anggaplah ANBK sebagai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan bernalar terbaikmu. Persiapan yang bisa dilakukan antara lain:
- Fokus pada Kemampuan Bernalar: Alih-alih menghafal materi, latihlah kemampuan berpikir kritis. Banyak membaca beragam jenis teks (artikel, berita, cerpen), diskusikan isinya, dan coba hubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
- Latih Logika Matematika: Cobalah untuk melihat penerapan matematika di sekitarmu. Saat membaca data di koran atau melihat diskon di toko, coba analisis informasinya menggunakan logika matematika.
- Jujur saat Mengisi Survei: Saat mengisi Survei Karakter dan Lingkungan Belajar, jawablah dengan jujur sesuai dengan apa yang kamu rasakan dan alami. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam survei ini. Kejujuranmu sangat berharga untuk perbaikan sekolah.
- Jaga Kondisi Fisik dan Mental: Pastikan cukup istirahat dan sarapan sebelum hari pelaksanaan. Datanglah dengan pikiran yang tenang dan fokus.
- Familiarisasi dengan Aplikasi: Jika sekolah menyediakan simulasi atau gladi bersih, manfaatkan kesempatan itu untuk membiasakan diri dengan antarmuka aplikasi ANBK, cara navigasi antar soal, dan jenis-jenis soal yang ada.
Peran Guru dan Sekolah
Guru dan sekolah memegang peranan paling krusial. ANBK seharusnya menjadi pemicu untuk transformasi praktik pembelajaran di kelas. Persiapan yang ideal meliputi:
- Transformasi Pembelajaran: Geser fokus dari pengajaran berbasis konten (menghabiskan materi di buku) ke pengajaran berbasis kompetensi. Rancang pembelajaran yang mendorong diskusi, analisis kasus, pemecahan masalah (problem-solving), dan proyek.
- Mengintegrasikan Literasi dan Numerasi Lintas Mata Pelajaran: Guru mata pelajaran apapun, baik IPA, IPS, maupun Seni Budaya, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa. Misalnya, guru sejarah bisa meminta siswa menganalisis kredibilitas sumber teks sejarah (literasi), dan guru olahraga bisa meminta siswa menghitung data statistik performa atlet (numerasi).
- Menciptakan Iklim Sekolah yang Positif: Secara aktif membangun lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan bebas dari perundungan. Hal ini akan tercermin dalam hasil Survei Lingkungan Belajar dan secara tidak langsung akan berdampak positif pada kemampuan belajar siswa.
- Menggunakan Hasil ANBK untuk Refleksi: Setelah hasil ANBK keluar dalam bentuk Rapor Pendidikan, gunakan data tersebut sebagai dasar untuk melakukan Perencanaan Berbasis Data (PBD). Identifikasi akar masalah dan susun program perbaikan yang konkret dan terukur.
- Persiapan Teknis: Memastikan infrastruktur (komputer, jaringan, listrik) siap untuk pelaksanaan. Menyiapkan proktor dan teknisi yang kompeten dan memahami prosedur pelaksanaan dengan baik.
Dukungan dari Orang Tua
Orang tua juga memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan tujuan Asesmen Nasional, meskipun anak mereka tidak terpilih sebagai sampel. Dukungan tersebut dapat berupa:
- Memahami Tujuan ANBK: Pahami bahwa ANBK bukan tes untuk kelulusan anak, melainkan untuk perbaikan sekolah. Dengan begitu, orang tua tidak akan memberikan tekanan yang tidak perlu kepada anak.
- Menciptakan Ekosistem Literasi di Rumah: Sediakan akses terhadap bahan bacaan yang beragam. Ajak anak berdiskusi tentang apa yang mereka baca. Tunjukkan bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat.
- Mendukung Pembelajaran Anak: Tanyakan kepada anak bukan hanya "dapat nilai berapa?", tetapi "apa hal menarik yang kamu pelajari hari ini?". Dorong rasa ingin tahu dan semangat belajar mereka.
- Berkomunikasi dengan Sekolah: Jalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Tanyakan bagaimana hasil ANBK digunakan untuk program perbaikan dan tawarkan dukungan yang bisa diberikan.
Bagian 5: Memaknai Hasil ANBK Melalui Rapor Pendidikan
Puncak dari seluruh proses ANBK adalah terbitnya Rapor Pendidikan. Ini adalah dokumen komprehensif yang menyajikan hasil evaluasi sistem pendidikan. Memahami cara membaca dan menindaklanjutinya adalah kunci untuk mewujudkan perbaikan.
Apa itu Rapor Pendidikan?
Rapor Pendidikan adalah platform yang menyajikan data hasil Asesmen Nasional dan data lain dari sumber seperti Dapodik secara terintegrasi. Laporan ini tidak menampilkan skor individu siswa, melainkan hasil agregat sekolah yang disajikan dalam bentuk level-level capaian untuk setiap indikator.
Memahami Level Kompetensi AKM
Hasil AKM, baik literasi maupun numerasi, dilaporkan dalam empat tingkatan atau level kompetensi yang menggambarkan tingkat penguasaan siswa:
- Perlu Intervensi Khusus: Siswa pada level ini belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks, serta belum mampu membuat interpretasi sederhana. Mereka membutuhkan bimbingan dan intervensi khusus dari guru.
- Dasar: Siswa mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks serta membuat interpretasi sederhana. Namun, mereka belum mampu membuat kesimpulan yang lebih kompleks dari beberapa informasi.
- Cakap: Siswa mampu membuat kesimpulan dari informasi implisit maupun eksplisit, mampu mengintegrasikan beberapa informasi dalam teks, dan mengevaluasi isi, bahasa, serta unsur-unsur dalam teks.
- Mahir: Siswa mampu mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks, mengevaluasi isi dan kualitas cara penyajian suatu teks, serta bersikap reflektif terhadap isi teks.
Rapor Pendidikan akan menunjukkan persentase siswa di sekolah yang berada di setiap level ini. Tugas sekolah adalah berupaya meningkatkan proporsi siswa di level Cakap dan Mahir, serta mengurangi proporsi di level Perlu Intervensi Khusus.
Tindak Lanjut: Dari Data Menuju Aksi
Rapor Pendidikan bukanlah sebuah vonis, melainkan sebuah diagnosis. Langkah selanjutnya adalah yang paling penting: Perencanaan Berbasis Data (PBD). Proses ini melibatkan tiga langkah sederhana:
- Identifikasi: Memilih dan menetapkan masalah utama yang ingin diatasi berdasarkan data di Rapor Pendidikan. Sekolah perlu memprioritaskan indikator yang paling mendesak untuk diperbaiki.
- Refleksi: Melakukan analisis untuk mencari akar masalah dari indikator yang rendah. Misalnya, jika hasil literasi rendah, apakah akarnya ada pada kurangnya koleksi buku, metode mengajar guru yang monoton, atau rendahnya minat baca siswa?
- Benahi: Merumuskan program atau kegiatan yang konkret untuk mengatasi akar masalah tersebut. Kegiatan ini kemudian dimasukkan ke dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) agar dapat diimplementasikan.
Dengan siklus Identifikasi, Refleksi, dan Benahi (IRB) ini, ANBK tidak lagi menjadi sekadar ritual evaluasi tahunan, tetapi menjadi motor penggerak perbaikan yang nyata dan berkelanjutan di tingkat satuan pendidikan.
Kesimpulan: ANBK Sebagai Katalisator Transformasi Pendidikan
Asesmen Nasional Berbasis Komputer adalah sebuah langkah maju dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Ia menandai pergeseran paradigma dari evaluasi yang berorientasi pada hasil individu dan hafalan, menuju evaluasi sistem yang berfokus pada kompetensi, karakter, dan lingkungan belajar yang holistik. Keberhasilan program ambisius seperti anbk 2023 dan seterusnya tidak hanya bergantung pada kecanggihan teknis pelaksanaannya, tetapi pada bagaimana seluruh pemangku kepentingan memaknai dan menindaklanjuti hasilnya.
Bagi siswa, ANBK adalah ajang untuk melatih nalar. Bagi guru, ANBK adalah cermin untuk refleksi dan inovasi pembelajaran. Bagi kepala sekolah, ANBK adalah kompas untuk memimpin perbaikan. Dan bagi orang tua serta masyarakat, ANBK adalah jendela untuk melihat dan berpartisipasi dalam upaya memajukan sekolah di lingkungannya.
Pada akhirnya, tujuan kita bersama adalah menciptakan generasi pelajar Pancasila yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bernalar kritis, kreatif, mandiri, dan berakhlak mulia. ANBK, dengan segala instrumennya, adalah salah satu alat penting yang kita miliki untuk memastikan kita berjalan di jalur yang benar menuju tujuan mulia tersebut.