Memahami Makna dan Kedudukan Arsy Allah

Ilustrasi Simbolis Arsy Keagungan di Atas Segala Ciptaan

Dalam khazanah akidah Islam, terdapat konsep-konsep fundamental yang menjadi pilar keimanan seorang Muslim. Di antara konsep tersebut adalah keyakinan terhadap hal-hal yang bersifat ghaib (tidak terlihat oleh indra manusia), yang informasinya hanya dapat kita ketahui melalui wahyu, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Salah satu perkara ghaib yang paling agung dan menakjubkan adalah tentang Arsy Allah. Memahami apa itu Arsy, bagaimana sifatnya, dan apa kedudukannya adalah bagian penting dalam mengimani kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sang Pencipta alam semesta.

Arsy seringkali diterjemahkan sebagai "Singgasana". Namun, penerjemahan ini tidak boleh membawa imajinasi kita pada singgasana raja-raja di dunia. Arsy Allah adalah makhluk-Nya yang paling besar, paling agung, dan paling mulia, yang hakikat dan bentuknya tidak dapat dijangkau oleh akal dan imajinasi manusia. Ia adalah bukti nyata dari kekuasaan, kebesaran, dan ketinggian Allah di atas seluruh ciptaan-Nya. Pembahasan tentang Arsy bukanlah ranah filsafat atau spekulasi, melainkan ranah keimanan yang bersumber dari dalil-dalil yang shahih.

Definisi Arsy Secara Bahasa dan Istilah

Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah, penting untuk memahami makna Arsy dari dua sisi: etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah syar'i).

Makna Secara Bahasa (Etimologi)

Dalam bahasa Arab, kata ‘Arsy (عَرْش) memiliki beberapa makna, di antaranya:

Dari makna-makna bahasa ini, kita dapat mengambil benang merah bahwa Arsy merujuk pada sesuatu yang tinggi, agung, dan menjadi pusat kemuliaan atau kekuasaan.

Makna Secara Istilah (Terminologi Syar'i)

Adapun dalam istilah syar'i, Arsy adalah makhluk Allah yang nyata, bukan kiasan. Para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah mendefinisikannya sebagai singgasana yang agung dan mulia yang diciptakan oleh Allah, memiliki tiang-tiang, dikelilingi dan dipikul oleh para malaikat, dan merupakan makhluk Allah yang paling besar serta menjadi atap bagi seluruh alam semesta. Arsy berada di atas seluruh langit dan di atas surga Firdaus. Di atas Arsy inilah Allah istiwa’ (bersemayam) dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupai makhluk-Nya.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Arsy adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang yang dipikul oleh para malaikat. Ia seperti kubah bagi alam semesta dan merupakan atap bagi seluruh makhluk.” Keyakinan ini didasarkan pada dalil-dalil yang sangat jelas dari Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih.

Arsy dalam Dalil Al-Qur'an Al-Karim

Al-Qur'an menyebutkan kata Arsy dalam banyak ayat, yang semuanya menunjukkan keagungan dan kemuliaannya. Ayat-ayat ini menjadi landasan utama keimanan kita terhadap keberadaan Arsy.

1. Penegasan Istiwa’ Allah di Atas Arsy

Salah satu penyebutan Arsy yang paling sering dalam Al-Qur'an adalah dalam konteks istiwa’ Allah di atasnya. Istiwa’ adalah sifat fi’liyah (perbuatan) Allah yang wajib kita imani maknanya, namun kita serahkan hakikat caranya kepada Allah semata. Allah berfirman:

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

"(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy." (QS. Thaha: 5)

Ayat ini dan ayat-ayat serupa lainnya (seperti dalam QS. Al-A'raf: 54, Yunus: 3, Ar-Ra'd: 2, Al-Furqan: 59, As-Sajdah: 4, dan Al-Hadid: 4) adalah dalil yang paling jelas tentang keberadaan Arsy dan ketinggian Allah di atas makhluk-Nya. Para ulama salaf sepakat untuk mengimani ayat ini sebagaimana adanya, yaitu menetapkan adanya Arsy dan sifat Istiwa’ bagi Allah, dengan keyakinan bahwa istiwa’-Nya tidak sama dengan istiwa’ (duduk, bersemayam, atau bertempat) makhluk. Sesuai dengan kaidah agung dalam firman-Nya: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11).

2. Arsy sebagai Simbol Keagungan dan Kekuasaan

Al-Qur'an seringkali menyifati Arsy dengan sebutan yang agung untuk menunjukkan kebesaran Pemiliknya, yaitu Allah. Di antara sifat-sifat tersebut adalah:

Penyifatan Arsy dengan sifat-sifat mulia ini secara tidak langsung merupakan pujian bagi Allah, Sang Pemilik Arsy tersebut. Karena keagungan ciptaan menunjukkan keagungan Penciptanya yang tiada tara.

3. Para Malaikat Pemikul dan yang Mengelilingi Arsy

Al-Qur'an juga memberikan gambaran tentang adanya para malaikat yang bertugas memikul Arsy dan bertasbih di sekelilingnya. Ini menunjukkan betapa besarnya Arsy tersebut hingga membutuhkan para pemikul dari kalangan malaikat yang juga sangat besar dan kuat.

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا

"(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman..." (QS. Ghafir: 7)

Ayat ini tidak hanya menegaskan adanya Arsy dan para pemikulnya, tetapi juga menunjukkan kemuliaan orang-orang beriman yang didoakan oleh para malaikat mulia tersebut.

Pada hari Kiamat, jumlah malaikat pemikul Arsy akan bertambah. Allah berfirman:

وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

"Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka." (QS. Al-Haqqah: 17)

Arsy dalam Penjelasan As-Sunnah (Hadits Nabi)

Hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan detail lebih lanjut yang semakin memperjelas gambaran tentang keagungan Arsy. Penjelasan ini sangat penting karena melengkapi apa yang telah disebutkan secara global di dalam Al-Qur'an.

1. Arsy Adalah Makhluk Tertinggi dan Atap Surga

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Arsy berada di lokasi yang paling tinggi, bahkan di atas surga yang tertinggi. Beliau bersabda:

"Apabila kalian meminta kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya Surga Firdaus. Sesungguhnya ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya terdapat Arsy Ar-Rahman (Singgasana Tuhan Yang Maha Pengasih), dan darinya terpancar sungai-sungai surga." (HR. Bukhari)

Hadits ini dengan sangat jelas menempatkan posisi Arsy sebagai makhluk yang paling tinggi, menjadi atap bagi Surga Firdaus. Ini menguatkan pemahaman bahwa Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya, sebuah akidah yang dikenal sebagai ‘Uluwwullah (Ketinggian Allah).

2. Ukuran Arsy yang Luar Biasa Besar

Akal manusia tidak akan pernah sanggup membayangkan betapa besarnya Arsy Allah. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan untuk membantu kita memahami secuil dari kebesarannya, bukan untuk mengetahui hakikatnya. Beliau membandingkan tujuh lapis langit dan bumi beserta Kursi Allah dengan Arsy:

"Tidaklah tujuh langit dan tujuh bumi jika dibandingkan dengan Kursi melainkan seperti sebuah cincin yang dilemparkan di padang pasir yang luas. Dan keutamaan (besarnya) ‘Arsy atas Kursi adalah seperti keutamaan padang pasir tersebut atas cincin itu." (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan lainnya, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 109)

Perumpamaan ini sungguh menakjubkan. Jika seluruh alam semesta yang kita kenal (langit dan bumi) dibandingkan dengan Kursi Allah, ukurannya hanya seperti cincin kecil di tengah gurun yang tak bertepi. Kemudian, Kursi itu sendiri—yang sudah begitu besar—jika dibandingkan dengan Arsy, juga laksana cincin di tengah gurun. Subhanallah! Betapa agungnya Arsy, dan betapa jauh lebih agung lagi Allah, Pencipta Arsy tersebut.

3. Arsy Memiliki Tiang-Tiang

Dalam beberapa hadits, disebutkan bahwa Arsy memiliki tiang-tiang (qawa'im). Hal ini menunjukkan bahwa Arsy adalah makhluk fisik yang nyata, bukan sekadar konsep atau kiasan. Salah satu hadits yang menyebutkannya adalah hadits tentang peristiwa pingsannya manusia saat tiupan sangkakala:

"Manusia akan pingsan pada hari kiamat, dan aku adalah orang pertama yang sadar. Tiba-tiba aku melihat Musa sedang berpegangan pada salah satu tiang Arsy. Aku tidak tahu apakah dia sadar sebelumku ataukah dia termasuk orang yang dikecualikan oleh Allah (dari pingsan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Penyebutan "tiang Arsy" (qa'imah min qawa'imil 'Arsy) dalam hadits shahih ini menjadi bukti tak terbantahkan akan eksistensi fisik dari Arsy.

4. Arsy Bergetar Karena Peristiwa Tertentu

Dalam sebuah peristiwa yang menunjukkan kemuliaan seorang sahabat, Sa'ad bin Mu'adz radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa kematiannya menyebabkan Arsy bergetar.

"Arsy Ar-Rahman bergetar karena kematian Sa'ad bin Mu'adz." (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama menjelaskan bahwa getaran ini adalah getaran kegembiraan dan pengagungan atas kedatangan ruh seorang hamba yang sangat dicintai Allah. Peristiwa ini sekali lagi menunjukkan bahwa Arsy adalah makhluk nyata yang dapat bereaksi atas perintah dan kehendak Allah.

Perbedaan Antara Arsy dan Kursi

Seringkali terjadi kerancuan antara Arsy dan Kursi. Keduanya adalah makhluk Allah yang sangat agung, namun keduanya berbeda. Dalil-dalil menunjukkan bahwa Arsy jauh lebih besar daripada Kursi. Ayat yang paling terkenal tentang Kursi adalah Ayat Kursi:

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ

"Kursi-Nya meliputi langit dan bumi..." (QS. Al-Baqarah: 255)

Para ulama salaf, seperti Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, menafsirkan bahwa Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah (maudhi' al-qadamain), sedangkan Arsy adalah Singgasana tempat Allah bersemayam (istiwa’). Tafsiran ini adalah yang paling kuat dan didukung oleh banyak riwayat.

Hadits tentang perumpamaan cincin di padang pasir yang telah disebutkan sebelumnya menjadi pemisah yang jelas antara keduanya. Kursi, yang sudah meliputi seluruh langit dan bumi, hanyalah laksana cincin jika dibandingkan dengan Arsy. Maka, urutannya adalah: Langit dan Bumi, kemudian di atasnya ada Kursi yang meliputinya, dan di atas Kursi ada Arsy yang jauh lebih besar lagi.

Makna Istiwa’ ‘alal ‘Arsy Menurut Ahlus Sunnah

Pembahasan tentang Arsy tidak akan lengkap tanpa membahas makna Istiwa’. Ini adalah salah satu titik paling krusial dalam akidah yang membedakan Ahlus Sunnah dengan kelompok-kelompok lainnya. Manhaj (metode) para ulama salaf dalam memahami sifat Istiwa’ berdiri di atas empat pilar:

  1. Mengimani dan Menetapkan Adanya Sifat Istiwa’: Kita wajib meyakini bahwa Allah benar-benar ber-istiwa’ di atas Arsy-Nya, karena Dia sendiri yang memberitakannya dalam Al-Qur'an. Mengingkarinya adalah kekufuran.
  2. Makna Istiwa’ Diketahui: Secara bahasa, istiwa’ berarti ‘ala (tinggi), irtafa’a (naik), sha’ada (meninggi), dan istaqarra (menetap/berada di atas). Makna ini dipahami oleh para sahabat dan generasi setelahnya. Imam Malik bin Anas rahimahullah ketika ditanya tentang istiwa’, beliau menjawab, "Istiwa’ itu maknanya maklum (diketahui)..."
  3. Caranya (Kaifiyah) Tidak Diketahui: "...sedangkan caranya (kaif) majhul (tidak diketahui)..." Lanjutan dari perkataan Imam Malik. Kita tidak tahu dan tidak boleh bertanya "bagaimana" cara Allah ber-istiwa’. Karena hakikat Dzat Allah saja tidak kita ketahui, maka bagaimana mungkin kita bisa mengetahui hakikat perbuatan-Nya? Akal kita terbatas dan tidak akan pernah mampu menjangkaunya.
  4. Bertanya Tentang Caranya Adalah Bid'ah: "...dan bertanya tentangnya adalah bid’ah." Ini adalah penutup dari perkataan emas Imam Malik. Menggali-gali atau berfilsafat tentang "bagaimana" cara Allah ber-istiwa’ adalah perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat dan merupakan pintu menuju penyimpangan, baik itu penyerupaan (tasybih) maupun penolakan (ta’thil).

Oleh karena itu, sikap seorang Muslim adalah meyakini bahwa Allah berada tinggi di atas Arsy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya, dengan cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, tanpa menyerupakan-Nya dengan cara bersemayamnya makhluk. Penafsiran sebagian kelompok yang memaknai istiwa’ dengan istaula (menguasai) adalah penafsiran yang keliru dan batil, karena hal itu menyiratkan bahwa sebelumnya Arsy tidak dikuasai oleh Allah, Maha Suci Allah dari anggapan demikian. Allah menguasai segala sesuatu sejak azali.

Hikmah dan Buah Keimanan Terhadap Arsy

Mengimani keberadaan Arsy Allah bukanlah sekadar pengetahuan teoretis. Keimanan ini seharusnya menumbuhkan buah-buah yang manis dalam hati dan amal seorang hamba. Di antara hikmahnya adalah:

1. Mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Ketika seorang hamba merenungi betapa besar dan agungnya Arsy, makhluk ciptaan Allah, maka secara otomatis hatinya akan dipenuhi dengan pengagungan yang jauh lebih besar terhadap Sang Pencipta Arsy. Jika makhluk-Nya saja sedemikian dahsyat hingga akal tak mampu menjangkaunya, bagaimana lagi dengan keagungan Dzat Allah yang menciptakannya? Ini akan melahirkan rasa takjub, cinta, dan pengagungan yang mendalam kepada Allah.

2. Menumbuhkan Rasa Tawadhu’ (Rendah Hati)

Di hadapan kebesaran Arsy saja, manusia dan seluruh alam semesta ini terasa begitu kecil, laksana debu. Apalagi di hadapan kebesaran Allah, Rabb pemilik Arsy. Kesadaran ini akan menghancurkan kesombongan dan keangkuhan dalam diri. Manusia akan sadar betapa kecil dan lemahnya dirinya, serta betapa ia sangat bergantung kepada Rabb-nya Yang Maha Agung.

3. Menetapkan Sifat Ketinggian (Al-‘Uluww) bagi Allah

Keimanan terhadap Arsy yang berada di atas seluruh langit dan surga adalah pilar utama dalam menetapkan akidah bahwa Allah Maha Tinggi di atas seluruh makhluk-Nya. Ini menentramkan hati seorang hamba saat ia berdoa, karena ia tahu doanya naik menuju Dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Mendengar dari atas Arsy-Nya. Hati secara fitrah akan menghadap ke atas saat memohon kepada Allah.

4. Memperkuat Keimanan pada Hal Ghaib

Arsy adalah salah satu perkara ghaib terbesar. Mengimaninya tanpa pernah melihatnya, hanya berlandaskan pada berita dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, merupakan ujian keimanan yang sejati. Ini melatih seorang Muslim untuk tunduk dan patuh pada wahyu, meskipun akalnya tidak mampu menjangkaunya secara penuh. Inilah esensi dari iman, yaitu percaya pada apa yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya.

5. Memberikan Harapan dan Rasa Aman

Mengetahui bahwa urusan seluruh makhluk diatur oleh Allah dari atas Arsy-Nya yang agung memberikan ketenangan. Dia-lah Raja Yang Sebenarnya, yang kekuasaan-Nya mutlak dan keadilan-Nya sempurna. Para malaikat di sekitar Arsy memintakan ampun untuk orang-orang beriman. Ini semua memberikan harapan dan rasa aman yang luar biasa bagi seorang hamba yang taat.

Kesimpulan

Arsy Allah adalah makhluk-Nya yang paling besar, paling agung, dan paling tinggi. Ia adalah singgasana nyata yang memiliki tiang-tiang, dipikul oleh para malaikat, dan menjadi atap bagi seluruh alam semesta, yang berada di atas surga Firdaus. Keberadaannya ditegaskan secara mutlak oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih.

Di atas Arsy itulah Allah, Ar-Rahman, ber-istiwa’ dengan cara yang layak bagi keagungan-Nya, tanpa ada penyerupaan dengan makhluk-Nya sedikit pun. Keimanan terhadap Arsy adalah bagian tak terpisahkan dari akidah Islam yang lurus, yang menuntun seorang hamba untuk mengagungkan Penciptanya, merendahkan diri di hadapan-Nya, dan memurnikan tauhid hanya untuk-Nya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa membimbing kita di atas akidah yang benar, akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dan memasukkan kita ke dalam Surga Firdaus yang atapnya adalah Arsy-Nya Yang Maha Agung. Maha Suci Engkau, ya Allah, Rabb Pemilik Arsy yang Agung.

🏠 Homepage