Ikan bandeng (Chanos chanos) secara tradisional dikenal sebagai ikan air payau atau air asin. Namun, seiring perkembangan teknologi akuakultur, budidaya bandeng air tawar kini menjadi alternatif yang sangat menjanjikan bagi para pembudidaya. Keputusan untuk beralih dari budidaya laut atau payau ke air tawar sering kali didorong oleh beberapa faktor utama: ketersediaan lahan, kontrol penyakit yang lebih mudah, dan stabilitas lingkungan budidaya. Bandeng air tawar menawarkan potensi pasar yang besar karena permintaan konsumen terhadap protein ikan berkualitas tetap tinggi.
Ilustrasi visualisasi bandeng dalam lingkungan air tawar.
Tantangan utama dalam membudidayakan bandeng air tawar adalah proses adaptasi. Bandeng harus diperkenalkan secara bertahap ke lingkungan air tawar untuk menghindari syok osmotik. Proses aklimatisasi ini memerlukan waktu dan kontrol suhu yang ketat. Idealnya, bibit yang digunakan berasal dari indukan yang telah terbiasa hidup di air tawar atau melalui proses pemeliharaan khusus di tambak air payau dengan salinitas yang diturunkan secara perlahan selama beberapa generasi. Pemilihan bibit juga harus memperhatikan ukuran seragam (grade A) dan bebas dari cacat fisik. Ukuran bibit ideal umumnya berkisar 5-7 cm untuk mempercepat masa panen.
Kualitas air adalah faktor penentu keberhasilan budidaya bandeng, terlepas dari salinitasnya. Untuk bandeng air tawar, parameter seperti pH harus dijaga antara 6,5 hingga 8,5. Suhu optimal berkisar antara 25°C hingga 30°C. Oksigen terlarut (DO) harus dijaga di atas 4 ppm; penggunaan aerator menjadi wajib, terutama pada kepadatan tebar yang tinggi. Pergantian air secara periodik sangat penting untuk membuang sisa metabolit dan menjaga kestabilan lingkungan. Manajemen pakan yang baik akan mengurangi penumpukan bahan organik di dasar kolam yang dapat menurunkan kualitas air secara drastis.
Bandeng dikenal sebagai omnivora yang rakus. Dalam budidaya intensif, pakan pelet komersial dengan kadar protein sekitar 28-32% sangat direkomendasikan. Pemberian pakan harus dilakukan secara teratur, biasanya 3-4 kali sehari, disesuaikan dengan nafsu makan ikan dan ukuran tubuhnya. Teknik pemberian pakan menggunakan palet apung mempermudah pengawasan sisa pakan. Dengan manajemen yang baik, pertumbuhan bandeng air tawar dari ukuran benih hingga ukuran konsumsi (sekitar 300-500 gram per ekor) dapat dicapai dalam waktu 6 hingga 8 bulan. Variasi pertumbuhan antar individu harus dimonitor untuk mencegah kanibalisme.
Secara ekonomis, budidaya ini menawarkan keuntungan signifikan. Harga jual bandeng segar di pasar domestik cenderung stabil dan tinggi. Selain itu, metode budidaya di kolam terpal atau beton memungkinkan pembudidaya untuk mengontrol waktu panen lebih baik dibandingkan tambak terbuka. Meskipun investasi awal untuk infrastruktur kolam mungkin sedikit lebih tinggi, risiko kegagalan akibat perubahan cuaca ekstrem atau intrusi air laut dapat diminimalisir. Oleh karena itu, fokus pada optimalisasi kepadatan tebar dan pencegahan penyakit menjadi kunci profitabilitas jangka panjang dalam segmen bandeng air tawar ini. Kesuksesan budidaya ini memerlukan dedikasi, pengetahuan teknis, dan adaptasi berkelanjutan terhadap kondisi lingkungan lokal.