Pendahuluan: Pentingnya Asesmen Afektif
Asesmen afektif bertujuan untuk mengukur aspek sikap, nilai, motivasi, minat, dan kepribadian peserta didik. Berbeda dengan asesmen kognitif yang mengukur pengetahuan dan keterampilan, asesmen afektif berfokus pada bagaimana siswa merespons objek pembelajaran secara emosional dan personal. Meskipun sering dianggap sulit diukur secara kuantitatif, penggunaan soal pilihan ganda yang dirancang dengan skenario perilaku spesifik dapat memberikan indikasi awal mengenai kecenderungan sikap siswa.
Berikut adalah beberapa contoh soal pilihan ganda yang dirancang untuk menggali ranah afektif, seringkali mengacu pada dimensi penerimaan (receiving), respons (responding), penghayatan nilai (valuing), organisasi nilai (organization), dan karakterisasi (characterization) sesuai taksonomi Krathwohl.
Contoh Soal Afektif Pilihan Ganda
1. Saat Anda menemukan sebuah buku catatan milik teman di perpustakaan yang berisi informasi penting, reaksi pertama Anda adalah...
2. Jika seorang teman Anda tidak sengaja merusak properti kelompok saat tugas, dan Anda menyaksikannya, sikap terbaik yang Anda tunjukkan adalah...
3. Ketika sedang mempelajari materi sejarah yang ternyata bertentangan dengan keyakinan pribadi Anda, manakah pendekatan yang paling Anda ambil?
4. Dalam lingkungan belajar kelompok, Anda lebih suka mengambil peran sebagai...
5. Ketika Anda melihat adanya ketidakadilan dalam pembagian tugas di lingkungan sekolah (misalnya, satu orang selalu mendapat tugas paling ringan), tindakan Anda adalah...
Diskusi Lebih Lanjut Mengenai Asesmen Afektif
Soal pilihan ganda afektif bukanlah alat ukur psikometri yang presisi, namun berfungsi sebagai stimulus untuk refleksi diri (self-reflection). Dalam konteks pendidikan modern, guru sering menggunakan skenario-skenario seperti di atas untuk memicu diskusi kelas, bukan sekadar mencari jawaban 'benar' atau 'salah'.
Tantangan utama dalam membuat soal afektif pilihan ganda adalah menghindari dikotomi. Respons siswa terhadap isu sosial atau moral seringkali berada dalam spektrum yang luas. Oleh karena itu, pilihan jawaban harus dirancang untuk merefleksikan tingkatan perkembangan afektif, mulai dari sekadar sadar (receiving) hingga terinternalisasi sebagai prinsip hidup (characterization).
Misalnya, pilihan A mungkin mencerminkan nilai yang sudah sangat terinternalisasi, sementara pilihan D bisa saja mencerminkan tindakan yang dilakukan hanya karena tuntutan situasi atau harapan sosial (conformity), bukan karena keyakinan murni. Penggunaan rubrik penilaian kualitatif setelah siswa memilih jawaban sangat dianjurkan untuk menggali lebih dalam alasan di balik pilihan mereka.
Dengan demikian, meskipun formatnya pilihan ganda, tujuan utama dari soal-soal ini adalah memfasilitasi pertumbuhan karakter dan kesadaran sosial peserta didik, menjadikannya alat bantu evaluasi holistik.