Dalam samudra kehidupan yang luas dan seringkali bergelombang, setiap jiwa manusia pasti pernah merasakan terombang-ambing. Ada kalanya kita merasa lelah, tersesat, dibebani oleh beratnya dunia, atau dikejar oleh bayang-bayang kesalahan masa lalu. Di tengah hiruk pikuk pencarian akan ketenangan, keamanan, dan tujuan hidup, Al-Qur'an datang dengan sebuah seruan yang singkat namun begitu kuat dan menggugah jiwa. Sebuah panggilan universal yang menembus ruang dan waktu, ditujukan kepada setiap insan yang merindukan tempat berpulang yang sejati. Seruan itu adalah: "Fafirru Ilallah".
Frasa agung ini, yang berarti "Maka segeralah kembali (berlari) kepada Allah," termaktub dalam Surah Adz-Dhariyat, ayat 50. Ini bukan sekadar perintah, melainkan sebuah undangan penuh kasih dari Sang Pencipta. Ia adalah kompas yang menunjukkan arah pulang saat kita kehilangan arah. Ia adalah pelukan hangat yang menanti di ujung perjalanan taubat. Ia adalah mercusuar yang cahayanya menuntun kapal jiwa kita keluar dari badai kegelapan menuju pelabuhan Rahmat-Nya yang damai.
Artikel ini akan membawa kita menyelami kedalaman makna di balik seruan "Fafirru Ilallah". Kita akan menjelajahi dari apa kita harus berlari, menuju apa kita berlari, bagaimana cara praktis melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, serta buah manis apa yang akan kita petik dari perjalanan spiritual yang paling penting ini.
Membedah Makna: Dari Apa dan Menuju Apa Kita Berlari?
Kata "Fafirru" berasal dari akar kata "farra-yafiru" yang berarti berlari, melarikan diri, atau bersegera. Kata ini mengandung makna kecepatan, kesungguhan, dan upaya untuk menjauh dari sesuatu yang menakutkan atau membahayakan, menuju tempat yang aman. Jadi, seruan ini memiliki dua dimensi yang tak terpisahkan: lari dari sesuatu dan lari menuju sesuatu.
Lari DARI Segala Sesuatu Selain Allah
Perintah untuk berlari ini menyiratkan adanya bahaya yang harus kita tinggalkan. Bahaya ini bisa berwujud nyata maupun abstrak, lahiriah maupun batiniah. Inilah beberapa hal yang harus kita tinggalkan di belakang dalam perjalanan kita:
1. Lari dari Kesyirikan Menuju Tauhid
Bahaya terbesar yang mengancam keselamatan abadi seorang manusia adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Ini adalah inti dari kegelapan. Syirik bisa berbentuk penyembahan berhala secara fisik, tetapi juga bisa berbentuk lebih halus, seperti menggantungkan harapan, rasa takut, dan cinta yang mutlak kepada selain Allah. Mengandalkan jabatan, harta, manusia, atau bahkan diri sendiri sebagai penentu nasib adalah bentuk syirik modern. Fafirru Ilallah adalah panggilan untuk melepaskan semua belenggu ketergantungan ini dan berlari menuju pemurnian tauhid, di mana kita hanya menyembah, meminta, dan berserah diri kepada Allah semata. Ini adalah pembebasan jiwa dari perbudakan makhluk menuju kemerdekaan sebagai hamba Al-Khaliq.
2. Lari dari Kemaksiatan Menuju Ketaatan
Setiap dosa dan kemaksiatan adalah racun bagi jiwa. Ia mengeruhkan hati, memadamkan cahaya iman, dan menjauhkan kita dari rahmat Allah. Dosa adalah jurang yang jika kita terus berada di dekatnya, kita berisiko terperosok ke dalamnya. Perintah Fafirru Ilallah mengajak kita untuk tidak berjalan santai menjauhi dosa, tetapi untuk berlari sekencang-kencangnya. Meninggalkan lingkungan yang buruk, memutus hubungan yang haram, menghentikan kebiasaan yang merusak—semuanya membutuhkan kecepatan dan kesungguhan. Kita berlari dari lembah kemaksiatan menuju dataran tinggi ketaatan, di mana ada kedamaian dan keridhaan-Nya.
3. Lari dari Kelalaian Menuju Dzikir (Ingat kepada Allah)
Dunia modern dengan segala kesibukan dan hiburannya seringkali membuat kita lalai. Hati kita dipenuhi oleh urusan duniawi, target pekerjaan, dan hiburan tanpa henti, sehingga lupa kepada Sang Pemberi Kehidupan. Kelalaian (ghaflah) adalah penyakit hati yang mematikan secara perlahan. Kita mungkin secara fisik sehat, tetapi jiwa kita kering dan hampa. Fafirru Ilallah adalah seruan untuk sadar. Berlari dari kebisingan dunia yang memekakkan menuju keheningan dzikir. Mengganti waktu yang terbuang dengan tasbih, tahmid, dan tahlil. Menghidupkan kembali hati yang layu dengan mengingat-Nya di setiap kesempatan.
4. Lari dari Kebodohan Menuju Ilmu
Beribadah tanpa ilmu adalah seperti berjalan di dalam gelap; bisa jadi kita tersesat tanpa menyadarinya. Kebodohan terhadap agama, terhadap siapa Tuhan kita, siapa Nabi kita, dan apa tujuan hidup kita, adalah sebuah bahaya besar. Fafirru Ilallah adalah motivasi untuk berlari dari kegelapan jahiliyah (kebodohan) menuju cahaya ilmu. Bersegera menghadiri majelis ilmu, membaca Al-Qur'an dengan tadabbur, mempelajari hadis, dan bertanya kepada para ulama adalah manifestasi dari lari menuju Allah melalui gerbang pengetahuan.
5. Lari dari Keputusasaan Menuju Harapan
Ketika ujian datang bertubi-tubi, ketika dosa terasa terlalu besar untuk diampuni, setan akan membisikkan keputusasaan. Putus asa dari rahmat Allah adalah salah satu dosa besar. Fafirru Ilallah adalah antitesis dari keputusasaan. Ini adalah perintah untuk berlari dari bisikan pesimis dan prasangka buruk kepada Allah, menuju samudra harapan akan ampunan dan pertolongan-Nya yang tak terbatas. Tidak peduli seberapa kelam masa lalu kita, pintu taubat-Nya selalu terbuka bagi mereka yang berlari menuju-Nya.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Lari MENUJU Perlindungan dan Rahmat Allah
Setelah mengetahui apa yang harus kita tinggalkan, tujuan dari pelarian ini menjadi sangat jelas. Kita tidak berlari ke tempat yang tidak pasti. Kita berlari menuju satu-satunya sumber keamanan, cinta, dan kebahagiaan sejati.
1. Menuju Ampunan-Nya (Maghfirah)
Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. Lari kepada Allah adalah lari menuju ampunan-Nya yang lebih luas dari langit dan bumi. Saat seorang hamba berlari kepada-Nya dengan penyesalan, Allah menyambutnya dengan maghfirah yang menghapus noda-noda dosa, seolah-olah tak pernah terjadi.
2. Menuju Rahmat-Nya (Rahmah)
Di dunia ini, kita hidup semata-mata karena rahmat Allah. Udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, kesehatan yang kita nikmati, semua adalah manifestasi dari rahmat-Nya. Berlari kepada Allah berarti kita mencari naungan di bawah payung rahmat-Nya yang tak bertepi, baik di dunia maupun di akhirat. Rahmat-Nya adalah perisai dari azab dan kunci menuju surga.
3. Menuju Perlindungan-Nya (Wilayah)
Kehidupan penuh dengan bahaya, baik yang terlihat maupun yang tidak. Ada kejahatan manusia, godaan setan, dan musibah yang tak terduga. Siapakah pelindung terbaik? Fafirru Ilallah adalah tindakan mencari suaka kepada Allah Yang Maha Perkasa. Ketika kita berlari kepada-Nya, kita masuk ke dalam benteng perlindungan-Nya yang tidak akan pernah bisa ditembus oleh siapapun dan apapun.
4. Menuju Ketenangan-Nya (Sakinah)
Banyak orang mencari ketenangan pada harta, tahta, atau hiburan, namun yang mereka temukan hanyalah kesenangan sesaat yang diikuti oleh kehampaan. Ketenangan sejati (sakinah) adalah anugerah yang Allah turunkan ke dalam hati hamba-hamba-Nya yang beriman. Berlari kepada Allah melalui shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur'an adalah cara tercepat untuk mengundang sakinah ke dalam jiwa yang gelisah.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Bagaimana Cara Praktis "Fafirru Ilallah" dalam Kehidupan?
Seruan ini bukanlah sebuah konsep filosofis yang mengawang-awang. Ia adalah sebuah prinsip hidup yang dapat dan harus diwujudkan dalam tindakan nyata setiap hari. Berikut adalah beberapa cara praktis untuk mengamalkan "Fafirru Ilallah".
1. Taubat Nasuha: Pelarian Pertama dan Utama
Langkah pertama untuk berlari kepada Allah adalah melalui gerbang taubat. Taubat nasuha (taubat yang murni) adalah pelarian total dari masa lalu yang kelam. Ia memiliki beberapa syarat:
- Al-Iqla': Berhenti total dari perbuatan dosa tersebut seketika.
- An-Nadam: Menyesali dengan sepenuh hati atas dosa yang telah dilakukan. Penyesalan ini harus membakar jiwa, menimbulkan kesedihan karena telah durhaka kepada Allah.
- Al-'Azm: Bertekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi di masa depan.
- Mengembalikan Hak: Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak orang lain (seperti mencuri atau memfitnah), maka hak tersebut harus dikembalikan atau meminta maaf dan kerelaan dari orang yang bersangkutan.
2. Shalat: Pelarian Lima Kali Sehari
Shalat adalah mi'raj (kenaikan) seorang mukmin. Ia adalah momen di mana kita secara sadar meninggalkan semua urusan dunia untuk berlari menghadap Rabb semesta alam. Ketika adzan berkumandang, itu adalah panggilan untuk "fafirru" (bersegeralah!). Tinggalkan pekerjaanmu, tinggalkan percakapanmu, tinggalkan gawaimu, dan berlarilah menuju sumber ketenangan. Setiap gerakan dalam shalat, dari takbir hingga salam, adalah simbol penyerahan diri. Sujud adalah puncak dari pelarian ini, di mana kita meletakkan bagian tubuh kita yang paling mulia (wajah) di tempat yang paling rendah sebagai bentuk pengakuan akan kehambaan kita di hadapan-Nya.
3. Dzikir dan Doa: Pelarian di Setiap Helaan Napas
Jika shalat adalah pelarian terjadwal, maka dzikir dan doa adalah pelarian yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Saat hati merasa gundah, larilah kepada Allah dengan mengucapkan "Laa ilaaha illa Anta, subhaanaka inni kuntu minazh zhalimiin." Saat mendapat nikmat, larilah kepada-Nya dengan "Alhamdulillah." Saat melihat kebesaran ciptaan-Nya, larilah dengan "Subhanallah." Doa adalah senjata seorang mukmin, sebuah bentuk pelarian dari kelemahan diri menuju kekuatan-Nya. Mengangkat kedua tangan adalah simbol pengakuan bahwa kita tidak memiliki daya dan upaya, dan kita berlari memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
4. Menuntut Ilmu: Pelarian dari Kegelapan Pikiran
Menghabiskan waktu untuk mempelajari agama adalah bentuk Fafirru Ilallah yang sangat mulia. Setiap ayat yang kita pelajari, setiap hadis yang kita pahami, setiap hukum fiqih yang kita ketahui, adalah langkah-langkah yang membawa kita lari dari kebodohan menuju cahaya petunjuk. Orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali. Ini adalah pelarian intelektual dan spiritual yang akan menjaga kita dari kesesatan.
5. Hijrah Lingkungan: Pelarian Fisik untuk Menyelamatkan Iman
Terkadang, lingkungan di sekitar kita begitu beracun sehingga iman kita terus terkikis. Teman-teman yang buruk, budaya yang tidak Islami, dan tekanan sosial bisa menjadi penghalang besar untuk kembali kepada Allah. Dalam kondisi seperti ini, hijrah atau berpindah tempat menjadi sebuah bentuk Fafirru Ilallah yang nyata. Sebagaimana kisah seorang pria yang telah membunuh seratus orang, ia disarankan untuk meninggalkan negerinya yang buruk dan pergi ke negeri orang-orang shaleh. Berlari meninggalkan lingkungan yang menjauhkanmu dari Allah menuju lingkungan yang mendekatkanmu kepada-Nya adalah sebuah pengorbanan besar yang akan dibalas dengan pahala yang besar pula.
6. Bersabar Saat Musibah: Pelarian Hati Saat Dunia Terasa Sempit
Ketika musibah datang, reaksi alami manusia adalah panik, mengeluh, atau marah. Namun, seorang mukmin yang memahami makna Fafirru Ilallah akan memiliki reaksi yang berbeda. Ia akan berlari kepada Allah melalui kesabaran dan shalat. Ia akan mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali). Ia menjadikan musibah sebagai momentum untuk semakin mendekat, bukan menjauh. Ia berlari dari kerapuhan dirinya menuju kekuatan Allah, dari kesedihannya menuju penghiburan dari-Nya.
Buah Manis dari Perjalanan "Fafirru Ilallah"
Setiap perjalanan yang melelahkan pasti menjanjikan tujuan yang indah. Begitu pula dengan perjalanan spiritual ini. Mereka yang dengan tulus dan sungguh-sungguh menyambut seruan Fafirru Ilallah akan memetik buah-buah manis yang tak ternilai harganya, baik di dunia maupun di akhirat.
1. Ketenangan Jiwa yang Hakiki (Sakinah)
Dunia boleh bergejolak, masalah boleh datang silih berganti, tetapi hati yang telah menemukan tempatnya untuk berlari akan selalu merasakan ketenangan. Ini adalah janji Allah. Ketenangan ini bukan berarti tidak ada masalah, tetapi adanya keyakinan kuat bahwa ada Allah yang Maha Mengatur segalanya. Hati tidak lagi cemas akan masa depan atau bersedih atas masa lalu, karena ia telah bersandar pada pilar yang paling kokoh.
2. Jalan Keluar dari Setiap Kesulitan (Makhraj)
Allah berjanji dalam Surah At-Talaq, ayat 2-3, bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Lari kepada Allah adalah esensi dari takwa. Ketika kita memprioritaskan Allah di atas segalanya, Dia akan mengambil alih penyelesaian urusan kita. Pintu yang tadinya tertutup akan terbuka, masalah yang tadinya buntu akan menemukan solusinya dengan cara yang tidak pernah kita duga.
3. Rasa Manisnya Iman (Halawatul Iman)
Iman bukan hanya sekadar kepercayaan di pikiran, tetapi juga sebuah rasa manis yang bisa dikecap oleh hati. Rasa manis ini didapatkan ketika seseorang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada apapun. Proses Fafirru Ilallah, yaitu meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintai-Nya, akan membuahkan halawatul iman ini. Ibadah tidak lagi terasa sebagai beban, melainkan sebagai kebutuhan dan kenikmatan. Ketaatan menjadi sumber kebahagiaan yang tidak bisa ditukar dengan kesenangan duniawi manapun.
4. Perlindungan dari Godaan Setan
Setan hanya memiliki kuasa atas orang-orang yang mengikutinya dan menjadikannya sebagai sekutu. Ketika seorang hamba berlari kepada Allah, ia secara otomatis berlari menjauhi wilayah kekuasaan setan. Ia masuk ke dalam perlindungan Allah (hizbullah). Meskipun setan akan terus mencoba menggodanya, perisai dzikir, iman, dan ketaatan akan membuatnya lemah dan tidak berdaya. Semakin cepat kita berlari kepada Allah, semakin jauh kita meninggalkan setan di belakang.
5. Keberkahan dalam Hidup
Keberkahan (barakah) adalah bertambahnya kebaikan ilahi pada sesuatu. Ketika kita berlari kepada Allah, Dia akan menurunkan keberkahan dalam hidup kita. Waktu yang terasa lebih lapang, rezeki yang sedikit terasa mencukupi, keluarga yang harmonis, dan ilmu yang bermanfaat adalah sebagian dari bentuk-bentuk keberkahan. Hidup tidak lagi diukur dari kuantitas, tetapi dari kualitas dan nilai kebaikan yang ada di dalamnya.
6. Puncak Kenikmatan: Husnul Khatimah dan Surga-Nya
Tujuan akhir dari setiap pelarian ini adalah sebuah akhir yang baik (husnul khatimah). Seseorang akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya saat ia meninggal. Orang yang menghabiskan hidupnya dalam perjalanan Fafirru Ilallah, maka sangat diharapkan ia akan meninggal dalam keadaan sedang berlari menuju Rabb-nya. Dan tidak ada balasan bagi hamba yang senantiasa kembali kepada-Nya, selain sambutan yang hangat di surga-Nya yang penuh kenikmatan abadi.
Sebuah Panggilan yang Mendesak
Seruan "Fafirru Ilallah" bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan yang mendesak. Karena kematian bisa datang kapan saja, tanpa pemberitahuan. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara, sebuah arena ujian. Waktu kita terbatas. Setiap detik yang berlalu tanpa kita gunakan untuk berlari kepada-Nya adalah sebuah kerugian yang tidak akan pernah bisa diganti.
Maka, jangan menunda lagi. Jika saat ini engkau merasa jauh, mulailah langkah pertamamu. Jika engkau terbelenggu dosa, putuskan rantainya sekarang juga. Jika engkau lalai, basahi lisanmu dengan asma-Nya. Berlarilah sekuat tenaga, karena yang engkau tuju adalah Rabb yang Maha Pengasih, yang kerinduan-Nya untuk menerima taubat hamba-Nya melebihi kerinduan sang hamba untuk bertaubat.
Berlarilah, karena di ujung perjalanan ini ada ampunan yang luas, rahmat yang tak bertepi, dan surga yang lebarnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bersegera kembali kepada-Nya.
Fafirru Ilallah.