Di antara deretan ulama besar yang namanya terukir abadi dalam sejarah dakwah Islam di Nusantara, sosok Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri menempati posisi yang sangat terhormat. Beliau adalah seorang waliyullah, cendekiawan mumpuni, dan pembawa rahmat yang jejak langkahnya meliputi wilayah Timur Tengah hingga kepulauan Indonesia. Peranannya dalam menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan penuh kasih sayang meninggalkan warisan spiritual yang masih terasa hingga kini.
Nasab dan Kehidupan Awal
Lahir di Hadramaut, Yaman, Habib Ali Al Jufri tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat kental dengan nuansa keilmuan dan kesalehan. Nasab beliau bersambung langsung kepada Rasulullah ﷺ melalui jalur Alawiyyin yang masyhur. Ayah beliau, Habib Abdurrahman bin Ahmad Al Jufri, adalah seorang ulama besar yang turut mendidik dan menempa kepribadian Habib Ali sejak usia dini. Pendidikan awal ini membentuk dasar akidah dan akhlak beliau yang kokoh.
Seperti kebanyakan ulama besar dari Hadramaut, beliau menempuh perjalanan spiritual yang panjang, berguru kepada para 'Arifin Billah di tanah kelahirannya. Kedalaman ilmunya tidak hanya terbatas pada bidang fikih dan tasawuf, tetapi juga mencakup ilmu tafsir, hadis, dan sejarah Islam. Wibawa keilmuan beliau muncul bukan hanya karena gelar akademis, melainkan karena buah dari mujahadah (perjuangan spiritual) yang beliau lakukan secara kontinyu.
Peran Sentral dalam Dakwah di Nusantara
Kisah kedatangan Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri ke Nusantara adalah babak penting dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah ini, khususnya di kawasan Indonesia bagian Timur. Beliau datang bukan sebagai penakluk, melainkan sebagai pendidik dan pembimbing ruh. Kehadirannya membawa angin segar berupa ajaran yang menyejukkan, menekankan pentingnya persatuan, kecintaan (mahabbah), dan pengamalan syariat secara kaffah namun dengan cara yang bijaksana.
Habib Ali dikenal memiliki keahlian luar biasa dalam berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat. Beliau mampu berbicara dalam bahasa yang mudah dipahami oleh rakyat jelata, sekaligus mampu berdiskusi mendalam dengan para intelektual dan penguasa. Kelembutan sikap, kesabaran dalam menghadapi perbedaan pendapat, serta keteguhan prinsip (istiqamah) adalah ciri khas dakwah beliau. Beliau selalu menekankan pentingnya mengikuti manhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah yang berlandaskan kecintaan kepada Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya.
Jejak Pengaruh dan Karomah
Pengaruh Habib Ali Al Jufri terasa sangat kuat di berbagai daerah, termasuk di Sulawesi Selatan, Kalimantan, dan beberapa wilayah lain di Jawa. Banyak ulama terkemuka di generasi berikutnya yang secara langsung atau tidak langsung merupakan murid dari beliau atau murid dari murid beliau. Mereka meneruskan tradisi keilmuan dan spiritual yang telah dirintis.
Tidak sedikit kisah yang beredar mengenai karomah yang menyertai kehidupan beliau. Karomah ini seringkali terwujud dalam bentuk kebijaksanaan yang melampaui nalar manusia biasa, terkabulnya doa, atau pertolongan Allah SWT ketika beliau menghadapi kesulitan dakwah. Namun, bagi Habib Ali sendiri, karomah tersebut hanyalah pelengkap dari tugas utamanya, yaitu mengajak umat kepada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau selalu mengingatkan para pengikutnya agar tidak terperdaya oleh hal-hal di luar syariat, melainkan fokus pada peningkatan kualitas ibadah dan akhlak.
Warisan Spiritual yang Abadi
Meskipun jasad beliau telah wafat dan dimakamkan di tanah leluhur, semangat dan ajaran Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri tetap hidup. Beliau meninggalkan warisan berupa keturunan yang saleh dan banyak pesantren atau majelis ilmu yang dibangun berdasarkan madzhab dakwahnya. Beliau mengajarkan bahwa inti keberhasilan seorang muslim terletak pada tiga hal: istiqamah dalam ibadah, ketulusan dalam beramal, dan kecintaan yang mendalam terhadap sesama makhluk.
Menggali kembali biografi dan nasihat dari Habib Ali Al Jufri adalah upaya penting bagi umat Islam masa kini. Di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan penuh informasi, teladan beliau menawarkan jangkar spiritual berupa ketenangan, ilmu yang mumpuni, dan etos dakwah yang santun namun tegas dalam prinsip. Beliau adalah mercusuar yang cahayanya terus menerangi jalan para pencari kebenaran.