Memahami Jawaban Tabarakallah yang Sempurna
Dalam interaksi sosial seorang Muslim, ada untaian kata-kata indah yang bukan sekadar basa-basi, melainkan doa dan dzikir yang mengalir. Salah satu ungkapan yang paling sering kita dengar saat melihat sesuatu yang menakjubkan adalah "Tabarakallah". Kalimat ini terucap saat menyaksikan keindahan alam, kecerdasan seorang anak, keberhasilan seorang sahabat, atau nikmat apapun yang mengundang decak kagum. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: bagaimana cara terbaik untuk meresponsnya? Apakah cukup dengan senyuman, ucapan terima kasih, atau ada jawaban yang lebih dianjurkan dalam Islam? Mengetahui jawaban yang tepat bukan hanya soal adab, tetapi juga tentang bagaimana kita menyambung rantai kebaikan dan doa yang telah dimulai oleh orang lain.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan menyeluruh mengenai jawaban atas ucapan "Tabarakallah". Kita akan menyelami makna dari kalimat agung ini, menjelajahi jawaban-jawaban yang dianjurkan berdasarkan sunnah, memahami konteks yang berbeda, serta merenungkan hikmah besar di balik pertukaran doa yang sederhana namun penuh makna ini. Ini adalah perjalanan untuk memperkaya lisan kita dengan ucapan yang lebih bernilai di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Menyelami Samudra Makna "Tabarakallah"
Sebelum kita membahas jawabannya, pondasi utamanya adalah memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan "Tabarakallah". Tanpa pemahaman yang kokoh, jawaban kita mungkin menjadi hampa dan kehilangan ruhnya. Kalimat ini, meski singkat, mengandung konsep teologis yang sangat dalam tentang sumber segala kebaikan.
Analisis Linguistik: Akar Kata Barakah
Kalimat "Tabarakallah" (تَبَارَكَ اللَّهُ) terdiri dari dua kata: Tabaraka dan Allah. Mari kita bedah satu per satu.
- Tabaraka (تَبَارَكَ): Kata ini berasal dari akar kata tiga huruf dalam bahasa Arab, yaitu Ba-Ra-Kaf (ب ر ك). Akar kata ini adalah sumber dari semua kata yang berkaitan dengan "berkah" (barakah). Barakah secara harfiah berarti "pertumbuhan", "peningkatan", "kelimpahan", dan "kebaikan yang langgeng". Saat kata ini dibentuk menjadi pola Tafa'ala (seperti pada Tabaraka), ia memberikan makna superlatif dan keagungan. Jadi, Tabaraka tidak hanya berarti "memberkahi", tetapi lebih dalam lagi, ia berarti "Maha Suci sumber segala keberkahan", "Maha Tinggi", "Maha Agung". Ia menunjukkan bahwa keberkahan itu melimpah ruah, konstan, dan berasal dari sumber yang tidak akan pernah kering.
- Allah (اللَّهُ): Nama agung bagi Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta.
Ketika digabungkan, "Tabarakallah" secara harfiah bisa diterjemahkan sebagai "Maha Suci Allah" atau "Maha Berkah Allah". Namun, terjemahan yang lebih menangkap esensinya adalah "Semoga Allah Memberkahinya" atau "Allah adalah sumber segala keberkahan". Ini adalah sebuah pengakuan bahwa keindahan atau kebaikan yang kita saksikan bukanlah berasal dari objek itu sendiri, melainkan manifestasi dari keberkahan yang Allah limpahkan kepadanya.
"Tabarakallah" dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah
Al-Qur'an berkali-kali menggunakan frasa ini untuk menegaskan keagungan Allah sebagai sumber segala sesuatu. Memahaminya dalam konteks Al-Qur'an akan memberikan kita perspektif yang lebih luas.
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dalam ayat pembuka Surat Al-Mulk ini, Allah berfirman, "Maha Suci (Tabarak) Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Di sini, Tabaraka digunakan untuk mengawali penegasan tentang kekuasaan mutlak Allah. Ini mengajarkan kita bahwa semua kekuasaan, keindahan, dan kerajaan di alam semesta ini berasal dari Sumber Yang Maha Berkah, yaitu Allah.
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ... تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Dalam ayat ini, setelah menjelaskan penciptaan langit dan bumi, Allah menutupnya dengan, "...Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." Penggunaan "Tabarakallah" di sini adalah sebagai ungkapan kekaguman dan pengagungan atas ciptaan-Nya yang luar biasa. Ini adalah pola yang harus kita tiru: ketika melihat ciptaan yang hebat, yang kita puji pertama kali adalah Sang Penciptanya.
Penggunaan ini memberikan kita petunjuk jelas: "Tabarakallah" adalah kalimat dzikir, sebuah pengakuan tauhid yang mengembalikan semua pujian kepada Allah. Ketika seseorang mengucapkannya kepada kita atau milik kita, mereka sebenarnya sedang memuji Allah atas nikmat yang Dia berikan kepada kita.
Perbedaan Krusial: "Tabarakallah" vs "Masyaallah"
Ini adalah salah satu area yang sering menimbulkan kebingungan. Keduanya sering digunakan dalam konteks yang mirip, tetapi memiliki nuansa makna yang sedikit berbeda, meskipun saling melengkapi. Memahami perbedaannya membantu kita lebih bijak dalam berucap.
- Masyaallah (مَا شَاءَ اللَّهُ): Artinya "Inilah yang dikehendaki Allah". Kalimat ini diucapkan untuk mengungkapkan kekaguman sambil menyandarkan terjadinya hal tersebut sepenuhnya pada kehendak Allah. Penggunaan utamanya seringkali dikaitkan dengan perlindungan dari 'ain (penyakit mata/pandangan hasad). Ketika kita melihat sesuatu yang menakjubkan pada diri orang lain, kita berkata "Masyaallah" untuk mengakui bahwa itu terjadi atas kehendak Allah, dan kita tidak memiliki rasa iri atau dengki.
- Tabarakallah (تَبَارَكَ اللَّهُ): Artinya "Semoga Allah memberkahinya" atau "Maha Berkah Allah". Kalimat ini lebih fokus pada doa agar Allah melimpahkan, menjaga, dan menumbuhkan keberkahan pada nikmat tersebut. Jika "Masyaallah" adalah pengakuan atas kehendak-Nya, "Tabarakallah" adalah permohonan agar kehendak baik itu terus diberkahi.
Karena itu, seringkali kita mendengar keduanya digabungkan menjadi "Masyaallah Tabarakallah". Ini adalah ungkapan yang sangat lengkap. "Masyaallah" mengakui bahwa semua ini adalah kehendak Allah (sebagai benteng dari 'ain), dan "Tabarakallah" mendoakan agar nikmat tersebut dilimpahi keberkahan yang terus-menerus. Jadi, ketika seseorang memuji anak Anda dengan ucapan "Masyaallah Tabarakallah, pintar sekali!", mereka tidak hanya kagum, tetapi juga mendoakan perlindungan dan keberkahan untuk anak Anda.
Jawaban Terbaik dan Paling Dianjurkan
Setelah memahami makna yang dalam dari "Tabarakallah", kita sampai pada inti pembahasan: bagaimana cara meresponsnya? Jawaban dalam Islam tidak hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan doa balasan yang memperkuat ikatan persaudaraan dan menyebarkan kebaikan. Berikut adalah jawaban-jawaban utama yang paling dianjurkan.
1. Jazakallahu Khairan (جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا)
Ini adalah salah satu jawaban terbaik dan paling komprehensif. Artinya adalah "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan."
Mengapa Jawaban Ini Sangat Dianjurkan?
- Doa yang Menyeluruh: Kata "khairan" (kebaikan) di sini bersifat umum dan mencakup segala bentuk kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Anda tidak membatasi balasan apa yang Anda doakan, melainkan menyerahkannya kepada Allah Yang Maha Kaya untuk memberikan balasan terbaik-Nya.
- Sesuai Sunnah: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan untuk membalas kebaikan dengan doa ini. Dalam sebuah hadits dari Usamah bin Zaid, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang diperlakukan baik, lalu ia berkata kepada pelakunya, 'Jazakallahu khairan', maka sungguh ia telah sangat menyanjungnya (memberikan balasan yang terbaik)." (HR. Tirmidzi). Meskipun konteks hadits ini umum, ia sangat relevan karena ucapan "Tabarakallah" adalah sebuah bentuk perlakuan baik (doa).
- Mengalihkan Fokus dari Diri Sendiri: Dengan menjawab "Jazakallahu Khairan", Anda secara halus menunjukkan bahwa Anda menghargai doa dan niat baik orang tersebut. Anda tidak berfokus pada pujian yang ditujukan pada Anda, melainkan pada kebaikan orang yang mendoakan Anda, lalu Anda membalasnya dengan doa yang lebih baik.
Variasi Jawaban:
Bahasa Arab memiliki perbedaan gender dan jumlah. Penting untuk menggunakan variasi yang tepat:
- Untuk laki-laki tunggal: Jazakallahu Khairan (جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا)
- Untuk perempuan tunggal: Jazakillahu Khairan (جَزَاكِ اللَّهُ خَيْرًا)
- Untuk banyak orang (jamak): Jazakumullahu Khairan (جَزَاكُمُ اللَّهُ خَيْرًا)
2. Barakallahu Fiik (بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ)
Ini adalah jawaban yang sangat relevan dan langsung. Artinya adalah "Semoga Allah juga memberkahimu."
Mengapa Jawaban Ini Sangat Tepat?
- Membalas Doa dengan Doa Serupa: Orang tersebut mendoakan keberkahan atas nikmat Anda dengan "Tabarakallah". Anda kemudian membalasnya dengan mendoakan keberkahan untuk dirinya. Ini menciptakan siklus doa keberkahan yang indah. Ini adalah implementasi langsung dari ajaran untuk membalas kebaikan dengan kebaikan yang setimpal atau lebih baik.
- Menunjukkan Kerendahan Hati: Jawaban ini seolah-olah mengatakan, "Terima kasih atas doanya. Semoga Anda pun mendapatkan keberkahan dari Allah." Ini menunjukkan bahwa Anda tidak merasa 'memiliki' nikmat tersebut, melainkan hanya penerima, dan Anda berharap orang lain pun mendapatkan karunia yang sama.
- Menyebarkan Cinta: Ketika doa dibalas dengan doa, hati akan menjadi lapang dan ikatan persaudaraan (ukhuwah) akan semakin kuat. Ini mencegah timbulnya perasaan iri atau dengki, dan menggantikannya dengan saling mendoakan kebaikan.
Variasi Jawaban:
Sama seperti sebelumnya, jawaban ini juga memiliki variasi:
- Untuk laki-laki tunggal: Barakallahu Fiik (بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ)
- Untuk perempuan tunggal: Barakallahu Fiiki (بَارَكَ اللَّهُ فِيكِ)
- Untuk banyak orang (jamak): Barakallahu Fiikum (بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ)
3. Wafiika Barakallah (وَفِيكَ بَارَكَ اللَّهُ)
Jawaban ini memiliki makna yang hampir identik dengan "Barakallahu Fiik". Artinya adalah "Dan kepadamu juga, semoga Allah memberkahi." Kata "Wa" di awal berarti "dan", yang membuatnya menjadi respons balasan yang sangat lugas.
Seringkali, "Wafiika Barakallah" digunakan sebagai balasan dari ucapan "Barakallahu Fiik" itu sendiri. Namun, tidak ada salahnya dan tetap sangat baik untuk menggunakannya sebagai jawaban langsung atas "Tabarakallah". Keduanya sama-sama mendoakan keberkahan kembali kepada si pengucap.
Variasi Jawaban:
- Untuk laki-laki tunggal: Wafiika Barakallah (وَفِيكَ بَارَكَ اللَّهُ)
- Untuk perempuan tunggal: Wafiiki Barakallah (وَفِيكِي بَارَكَ اللَّهُ)
- Untuk banyak orang (jamak): Wafiikum Barakallah (وَفِيكُمْ بَارَكَ اللَّهُ)
Analisis Kontekstual: Jawaban dalam Berbagai Skenario
Teori saja tidak cukup. Keindahan adab Islam terletak pada penerapannya dalam kehidupan nyata. Mari kita lihat bagaimana jawaban-jawaban ini dapat digunakan dalam berbagai situasi sehari-hari untuk memberikan dampak yang maksimal.
Skenario 1: Saat Seseorang Memuji Anak Anda
Situasi: Anda sedang berjalan-jalan di taman bersama anak Anda yang berusia tiga tahun. Seorang ibu lain melihat anak Anda dan berkata dengan tulus, "Masyaallah Tabarakallah, putranya lucu dan aktif sekali, ya!"
Perasaan Anda: Tentu saja bangga dan bahagia. Namun, sebagai seorang Muslim, ada sedikit kekhawatiran akan 'ain dan keinginan agar pujian itu menjadi doa.
Respons yang Ideal:
- Mulailah dengan senyuman tulus.
- Ucapkan "Aamiin, alhamdulillah." Ini mengaminkan doa baik dalam ucapan "Tabarakallah" dan mengembalikan pujian kepada Allah.
- Lanjutkan dengan doa balasan: "Jazakillahu khairan, semoga putra/putri Ibu juga selalu sehat dan menjadi anak yang shalih/shalihah."
Analisis: Respons ini sangat lengkap. Anda menerima pujian dengan kerendahan hati ("alhamdulillah"), mengaminkan doa, dan membalasnya dengan doa yang lebih spesifik dan tulus kepada orang tersebut. Ini mengubah interaksi singkat menjadi momen berbagi kebaikan yang menyentuh hati dan memperkuat ukhuwah.
Skenario 2: Saat Prestasi Kerja atau Bisnis Dipuji
Situasi: Seorang rekan kerja menghampiri Anda dan berkata, "Tabarakallah, presentasi Anda tadi luar biasa! Proyek ini pasti berhasil di tangan Anda."
Perasaan Anda: Senang atas pengakuan kerja keras, tetapi sadar bahwa semua kemudahan dan ide datangnya dari Allah.
Respons yang Ideal:
- Tunjukkan rasa terima kasih: "Terima kasih banyak atas apresiasinya."
- Arahkan pujian kepada Allah: "Alhamdulillah, ini semua berkat pertolongan Allah."
- Tutup dengan doa balasan: "Barakallahu fiik. Semoga kita semua dimudahkan dalam pekerjaan ini."
Analisis: Di lingkungan profesional, menjaga kerendahan hati sangat penting. Respons ini menunjukkan bahwa Anda adalah seorang pekerja keras yang profesional, namun tetap seorang hamba yang sadar akan sumber segala kemampuan. Dengan mendoakan "kita semua", Anda juga menunjukkan semangat tim dan menghilangkan kesan sombong.
Skenario 3: Saat Menerima Pujian di Media Sosial
Situasi: Anda mengunggah foto keluarga saat liburan. Seorang teman memberikan komentar: "Tabarakallah, senangnya lihat keluarga kalian harmonis. ❤️"
Perasaan Anda: Bahagia karena kebahagiaan Anda ikut dirasakan orang lain.
Respons yang Ideal (tertulis):
"Aamiin, ya Rabbal 'alamin. Wafiikum barakallah, sahabatku. Semoga kebahagiaan dan keberkahan juga senantiasa menyertai keluargamu. 🙏"
Analisis: Interaksi digital seringkali terasa dingin dan singkat. Memberikan balasan yang tulus dan penuh doa seperti ini akan memberikan sentuhan personal yang hangat. Menggunakan variasi seperti "Wafiikum barakallah" menunjukkan pemahaman Anda dan membuat doa terasa lebih langsung. Menambahkan doa balasan yang spesifik ("semoga keluargamu juga...") akan sangat dihargai oleh pemberi komentar.
Skenario 4: Saat Sesuatu yang Anda Miliki Dipuji
Situasi: Seorang tamu yang berkunjung ke rumah Anda berkata, "Tabarakallah, rumahnya nyaman dan rapi sekali."
Perasaan Anda: Senang karena rumah Anda memberikan kesan yang baik.
Respons yang Ideal:
"Alhamdulillah, ini hanya titipan dari Allah. Silakan dibuat nyaman seperti rumah sendiri. Jazakallahu khairan sudah berkunjung."
Analisis: Jawaban ini mencakup tiga elemen penting: syukur kepada Allah (Alhamdulillah), pengakuan bahwa kepemilikan bersifat sementara (hanya titipan), dan ucapan terima kasih yang dibungkus doa (Jazakallahu khairan). Ini menunjukkan adab seorang tuan rumah yang baik hati, rendah hati, dan berilmu.
Hikmah Agung di Balik Ucapan dan Jawaban
Pertukaran "Tabarakallah" dan jawabannya bukanlah sekadar etiket sosial. Ia adalah sebuah praktik spiritual yang mengandung banyak hikmah dan keutamaan. Memahaminya akan membuat kita semakin termotivasi untuk menghidupkan sunnah ini dalam kehidupan sehari-hari.
1. Benteng dari Penyakit 'Ain dan Hasad
Salah satu hikmah terbesar dari membiasakan diri mengucapkan "Masyaallah Tabarakallah" saat melihat kebaikan adalah sebagai perlindungan dari 'ain. 'Ain atau penyakit mata adalah dampak buruk yang timbul dari pandangan kagum atau iri seseorang, yang bisa menyebabkan mudarat pada objek yang dilihatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "’Ain itu benar-benar ada." (HR. Bukhari & Muslim).
Dengan mengucapkan "Tabarakallah", kita mendoakan keberkahan. Doa ini, insya Allah, menjadi perisai yang melindungi nikmat tersebut dari dampak buruk pandangan kita. Ketika kita berada di posisi penerima pujian dan menjawabnya dengan doa seperti "Barakallahu Fiik", kita juga sedang memperkuat benteng perlindungan tersebut dengan doa balasan. Ini adalah mekanisme spiritual yang indah untuk saling menjaga, di mana pujian tidak menjadi bumerang malapetaka, melainkan menjadi sumber kebaikan bersama.
2. Latihan Kerendahan Hati (Tawadhu)
Bagi yang dipuji, menjawab dengan doa adalah latihan untuk meredam ego. Sangat mudah bagi jiwa manusia untuk tergelincir pada kesombongan (ujub) ketika menerima pujian. Dengan segera mengembalikan pujian kepada Allah ("Alhamdulillah") dan mendoakan kembali si pemuji ("Jazakallahu Khairan"), kita sedang melatih jiwa kita untuk selalu ingat bahwa kita bukanlah apa-apa tanpa karunia dan pertolongan Allah. Nikmat yang ada pada kita bukanlah untuk dibanggakan, melainkan untuk disyukuri.
3. Menyuburkan Rasa Syukur (Syukr)
Setiap kali interaksi ini terjadi, ia menjadi pengingat akan nikmat Allah. Bagi yang memuji, ia diingatkan akan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Bagi yang dipuji, ia diingatkan secara langsung akan nikmat spesifik yang baru saja ia terima dan disadari oleh orang lain. Jawaban yang penuh syukur adalah bentuk realisasi dari firman Allah:
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." Jawaban atas "Tabarakallah" adalah bentuk syukur lisan yang, semoga, mengundang lebih banyak lagi nikmat dari Allah.
4. Mempererat Ukhuwah Islamiyah
Bayangkan sebuah masyarakat di mana setiap pujian dibalas dengan doa. Di mana setiap kekaguman tidak menimbulkan iri, melainkan permohonan keberkahan. Inilah masyarakat yang diajarkan oleh Islam. Pertukaran doa ini memutus potensi rantai hasad dan menggantikannya dengan rantai cinta karena Allah. Anda menjadi bahagia melihat kebahagiaan saudara Anda, karena itu memberi Anda kesempatan untuk berdoa baginya. Dan dia pun bahagia menerima doa Anda, lalu membalasnya. Ini adalah fondasi dari masyarakat yang saling mencintai dan mendukung, bukan yang saling mendengki dan menjatuhkan.
Jawaban Alternatif dan Tambahan
Selain jawaban-jawaban utama di atas, ada beberapa respons lain yang juga baik untuk diucapkan, terutama jika digabungkan dengan jawaban utama.
- "Aamiin" atau "Aamiin Ya Rabbal 'Alamin": Ini adalah jawaban paling dasar, yang berarti "Kabulkanlah, wahai Tuhan semesta alam". Ini menunjukkan bahwa Anda menerima ucapan "Tabarakallah" sebagai sebuah doa dan Anda memohon kepada Allah untuk mengabulkannya. Ini sangat baik diucapkan sebelum Anda melanjutkan dengan doa balasan.
- "Alhamdulillah": Mengucapkan "Segala puji bagi Allah" adalah respons yang menunjukkan kesadaran penuh bahwa sumber nikmat yang dipuji adalah Allah. Menggabungkannya menjadi "Alhamdulillah, Barakallahu fiik" akan menjadi jawaban yang sangat kuat.
- "Syukron": Artinya "terima kasih". Meskipun ini adalah jawaban yang sopan secara umum, dalam konteks doa Islam, ia sedikit kurang bernilai dibandingkan membalas dengan doa. Namun, jika Anda belum hafal jawaban lainnya, ini lebih baik daripada diam. Idealnya, katakan "Syukron, Jazakallahu khairan."
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Kata-kata
Menjawab ucapan "Tabarakallah" adalah sebuah seni dalam berkomunikasi secara Islami. Ia jauh lebih dalam dari sekadar pertukaran kata. Ia adalah cerminan dari tauhid kita, wujud dari rasa syukur, latihan kerendahan hati, dan pilar untuk membangun masyarakat yang penuh cinta dan saling mendoakan.
Jawaban terbaik dan paling dianjurkan adalah "Jazakallahu Khairan" (Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) dan "Barakallahu Fiik" (Semoga Allah juga memberkahimu), beserta variasinya sesuai dengan siapa kita berbicara. Jawaban-jawaban ini menyambung aliran doa, mengubah pujian menjadi ibadah, dan mempererat ikatan hati di antara sesama Muslim.
Marilah kita mulai membiasakan lisan kita untuk tidak hanya mengucapkan "Tabarakallah" saat takjub, tetapi juga untuk memberikan jawaban terbaik saat kita menerimanya. Dengan amalan yang tampak sederhana ini, kita sedang menenun kain ukhuwah yang kuat, membangun benteng dari keburukan, dan yang terpenting, meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam setiap interaksi kita.