Membutuhkan dana segar dalam jumlah besar seringkali menjadi tantangan. Salah satu solusi yang paling umum dan sering dipilih di Indonesia adalah mengajukan pinjaman bank dengan jaminan sertifikat tanah (atau dikenal sebagai Kredit Multiguna dengan Agunan Properti). Jaminan sertifikat tanah menawarkan plafon pinjaman yang cenderung lebih tinggi dan suku bunga yang lebih kompetitif dibandingkan pinjaman tanpa jaminan.
Sertifikat tanah, baik berupa Hak Milik (SHM) maupun Hak Guna Bangunan (HGB), dianggap sebagai aset riil yang nilainya cenderung stabil bahkan meningkat seiring waktu. Bank menyukai jaminan jenis ini karena risiko gagal bayar yang ditanggung lebih rendah. Jika debitur gagal memenuhi kewajiban, bank memiliki hak untuk melelang aset tersebut untuk melunasi sisa utang.
Bagi peminjam, keuntungan utama adalah kemudahan mencairkan dana besar untuk berbagai keperluan, mulai dari modal usaha skala menengah, biaya pendidikan tinggi, renovasi rumah, hingga kebutuhan kesehatan mendesak.
Meskipun setiap bank memiliki kebijakan internal yang berbeda, terdapat beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh calon debitur yang ingin mengajukan pinjaman dengan jaminan properti:
Setelah dokumen awal diserahkan, langkah krusial berikutnya adalah proses appraisal. Tim penilai independen yang ditunjuk oleh bank akan mengunjungi lokasi properti untuk menentukan nilai pasar wajar dari tanah dan bangunan tersebut. Nilai appraisal inilah yang nantinya akan menjadi dasar maksimum pinjaman yang bisa Anda ajukan (Loan to Value/LTV). Umumnya, bank hanya memberikan pinjaman antara 50% hingga 80% dari nilai taksiran properti.
Persetujuan pinjaman bukan hanya bergantung pada nilai jaminan, tetapi juga pada profil risiko peminjam. Beberapa faktor penentu meliputi:
Meskipun menawarkan kemudahan dana besar, pinjaman dengan jaminan sertifikat tanah memiliki risiko signifikan. Risiko terbesar adalah kehilangan kepemilikan properti jika terjadi gagal bayar. Oleh karena itu, sebelum menandatangani perjanjian kredit, pastikan Anda benar-benar memahami semua klausul, terutama mengenai denda keterlambatan, biaya provisi, dan mekanisme penyitaan jika terjadi wanprestasi. Lakukan simulasi cicilan secara realistis untuk memastikan arus kas Anda mampu menopang beban cicilan hingga tenor berakhir.