Menggapai Samudera Rahmat Melalui Selawat ke Atas Nabi Muhammad SAW
Kaligrafi "Sallallahu 'alaihi wa sallam"
Di tengah lautan kehidupan yang penuh gelombang, setiap insan merindukan sebuah pelabuhan ketenangan, sebuah sauh yang mampu menambatkan jiwa pada sumber kedamaian hakiki. Dalam ajaran Islam, salah satu amalan lisan yang paling agung, paling mudah, namun memiliki dampak spiritual yang luar biasa dahsyat adalah berselawat ke atas junjungan besar, Nabi Muhammad SAW. Selawat bukan sekadar rangkaian kata yang terucap, melainkan sebuah jembatan penghubung antara hamba yang fana dengan Rasul pilihan, dan pada puncaknya, dengan Sang Pencipta, Allah SWT.
Amalan ini begitu istimewa hingga Allah SWT sendiri memulainya, diikuti oleh para malaikat-Nya, dan kemudian diperintahkan kepada seluruh orang yang beriman. Ini adalah sebuah bentuk penghormatan surgawi yang diajakkan kepada penduduk bumi. Memahami hakikat, keutamaan, dan cara meresapi selawat dalam kehidupan sehari-hari adalah kunci untuk membuka gerbang-gerbang rahmat, keberkahan, dan syafaat yang tak terhingga.
Hakikat dan Makna Mendalam di Balik Selawat
Untuk dapat menyelami samudra keutamaan selawat, kita perlu terlebih dahulu memahami maknanya yang berlapis-lapis. Kata "selawat" (صلاة) secara bahasa memiliki beberapa arti, seperti doa, pujian, dan keberkahan. Namun, makna selawat akan berbeda tergantung dari siapa ia berasal.
Selawat dari Allah SWT: Ketika Allah berselawat kepada Nabi Muhammad SAW, itu bermakna Dia melimpahkan rahmat, keridaan, pujian, dan kemuliaan yang tiada tara di hadapan para malaikat-Nya. Ini adalah bentuk pemuliaan tertinggi dari Sang Khaliq kepada makhluk-Nya yang paling mulia.
Selawat dari Para Malaikat: Selawat dari para malaikat adalah bentuk doa dan permohonan ampun (istighfar) bagi Nabi, serta sebagai wujud penghormatan dan pengagungan terhadap kedudukan beliau yang luhur.
Selawat dari Orang-orang Beriman: Bagi kita, umatnya, selawat adalah sebuah doa dan permohonan kepada Allah agar Dia senantiasa melimpahkan rahmat, salam, dan keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Ini adalah ekspresi cinta, rindu, hormat, dan pengakuan atas jasa-jasa beliau yang tak terhingga dalam menyampaikan risalah kebenaran.
Dengan berselawat, kita sejatinya tidak sedang memberikan "manfaat" kepada Nabi, karena kedudukan beliau sudah sangat mulia di sisi Allah. Sebaliknya, manfaat dan keberkahan selawat itu akan kembali kepada diri kita sendiri, berlipat ganda. Ini adalah sebuah mekanisme ilahi yang indah: dengan mendoakan kebaikan bagi kekasih-Nya, kita justru sedang menarik kebaikan yang berlimpah untuk diri kita.
Perintah Langsung dari Allah: Dasar Hukum yang Kokoh
Kewajiban dan anjuran untuk berselawat bukanlah sekadar tradisi atau anjuran para ulama. Ia adalah perintah langsung dari Allah SWT yang termaktub dengan jelas di dalam Al-Qur'an. Ini menunjukkan betapa agungnya amalan ini. Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
Ayat ini merupakan fondasi utama yang menegaskan status istimewa selawat. Cendekiawan Islam, Ibnu Katsir, dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini memberitahukan tentang kedudukan luhur Rasulullah SAW di sisi Allah di alam tertinggi (al-mala'il a'la). Allah memuji beliau di hadapan para malaikat, dan para malaikat pun turut berselawat kepadanya. Kemudian, Allah memerintahkan penduduk alam dunia (bumi) untuk juga berselawat dan mengucapkan salam kepadanya, agar pujian bagi beliau menyatu antara penduduk langit dan bumi.
Selain Al-Qur'an, banyak sekali hadis Nabi Muhammad SAW yang menguatkan perintah ini dan menjelaskan keutamaannya. Di antaranya, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berselawat kepadaku sekali, maka Allah akan berselawat kepadanya sepuluh kali."
Hadis ini adalah sebuah "investasi spiritual" yang luar biasa. Dengan satu kali ucapan yang tulus, kita mendapatkan sepuluh kali rahmat dan pujian dari Allah. Sungguh sebuah kemurahan yang tiada bandingannya.
Lautan Keutamaan dan Manfaat Berselawat
Jika kita mencoba menghitung dan merinci setiap keutamaan dari berselawat, niscaya kita akan tenggelam dalam samudera kemurahan Allah yang tak bertepi. Berikut adalah beberapa mutiara keutamaan yang dapat kita petik dari amalan mulia ini:
1. Kunci Meraih Syafaat di Hari Kiamat
Salah satu harapan terbesar setiap mukmin adalah mendapatkan syafaat (pertolongan) dari Rasulullah SAW pada hari di mana tidak ada pertolongan lain selain dari-Nya. Selawat adalah salah satu jalan utama untuk meraihnya. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang paling berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah yang paling banyak berselawat kepadaku." (HR. Tirmidzi)
Semakin sering lisan kita basah karena selawat, semakin erat ikatan spiritual kita dengan beliau, dan semakin besar pula peluang kita untuk berada di bawah naungan syafaatnya di padang Mahsyar kelak.
2. Penyebab Diangkatnya Derajat dan Dihapuskannya Dosa
Setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa. Selawat menjadi salah satu sarana pembersih yang efektif. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'i, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa berselawat kepadaku satu kali, niscaya Allah berselawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh kesalahannya, dan mengangkatnya sepuluh derajat."
Betapa menakjubkannya! Satu kali selawat dihargai dengan tiga ganjaran besar secara bersamaan: sepuluh rahmat dari Allah, penghapusan sepuluh dosa, dan kenaikan sepuluh tingkatan derajat di sisi-Nya.
3. Menjadi Sebab Terkabulnya Doa
Seringkali kita berdoa namun merasa doa kita tak kunjung terkabul. Bisa jadi, kita melupakan salah satu adab terpenting dalam berdoa, yaitu membukanya dengan pujian kepada Allah dan selawat kepada Rasul-Nya. Umar bin Khattab RA pernah berkata:
"Sesungguhnya doa itu tertahan di antara langit dan bumi, tidak akan naik sedikit pun darinya sampai engkau berselawat kepada Nabimu."
Selawat berfungsi sebagai "pengantar" yang melancarkan perjalanan doa kita menuju langit. Dengan memuji kekasih Allah, kita seolah-olah sedang mengetuk pintu rahmat-Nya dengan cara yang paling Dia sukai, sehingga doa kita lebih layak untuk dikabulkan.
4. Menghilangkan Kesusahan dan Kegelisahan
Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, banyak jiwa yang merasa cemas, gelisah, dan terbebani. Selawat adalah penawar yang menenangkan. Dalam sebuah hadis panjang, Ubay bin Ka'ab bertanya kepada Rasulullah SAW tentang seberapa banyak ia harus menjadikan selawat dalam doanya. Setelah beberapa kali bertanya, ia berkata, "Aku akan menjadikan seluruh doaku untuk berselawat kepadamu." Maka Rasulullah SAW menjawab:
"Jika demikian, akan dicukupkan keluh kesahmu dan akan diampuni dosamu." (HR. Tirmidzi)
Ini menunjukkan bahwa dengan memfokuskan diri pada selawat, Allah akan mengambil alih penyelesaian urusan-urusan dunia dan akhirat kita. Kesusahan hati akan diganti dengan kelapangan, dan beban dosa akan diganti dengan ampunan.
5. Terhindar dari Sifat Bakhil (Kikir)
Ukuran kedermawanan tidak hanya pada harta, tetapi juga pada lisan. Orang yang paling kikir menurut Rasulullah SAW bukanlah yang enggan bersedekah, melainkan yang enggan berselawat ketika nama beliau disebut. Beliau bersabda:
"Orang yang bakhil adalah orang yang ketika namaku disebut di sisinya, ia tidak berselawat kepadaku." (HR. Tirmidzi)
Dengan membiasakan diri berselawat, kita melatih lisan dan hati kita untuk menjadi pribadi yang murah hati dalam mendoakan kebaikan bagi orang yang paling berjasa dalam hidup kita.
6. Tanda Cinta Sejati kepada Rasulullah SAW
Cinta bukanlah sekadar pengakuan di hati, ia butuh pembuktian. Salah satu ciri orang yang mencintai adalah ia akan sering menyebut nama yang dicintainya. Dengan memperbanyak selawat, kita sedang membuktikan dan memupuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW. Cinta inilah yang akan menjadi bahan bakar untuk mengikuti sunnah-sunnahnya dan meneladani akhlak mulianya.
Bentuk dan Lafaz Selawat yang Dianjurkan
Ada berbagai macam lafaz atau sighat selawat, mulai dari yang paling ringkas hingga yang paling lengkap sebagaimana diajarkan dalam salat. Semuanya baik dan bernilai pahala. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Selawat Ibrahimiyyah
Ini adalah bentuk selawat yang paling utama dan paling sempurna (afdhal) karena diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW ketika para sahabat bertanya tentang cara berselawat. Selawat inilah yang kita baca dalam tasyahud akhir setiap salat.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa shollaita 'ala Ibraahim wa 'ala aali Ibraahim, innaka Hamiidum Majiid. Allahumma baarik 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa baarokta 'ala Ibraahim wa 'ala aali Ibraahim, innaka Hamiidum Majiid.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
2. Selawat Ringkas
Untuk diamalkan dalam percakapan sehari-hari atau ketika tergesa-gesa, lafaz yang ringkas sudah mencukupi. Misalnya, ketika mendengar nama Nabi disebut, kita bisa mengucapkan:
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sallallahu 'alaihi wa sallam.
"Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepadanya."
Atau lafaz lain yang lebih singkat:
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma sholli wa sallim 'ala nabiyyina Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada Nabi kami Muhammad."
3. Selawat Lain yang Populer
Terdapat banyak selawat lain yang disusun oleh para ulama dan auliya, yang berisi pujian-pujian indah kepada Rasulullah SAW dan doa-doa khusus. Selama maknanya tidak bertentangan dengan syariat, mengamalkannya diperbolehkan. Contohnya seperti Selawat Nariyah (Tafrijiyah) yang sering dibaca untuk memohon terlepas dari kesulitan, atau Selawat Tibbil Qulub (penyembuh hati) yang dibaca untuk memohon kesembuhan jasmani dan rohani. Intinya adalah niat yang tulus dan pemahaman makna yang benar.
Waktu dan Keadaan Terbaik untuk Berselawat
Meskipun selawat dapat dibaca kapan saja dan di mana saja, ada beberapa waktu dan keadaan di mana amalan ini sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan lebih. Di antaranya adalah:
- Pada Hari Jumat dan Malam Jumat: Hari Jumat adalah penghulu segala hari, dan Rasulullah SAW secara khusus memerintahkan umatnya untuk memperbanyak selawat pada hari ini. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Maka perbanyaklah selawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya selawat kalian akan disampaikan kepadaku." (HR. Abu Dawud).
- Ketika Nama Beliau Disebut: Ini adalah adab paling mendasar. Setiap kali kita mendengar, membaca, atau menulis nama "Muhammad", hendaknya diikuti dengan selawat.
- Dalam Tasyahud Akhir Salat: Berselawat dalam tasyahud akhir adalah salah satu rukun salat menurut sebagian mazhab, yang menunjukkan betapa pentingnya amalan ini.
- Sebelum dan Sesudah Berdoa: Sebagaimana telah dijelaskan, selawat adalah pembuka pintu ijabah doa. Dianjurkan untuk memulai doa dengan pujian kepada Allah, lalu selawat, kemudian menyampaikan hajat, dan menutupnya kembali dengan selawat dan pujian.
- Pagi dan Petang: Menjadikan selawat sebagai bagian dari zikir pagi dan petang akan mendatangkan keberkahan sepanjang hari. Terdapat hadis yang menganjurkan membaca selawat sepuluh kali di pagi hari dan sepuluh kali di petang hari.
- Ketika Masuk dan Keluar Masjid: Masjid adalah rumah Allah. Mengiringi doa masuk dan keluar masjid dengan selawat akan menambah kesempurnaan adab kita.
- Saat Mendengar Azan: Setelah muazin selesai mengumandangkan azan, disunnahkan untuk membaca doa setelah azan yang di dalamnya terkandung selawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Menjadikan Selawat Sebagai Gaya Hidup
Pada akhirnya, selawat bukanlah sekadar amalan ritualistik yang terbatas pada waktu-waktu tertentu. Ia seharusnya menjadi napas spiritual seorang mukmin, detak jantung yang senantiasa mengiringi setiap langkah kehidupannya. Menjadikan selawat sebagai gaya hidup berarti mengintegrasikannya dalam setiap aspek.
Bayangkan, saat sedang bekerja dan menghadapi kesulitan, lisan berucap selawat memohon kemudahan. Saat merasa bahagia dan bersyukur, lisan berucap selawat sebagai tanda terima kasih atas nikmat iman dan Islam yang dibawa oleh beliau. Saat merasa sedih dan putus asa, lisan berucap selawat sebagai pelipur lara dan penghubung kepada sumber kekuatan. Saat mendidik anak, ceritakanlah kemuliaan Rasulullah SAW dan ajak mereka berselawat, menanamkan benih cinta sejak dini.
Dengan membiasakan lisan, pikiran, dan hati untuk selalu terhubung dengan Rasulullah SAW melalui selawat, kita secara perlahan akan menyerap akhlak dan spirit perjuangan beliau. Karakter kita akan terbentuk menjadi lebih sabar, lebih pemaaf, lebih penyayang, dan lebih bersemangat dalam beribadah. Selawat akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan hati, petunjuk di saat tersesat, dan penenang di kala resah.
Marilah kita mulai dari sekarang. Jangan tunda lagi. Jadikan selawat sebagai teman setia dalam setiap helaan napas. Basahi lisan kita dengan untaian doa terindah untuk makhluk termulia. Karena setiap satu selawat yang kita kirimkan adalah sebuah investasi abadi yang akan kembali kepada kita dalam bentuk rahmat, ampunan, derajat yang tinggi, dan yang paling kita dambakan: kedekatan dengan Rasulullah SAW di surga kelak. Itulah puncak dari segala kenikmatan dan keberuntungan.