Membedah Esensi dan Tujuan Survei Karakter ANBK
Survei Karakter ANBK berpusat pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila.
Dalam lanskap pendidikan modern, evaluasi tidak lagi semata-mata terfokus pada kemampuan kognitif atau penguasaan materi pelajaran. Ada pergeseran paradigma yang signifikan menuju pemahaman holistik terhadap perkembangan peserta didik, yang mencakup aspek non-kognitif seperti sikap, nilai, dan kebiasaan. Salah satu instrumen kunci dalam pergeseran ini adalah Survei Karakter ANBK. Sebagai bagian integral dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), survei ini memiliki peran strategis untuk memetakan dan menumbuhkan karakter mulia yang berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa.
Artikel ini akan mengupas secara tuntas mengenai seluk-beluk Survei Karakter ANBK. Mulai dari definisi dasarnya, tujuan yang ingin dicapai, landasan filosofisnya yang berakar pada Profil Pelajar Pancasila, hingga mekanisme pelaksanaannya. Memahami instrumen ini secara komprehensif bukan hanya penting bagi para pendidik dan pemangku kebijakan, tetapi juga bagi siswa dan orang tua, agar dapat bersinergi dalam mewujudkan ekosistem pendidikan yang kondusif bagi pembentukan generasi masa depan yang cerdas dan berakhlak mulia.
Apa Itu Survei Karakter ANBK?
Survei Karakter ANBK adalah salah satu dari tiga instrumen utama dalam Asesmen Nasional, di samping Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi dan Numerasi, serta Survei Lingkungan Belajar. Berbeda dengan AKM yang mengukur hasil belajar kognitif, Survei Karakter dirancang khusus untuk mengukur hasil belajar sosial-emosional siswa. Fokus utamanya adalah untuk memotret sikap, nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter pelajar.
Penting untuk digarisbawahi bahwa Survei Karakter bukanlah sebuah tes kepribadian atau ujian yang memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen ini tidak bertujuan untuk memberikan label atau menghakimi karakter individu siswa. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran umum atau potret karakter siswa pada level sekolah. Data yang dihasilkan bersifat agregat dan digunakan sebagai bahan refleksi bagi satuan pendidikan untuk mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam program pembinaan karakter.
Tujuan utama Survei Karakter adalah memberikan umpan balik kepada sekolah mengenai kondisi karakter muridnya sebagai dasar untuk menyusun dan mengevaluasi program-program pengembangan karakter yang lebih efektif.
Hasil dari survei ini menjadi cermin bagi sekolah untuk melihat sejauh mana lingkungan belajar dan proses pembelajaran yang ada telah berhasil menanamkan nilai-nilai luhur. Dengan demikian, sekolah dapat merancang intervensi yang lebih tepat sasaran, menciptakan budaya sekolah yang positif, dan memperkuat ekosistem pendidikan yang mendukung tumbuh kembangnya karakter unggul pada setiap peserta didik.
Fondasi Utama: Enam Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Landasan konseptual yang menopang seluruh kerangka Survei Karakter ANBK adalah Profil Pelajar Pancasila. Profil ini merupakan rumusan karakter dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh setiap pelajar Indonesia. Ia menerjemahkan tujuan pendidikan nasional ke dalam format yang lebih operasional dan mudah dipahami. Profil Pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi utama yang saling berkaitan dan menopang satu sama lain.
Survei Karakter dirancang untuk mengukur sejauh mana keenam dimensi ini telah terinternalisasi dalam diri siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survei akan menggali berbagai aspek dari setiap dimensi, memberikan gambaran yang komprehensif tentang perkembangan karakter siswa secara kolektif di sebuah sekolah. Mari kita telaah setiap dimensi ini secara lebih mendalam.
1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
Dimensi ini merupakan fondasi spiritual dan moral yang paling mendasar. Pelajar Pancasila diharapkan memiliki kesadaran spiritual yang mendalam dan menerapkannya dalam bentuk akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini tidak hanya berhenti pada ritual keagamaan, tetapi meluas ke dalam hubungan dengan diri sendiri, sesama manusia, alam, dan negara.
Elemen-elemen kunci dalam dimensi ini meliputi:
- Akhlak Beragama: Memahami ajaran pokok agamanya dan kepercayaannya serta menerapkannya dalam kehidupan. Ini mencakup pelaksanaan ibadah dan penghayatan nilai-nilai spiritual.
- Akhlak Pribadi: Menunjukkan integritas sebagai pribadi yang utuh. Ini tercermin dalam sikap jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Siswa diharapkan memiliki kesadaran diri untuk menjaga kehormatan dirinya.
- Akhlak kepada Manusia: Menghargai dan menghormati sesama manusia tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, maupun status sosial. Ini diwujudkan melalui sikap empati, toleransi, dan kepedulian terhadap orang lain.
- Akhlak kepada Alam: Memiliki kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitar. Siswa diajak untuk memahami hubungan timbal balik antara manusia dan alam, serta bertindak secara bertanggung jawab untuk keberlanjutan ekosistem.
- Akhlak Bernegara: Menunaikan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia. Ini mencakup pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, ketaatan pada hukum, dan partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam Survei Karakter ANBK, pertanyaan-pertanyaan terkait dimensi ini mungkin akan mengeksplorasi bagaimana siswa merespons situasi yang berkaitan dengan kejujuran di sekolah, cara mereka berinteraksi dengan teman yang berbeda keyakinan, atau pandangan mereka tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
2. Berkebinekaan Global
Di tengah era globalisasi, kemampuan untuk berinteraksi secara positif dengan keragaman budaya menjadi sangat krusial. Dimensi Berkebinekaan Global menekankan pentingnya mempertahankan budaya luhur, lokalitas, dan identitas bangsa, sambil tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa saling menghargai dan mencegah tumbuhnya konflik akibat perbedaan budaya.
Elemen-elemen penting dalam dimensi ini adalah:
- Mengenal dan Menghargai Budaya: Memiliki rasa ingin tahu dan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai budaya, baik budaya lokal, nasional, maupun global. Siswa didorong untuk melihat keragaman sebagai sebuah kekayaan, bukan ancaman.
- Kemampuan Komunikasi Interkultural: Mampu berkomunikasi secara efektif dengan individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Ini melibatkan kemampuan mendengarkan secara aktif, memahami perspektif yang berbeda, dan menyampaikan gagasan dengan cara yang dapat diterima oleh lawan bicara.
- Refleksi dan Tanggung Jawab terhadap Pengalaman Kebinekaan: Mampu merefleksikan pengalamannya berinteraksi dengan keragaman budaya untuk menghilangkan prasangka dan stereotip. Siswa diharapkan dapat mengambil pelajaran dari setiap interaksi untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan toleran.
Pertanyaan dalam survei bisa jadi menyajikan skenario tentang bagaimana siswa bersikap ketika bekerja kelompok dengan teman yang berasal dari daerah atau negara lain, atau bagaimana mereka memandang tradisi budaya yang berbeda dari tradisi mereka sendiri.
3. Bergotong Royong
Gotong royong adalah salah satu nilai inti dalam budaya Indonesia yang perlu terus dilestarikan. Dimensi ini menekankan kemampuan pelajar untuk bekerja sama secara sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah, dan ringan. Kemampuan berkolaborasi ini merupakan salah satu keterampilan abad ke-21 yang paling dicari.
Dimensi gotong royong dibangun di atas tiga elemen utama:
- Kolaborasi: Kemampuan untuk bekerja sama dalam sebuah tim, membangun komunikasi yang positif, menyelaraskan tindakan untuk mencapai tujuan bersama, dan menghargai kontribusi setiap anggota tim.
- Kepedulian: Memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan sekitar, baik lingkungan fisik maupun sosial. Siswa diharapkan mampu merasakan dan menanggapi kebutuhan orang lain atau komunitas di sekitarnya.
- Berbagi: Kesediaan untuk memberi dan berbagi sumber daya yang dimiliki, baik itu pengetahuan, waktu, tenaga, maupun materi, demi kepentingan bersama tanpa mengharapkan imbalan.
Survei Karakter ANBK akan mencoba mengukur kecenderungan siswa untuk membantu teman yang kesulitan, partisipasi mereka dalam kegiatan sosial di sekolah, atau preferensi mereka antara bekerja sendiri dan bekerja dalam tim untuk menyelesaikan sebuah tugas.
4. Mandiri
Kemandirian adalah kunci untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Pelajar yang mandiri adalah pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya sendiri. Mereka memiliki inisiatif, mampu mengatur diri sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain untuk termotivasi.
Elemen-elemen yang membentuk kemandirian adalah:
- Kesadaran akan Diri dan Situasi yang Dihadapi: Mampu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri, memahami emosi yang dirasakan, serta mampu mengidentifikasi tantangan dalam situasi yang dihadapi.
- Regulasi Diri: Kemampuan untuk mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Ini mencakup kemampuan menetapkan tujuan, membuat rencana, memonitor kemajuan, dan melakukan evaluasi diri untuk perbaikan di masa depan.
Dalam konteks survei, siswa mungkin akan dihadapkan pada pertanyaan yang mengukur seberapa sering mereka membuat jadwal belajar sendiri, bagaimana mereka mengatasi rasa malas atau bosan saat belajar, atau apa yang mereka lakukan ketika menghadapi materi pelajaran yang sulit.
5. Bernalar Kritis
Di era banjir informasi, kemampuan bernalar kritis menjadi tameng utama untuk melindungi diri dari hoaks, misinformasi, dan manipulasi. Pelajar yang bernalar kritis mampu memproses informasi secara objektif, menganalisis berbagai sudut pandang, mengevaluasi argumen, dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan bukti yang valid.
Kemampuan bernalar kritis mencakup beberapa elemen, yaitu:
- Memperoleh dan Memproses Informasi dan Gagasan: Mampu mengajukan pertanyaan yang relevan, mengidentifikasi asumsi, dan mengklarifikasi informasi dari berbagai sumber.
- Menganalisis dan Mengevaluasi Penalaran: Mampu membedakan antara fakta dan opini, mengidentifikasi bias dalam sebuah argumen, dan menilai kualitas bukti yang disajikan.
- Merefleksi Pemikiran dan Proses Berpikir: Mampu meninjau kembali proses berpikirnya sendiri, menyadari adanya potensi kesalahan dalam penalarannya, dan terbuka untuk memperbaiki kesimpulannya jika ada bukti baru.
- Mengambil Keputusan: Mampu membuat pilihan yang beralasan setelah mempertimbangkan berbagai alternatif dan konsekuensinya.
Pertanyaan dalam Survei Karakter ANBK yang terkait dimensi ini bisa menyajikan sebuah kutipan berita singkat dan meminta siswa untuk menilai kredibilitasnya, atau menanyakan langkah apa yang akan mereka ambil untuk memverifikasi sebuah informasi sebelum membagikannya.
6. Kreatif
Kreativitas bukan hanya milik para seniman. Dimensi ini menekankan kemampuan pelajar untuk menghasilkan sesuatu yang baru, orisinal, dan bermanfaat, baik dalam bentuk gagasan, karya, maupun tindakan. Pelajar yang kreatif mampu melihat masalah dari perspektif yang berbeda dan menemukan solusi yang inovatif.
Elemen-elemen kunci dari kreativitas adalah:
- Menghasilkan Gagasan yang Orisinal: Kemampuan untuk berpikir di luar kebiasaan (out-of-the-box), menghubungkan ide-ide yang tampaknya tidak berhubungan, dan menghasilkan berbagai alternatif solusi untuk suatu masalah.
- Menghasilkan Karya dan Tindakan yang Orisinal: Mampu mewujudkan gagasannya menjadi sebuah karya atau tindakan nyata. Ini melibatkan keberanian untuk bereksperimen, mengambil risiko, dan belajar dari kegagalan.
Survei ini dapat mengukur tingkat kreativitas siswa dengan menanyakan seberapa sering mereka mencoba cara-cara baru dalam menyelesaikan tugas, atau bagaimana sikap mereka terhadap tugas yang membutuhkan imajinasi dan pemikiran yang tidak konvensional.
Mekanisme Pelaksanaan dan Pemanfaatan Hasil Survei
Memahami bagaimana Survei Karakter ANBK dilaksanakan dan bagaimana hasilnya dimanfaatkan adalah kunci untuk menghilangkan miskonsepsi dan memaksimalkan dampaknya. Prosesnya dirancang secara cermat untuk memastikan data yang diperoleh valid dan berguna bagi perbaikan mutu pendidikan.
Siapa Peserta Survei?
Peserta Survei Karakter adalah siswa yang terpilih sebagai sampel Asesmen Nasional. Pemilihan sampel dilakukan secara acak (random sampling) oleh sistem dari data pokok pendidikan (Dapodik). Hal ini bertujuan agar sampel yang terpilih dapat merepresentasikan populasi siswa di sekolah tersebut. Dengan metode ini, hasil survei dapat memberikan gambaran yang cukup akurat tentang kondisi karakter siswa di satuan pendidikan secara keseluruhan.
Bentuk dan Sifat Pertanyaan
Pertanyaan dalam Survei Karakter disajikan dalam format pilihan ganda atau skala (misalnya, Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju). Tidak ada jawaban yang dianggap "benar" atau "salah" secara absolut. Siswa didorong untuk menjawab dengan jujur sesuai dengan apa yang mereka yakini, rasakan, atau lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran adalah kunci utama untuk mendapatkan data yang akurat. Oleh karena itu, penting bagi guru dan pengawas untuk menciptakan suasana yang nyaman dan bebas dari tekanan saat survei berlangsung.
Sifat pertanyaan dirancang untuk tidak menguji pengetahuan, melainkan untuk menggali kecenderungan sikap dan perilaku. Skenario atau pernyataan yang disajikan seringkali berhubungan dengan situasi yang relevan dengan kehidupan siswa di sekolah maupun di luar sekolah.
Pemanfaatan Hasil
Hasil Survei Karakter ANBK tidak akan ditampilkan dalam bentuk skor individu untuk setiap siswa. Data yang diperoleh akan diolah dan diagregasi pada tingkat sekolah. Artinya, yang akan disajikan adalah laporan profil karakter siswa secara kolektif di sebuah sekolah. Laporan ini dikenal sebagai Rapor Pendidikan.
Rapor Pendidikan ini berfungsi sebagai alat diagnostik bagi sekolah. Melalui laporan ini, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dapat:
- Melakukan Refleksi: Mengidentifikasi dimensi karakter mana yang sudah berkembang dengan baik (kekuatan) dan dimensi mana yang masih perlu mendapatkan perhatian lebih (area perbaikan).
- Merencanakan Intervensi: Merancang program-program pembinaan karakter yang lebih terarah dan berbasis data. Misalnya, jika hasil survei menunjukkan rendahnya skor pada dimensi gotong royong, sekolah dapat memperbanyak kegiatan pembelajaran berbasis proyek kolaboratif.
- Mengevaluasi Kebijakan Sekolah: Menilai efektivitas kebijakan dan praktik pembelajaran yang selama ini diterapkan dalam menumbuhkan karakter siswa.
- Membangun Budaya Sekolah Positif: Menggunakan data sebagai dasar untuk memperkuat nilai-nilai dan norma-norma positif di lingkungan sekolah, sehingga tercipta iklim belajar yang aman, inklusif, dan mendukung.
Dengan demikian, Survei Karakter menjadi jembatan antara asesmen dan perbaikan. Ia mengubah data menjadi wawasan, dan wawasan menjadi tindakan nyata untuk pendidikan yang lebih baik.
Menepis Miskonsepsi Umum
Sebagai sebuah instrumen yang relatif baru, Survei Karakter ANBK seringkali diselimuti oleh berbagai miskonsepsi. Penting untuk meluruskan pemahaman yang keliru ini agar semua pihak dapat melihatnya dari perspektif yang benar.
Miskonsepsi 1: Survei Karakter Mempengaruhi Nilai Rapor atau Kelulusan Siswa.
Fakta: Ini adalah kekeliruan yang paling umum. Hasil Survei Karakter sama sekali tidak berpengaruh pada nilai akademik individu siswa, nilai rapor, atau penentuan kelulusan. Laporannya bersifat agregat di tingkat sekolah dan anonim di tingkat individu. Tujuannya murni untuk pemetaan dan perbaikan sistem, bukan untuk menilai siswa secara perorangan.
Miskonsepsi 2: Siswa Harus "Belajar" untuk Menghadapi Survei Karakter.
Fakta: Tidak ada materi yang perlu dihafal atau dipelajari secara khusus untuk survei ini. Persiapan terbaik adalah dengan membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk "merekayasa" jawaban agar terlihat baik justru akan merusak validitas data dan membuat sekolah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan gambaran yang jujur tentang dirinya.
Miskonsepsi 3: Hasil Survei akan Menghakimi Kualitas Moral Siswa.
Fakta: Survei ini tidak dirancang untuk menghakimi. Ia adalah alat diagnostik yang netral. Seperti halnya termometer yang mengukur suhu tubuh tanpa memberi label "baik" atau "buruk", Survei Karakter mengukur kondisi karakter di sekolah untuk memberikan informasi yang dapat ditindaklanjuti.
Kesimpulan: Sebuah Cermin untuk Pertumbuhan Bersama
Survei Karakter ANBK adalah sebuah langkah maju yang monumental dalam sistem evaluasi pendidikan di Indonesia. Ia menandai pengakuan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk membangun bangsa yang besar. Diperlukan generasi yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga matang secara emosional, mulia dalam akhlak, dan kokoh dalam karakter.
Dengan berlandaskan pada Profil Pelajar Pancasila, survei ini bukan sekadar alat ukur, melainkan sebuah cermin reflektif bagi seluruh ekosistem pendidikan. Ia mengajak sekolah untuk melihat ke dalam, mengevaluasi praktik-praktik yang ada, dan berkomitmen untuk terus berbenah. Bagi siswa, ini adalah kesempatan untuk berefleksi tentang nilai-nilai yang mereka anut. Bagi pendidik, ini adalah panduan untuk merancang pembelajaran yang lebih bermakna.
Pada akhirnya, tujuan besar dari Survei Karakter ANBK adalah untuk menumbuhkan budaya sekolah yang positif, di mana setiap siswa merasa aman, dihargai, dan terdorong untuk mengembangkan potensi terbaiknya, tidak hanya sebagai insan akademis, tetapi juga sebagai manusia seutuhnya yang siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan dunia.