Uraian Lengkap Huruf Hijaiyah Surah An-Nasr Ayat 1
Surah An-Nasr, yang berarti "Pertolongan", adalah salah satu surah Madaniyah yang memiliki kedudukan istimewa dalam Al-Qur'an. Meskipun hanya terdiri dari tiga ayat, surah ini membawa kabar gembira yang luar biasa sekaligus isyarat mendalam tentang tugas Rasulullah SAW yang mendekati paripurna. Fokus utama pembahasan kita kali ini adalah untuk menelusuri dan tuliskan huruf huruf hijaiyah surah an nasr ayat 1 secara mendetail. Kita akan membedah setiap huruf, menelisik cara pengucapannya yang benar sesuai kaidah ilmu Tajwid, serta memahami sifat dan tempat keluarnya (makhraj) masing-masing huruf tersebut.
Ayat pertama dari Surah An-Nasr berbunyi:
Ayat ini, sekilas tampak sederhana, namun tersusun dari rangkaian huruf hijaiyah yang masing-masing memiliki karakteristik unik. Memahami setiap komponen ini adalah langkah awal untuk dapat melafalkan Al-Qur'an dengan tartil, sebagaimana yang diperintahkan. Mari kita mulai perjalanan kita untuk menguraikan setiap huruf dalam ayat mulia ini.
Analisis Per Kata dan Per Huruf
Untuk memudahkan pemahaman, kita akan memecah ayat ini menjadi beberapa kata, lalu menguraikan huruf-huruf yang menyusun setiap kata tersebut. Proses ini akan membantu kita melihat bagaimana setiap huruf berinteraksi satu sama lain dan membentuk lafaz yang sempurna.
Kata Pertama: إِذَا (Idzaa)
Kata ini terdiri dari tiga huruf: Alif (dengan harakat kasrah), Dzal, dan Alif (sebagai mad). Mari kita bedah satu per satu.
1. Huruf ا (Alif) dengan Harakat Kasrah (ِ) menjadi إِ (i)
- Bentuk Huruf: Alif adalah huruf pertama dalam abjad hijaiyah, berbentuk garis vertikal lurus (ا). Ketika ia berfungsi sebagai pembawa harakat (vokal) di awal kata, ia sering disebut sebagai Hamzah Wasal atau Hamzah Qat'. Dalam kasus ini, ia adalah Hamzah Qat' yang dibaca jelas.
- Harakat: Harakat yang menyertainya adalah kasrah (ِ), yaitu sebuah garis kecil di bawah huruf. Harakat ini memberikan bunyi vokal "i" yang pendek dan jelas.
- Makhraj (Tempat Keluar): Makhraj Hamzah (ء) berada di Aqshal Halq (أقصى الحلق), yaitu pangkal tenggorokan atau bagian tenggorokan yang paling dalam, dekat dengan pita suara. Pengucapannya harus tegas dan tidak berdesis.
- Sifat Huruf: Hamzah memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah Jahr (suara tertahan, tidak ada aliran napas) dan Syiddah (suara tertahan sejenak karena makhraj tertutup sempurna).
2. Huruf ذ (Dzal) dengan Harakat Fathah (َ) menjadi ذَ (dza)
- Bentuk Huruf: Dzal (ذ) memiliki bentuk yang mirip dengan huruf Dal (د), namun dengan satu titik di atasnya.
- Harakat: Disertai harakat fathah (َ), sebuah garis kecil di atas huruf yang memberikan bunyi vokal "a" yang ringan.
- Makhraj: Makhraj Dzal terletak di Tharaf al-Lisan ma'a Athraaf ats-Tsanaya al-'Ulya (طرف اللسان مع أطراف الثنايا العليا), yaitu ujung lidah yang sedikit dikeluarkan dan disentuhkan dengan ujung gigi seri atas. Sangat penting untuk tidak mengucapkannya seperti huruf "Z" dalam bahasa Indonesia, karena makhrajnya berbeda. Suaranya lebih lembut dan bersifat antar gigi.
- Sifat Huruf: Sifat-sifat penting dari Dzal adalah Jahr (suara tertahan), Rikhwah (suara mengalir, tidak tertahan seperti pada syiddah), dan Istifal (pangkal lidah tidak terangkat), yang membuatnya dibaca tipis.
3. Huruf ا (Alif) sebagai Mad
- Fungsi: Alif di akhir kata إِذَا bukanlah huruf yang berdiri sendiri dengan harakat, melainkan berfungsi sebagai pemanjang (mad) bagi huruf sebelumnya yang berharakat fathah (ذَ).
- Kaidah Tajwid: Ini adalah contoh dari Mad Thabi'i atau mad asli. Mad Thabi'i terjadi apabila huruf berharakat fathah diikuti oleh Alif sukun, kasrah diikuti oleh Ya' sukun, atau dhammah diikuti oleh Waw sukun. Panjang bacaannya adalah dua harakat (dua ketukan). Maka, "dza" dibaca memanjang menjadi "dzaa".
- Makhraj: Makhraj untuk huruf-huruf mad (Alif, Waw, Ya' sukun) adalah Al-Jauf (الجوف), yaitu rongga mulut dan rongga tenggorokan. Suaranya keluar dengan lancar tanpa ada hambatan pada titik artikulasi tertentu.
Kata Kedua: جَاءَ (Jaa-a)
Kata ini juga terdiri dari tiga komponen: Jim, Alif (sebagai mad), dan Hamzah.
1. Huruf ج (Jim) dengan Harakat Fathah (َ) menjadi جَ (ja)
- Bentuk Huruf: Jim (ج) memiliki bentuk khas dengan satu titik di bagian bawahnya.
- Makhraj: Makhraj Jim berada di Wastu al-Lisan (وسط اللسان), yaitu bagian tengah lidah yang ditempelkan ke langit-langit keras di atasnya. Saat mengucapkannya, pastikan tengah lidah benar-benar menekan langit-langit dengan kuat.
- Sifat Huruf: Jim memiliki sifat-sifat yang sangat unik. Ia termasuk huruf yang bersifat Jahr (napas tertahan), Syiddah (suara tertahan), dan yang paling krusial adalah Qalqalah. Qalqalah adalah sifat memantulnya suara ketika huruf tersebut dalam keadaan sukun (mati). Meskipun dalam kata جَاءَ huruf Jim tidak sukun, memahami sifat Qalqalah-nya penting untuk pengucapan yang benar pada konteks lain.
2. Huruf ا (Alif) sebagai Mad
- Fungsi: Sama seperti pada kata sebelumnya, Alif di sini berfungsi sebagai pemanjang untuk huruf Jim yang berharakat fathah. Namun, ada kaidah tajwid yang lebih spesifik di sini.
- Kaidah Tajwid: Ini adalah contoh dari Mad Wajib Muttasil. Disebut "wajib" karena para ulama qira'at sepakat untuk memanjangkannya lebih dari dua harakat. Disebut "muttasil" (bersambung) karena huruf mad (Alif) bertemu dengan Hamzah (ء) dalam satu kata yang sama (جَاءَ). Panjang bacaannya adalah empat atau lima harakat. Ini lebih panjang dari Mad Thabi'i. Jadi, "jaa" dibaca sangat panjang.
3. Huruf ء (Hamzah) dengan Harakat Fathah (َ) menjadi ءَ (a)
- Fungsi: Hamzah di akhir kata ini berfungsi sebagai huruf konsonan yang berdiri sendiri dan memiliki harakat fathah, memberikan bunyi "a" yang jelas dan tegas di akhir kata.
- Makhraj dan Sifat: Seperti yang telah dibahas sebelumnya, makhrajnya di pangkal tenggorokan (Aqshal Halq) dan sifatnya adalah Jahr dan Syiddah. Pengucapannya harus jelas dan berhenti sejenak, memisahkan suara mad sebelumnya dengan bunyi "a" pada hamzah.
Kata Ketiga: نَصْرُ (Nash-ru)
Kata ini terdiri dari tiga huruf: Nun, Shad, dan Ra'.
1. Huruf ن (Nun) dengan Harakat Fathah (َ) menjadi نَ (na)
- Makhraj: Makhraj Nun berada di Tharaf al-Lisan, yaitu ujung lidah yang disentuhkan ke gusi gigi seri atas.
- Sifat Huruf: Sifat yang paling menonjol dari Nun adalah Ghunnah, yaitu suara sengau atau dengung yang keluar dari rongga hidung (Al-Khaisyum). Selain itu, ia juga memiliki sifat Jahr dan Tawassuth/Bainiyyah (suara tidak tertahan sempurna dan tidak juga mengalir sempurna).
2. Huruf ص (Shad) dengan Harakat Sukun (ْ) menjadi صْ (-sh-)
- Bentuk Huruf: Shad (ص) adalah huruf yang tebal dan kuat.
- Makhraj: Makhrajnya berada di ujung lidah yang bertemu dengan bagian belakang gigi seri bawah, sambil membiarkan sedikit celah agar udara bisa lewat.
- Sifat Huruf: Shad memiliki sifat-sifat yang sangat khas yang membuatnya dibaca tebal (Tafkhim). Sifat-sifat tersebut adalah:
- Isti'la (استعلاء): Pangkal lidah terangkat ke arah langit-langit, memenuhi rongga mulut dan menghasilkan suara yang tebal dan berat.
- Itbaq (اطباق): Bagian tengah lidah menempel atau mendekat ke langit-langit, "mengurung" suara di dalam mulut sehingga terdengar lebih tebal lagi. Shad adalah salah satu dari empat huruf dengan sifat Itbaq.
- Shafir (صفير): Adanya suara desisan yang tajam seperti siulan saat udara melewati celah sempit antara lidah dan gigi.
- Harakat Sukun (ْ): Tanda sukun menunjukkan bahwa huruf ini tidak memiliki vokal. Ia dibaca mati dan menyatu dengan huruf sebelumnya, menjadi "nash-".
3. Huruf ر (Ra') dengan Harakat Dhammah (ُ) menjadi رُ (ru)
- Makhraj: Makhraj Ra' terletak di ujung lidah bagian punggung yang menyentuh langit-langit keras, sedikit di belakang makhraj huruf Nun.
- Sifat Huruf: Ra' memiliki sifat getaran yang unik yang disebut Takrir (تكرير). Namun, getaran ini harus dijaga agar tidak berlebihan (cukup satu getaran ringan).
- Kaidah Tajwid: Hukum bacaan Ra' bisa tebal (Tafkhim) atau tipis (Tarqiq). Dalam kasus نَصْرُ, karena Ra' berharakat dhammah (ُ), maka ia wajib dibaca Tafkhim (tebal). Mulut sedikit dimonyongkan dan pangkal lidah diangkat untuk menghasilkan suara "ru" yang berat.
Kata Keempat: اللَّهِ (Allaahi)
Ini adalah lafaz Jalalah atau nama Allah. Pengucapannya memiliki aturan khusus.
1. Huruf ل (Lam) pada Lafaz Jalalah
- Kaidah Tajwid: Hukum Lam pada lafaz اللَّهِ bisa dibaca tebal (Tafkhim) atau tipis (Tarqiq). Aturannya bergantung pada harakat huruf sebelumnya.
- Dibaca Tafkhim jika huruf sebelumnya berharakat Fathah atau Dhammah.
- Dibaca Tarqiq jika huruf sebelumnya berharakat Kasrah.
- Penerapan: Dalam ayat ini, kata sebelumnya adalah نَصْرُ, yang diakhiri dengan Ra' berharakat dhammah (رُ). Karena didahului oleh dhammah, maka Lam pada lafaz اللَّهِ wajib dibaca Tafkhim. Cara mengucapkannya adalah dengan mengangkat pangkal lidah, sehingga bunyinya menjadi "Allooh" bukan "Allah" yang tipis.
2. Huruf ه (Ha') dengan Harakat Kasrah (ِ) menjadi هِ (hi)
- Makhraj: Berbeda dengan Hamzah (ء), makhraj huruf Ha' (ه) juga berada di pangkal tenggorokan (Aqshal Halq) namun sedikit lebih atas dari Hamzah. Suaranya keluar dari rongga dada dengan napas yang jelas.
- Sifat Huruf: Sifat utamanya adalah Hams (napas mengalir) dan Rikhwah (suara mengalir). Pengucapannya ringan dan berangin. Dengan harakat kasrah, ia dibaca "hi" yang lembut.
Kata Kelima: وَالْفَتْحُ (Wal-fat-hu)
Kata terakhir ini terdiri dari beberapa komponen: Waw, Alif Lam, Fa', Ta', dan Ha'.
1. Huruf و (Waw) dengan Harakat Fathah (َ) menjadi وَ (wa)
- Makhraj: Makhraj Waw adalah Asy-Syafatain (الشفتين), yaitu kedua bibir yang sedikit dimonyongkan atau dibulatkan ke depan tanpa menempel sempurna.
- Fungsi: Di sini, Waw berfungsi sebagai Waw 'Athaf, yaitu kata sambung yang berarti "dan".
2. Alif Lam (ال) Qamariyah
- Kaidah Tajwid: Terdapat dua jenis Alif Lam (ال) dalam tajwid: Alif Lam Syamsiyah dan Alif Lam Qamariyah. Alif Lam Qamariyah terjadi jika Alif Lam bertemu dengan salah satu dari 14 huruf Qamariyah (terkumpul dalam kalimat: إِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهْ).
- Penerapan: Dalam kata وَالْفَتْحُ, Alif Lam bertemu dengan huruf Fa' (ف), yang termasuk dalam huruf-huruf Qamariyah. Oleh karena itu, hukumnya adalah Idzhar Qamariyah, yang berarti huruf Lam (لْ) dibaca dengan jelas dan sukun. Terdengar bunyi "l" yang mati: "wal-".
3. Huruf ف (Fa') dengan Harakat Fathah (َ) menjadi فَ (fa)
- Makhraj: Makhraj Fa' terletak pada bagian dalam bibir bawah yang bertemu dengan ujung gigi seri atas. Udara harus bisa keluar dari celah tersebut.
- Sifat Huruf: Sifat yang menonjol adalah Hams, yaitu adanya aliran napas yang jelas saat mengucapkannya. Bunyinya seperti "f" dalam bahasa Indonesia.
4. Huruf ت (Ta') dengan Harakat Sukun (ْ) menjadi تْ (-t-)
- Makhraj: Makhraj Ta' berada di ujung lidah yang bertemu dengan pangkal gigi seri atas.
- Sifat Huruf: Seperti Fa', Ta' juga memiliki sifat Hams (aliran napas). Sifat Hams ini menjadi sangat jelas ketika Ta' dalam keadaan sukun. Setelah menahan suara sejenak (karena sifat Syiddah-nya), lepaskan dengan hembusan napas yang terdengar. Bunyinya bukan sekadar "fat" yang berhenti total, melainkan "fat-h" dengan desisan napas di akhir.
5. Huruf ح (Ha') dengan Harakat Dhammah (ُ) menjadi حُ (hu)
- Makhraj: Huruf Ha' (ح) memiliki makhraj di Wasthul Halq (وسط الحلق), yaitu bagian tengah tenggorokan. Makhraj ini berbeda dengan Ha' (ه) di pangkal tenggorokan. Pengucapan Ha' (ح) lebih terasa seperti ada gesekan di tengah tenggorokan dan sering digambarkan sebagai suara "pedas".
- Sifat Huruf: Sifatnya adalah Hams (napas mengalir) dan Rikhwah (suara mengalir). Dengan harakat dhammah, ia dibaca "hu" dengan suara yang keluar dari tengah tenggorokan.
Tinjauan Mendalam Kaidah Tajwid Terkait
Setelah kita menguraikan setiap huruf, mari kita perdalam beberapa konsep tajwid fundamental yang muncul dalam ayat pertama Surah An-Nasr. Memahami konsep ini secara umum akan meningkatkan kualitas bacaan kita secara keseluruhan.
1. Makharijul Huruf (Tempat-Tempat Keluarnya Huruf)
Ilmu tentang makhraj adalah fondasi dari pengucapan yang benar. Secara garis besar, makhraj terbagi menjadi lima area utama:
- Al-Jauf (الجوف - Rongga): Rongga mulut dan tenggorokan. Ini adalah makhraj bagi huruf-huruf mad (ا, و, ي sukun).
- Al-Halq (الحلق - Tenggorokan): Terbagi menjadi tiga bagian:
- Pangkal Tenggorokan (Aqsha): Huruf ء dan ه.
- Tengah Tenggorokan (Wasth): Huruf ع dan ح.
- Ujung Tenggorokan (Adna): Huruf غ dan خ.
- Al-Lisan (اللسان - Lidah): Area paling kompleks dengan banyak titik artikulasi untuk mayoritas huruf hijaiyah, seperti ت, ذ, ج, ر, ن, dan ص.
- Asy-Syafatain (الشفتين - Dua Bibir): Makhraj untuk huruf ف, و, ب, dan م.
- Al-Khaisyum (الخيشوم - Rongga Hidung): Ini bukan makhraj untuk huruf, melainkan untuk sifat Ghunnah (dengung) yang melekat pada huruf ن dan م.
2. Sifatul Huruf (Sifat-Sifat Huruf)
Sifat adalah karakteristik yang melekat pada sebuah huruf yang membedakannya dari huruf lain. Sifat terbagi dua: yang memiliki lawan dan yang tidak memiliki lawan.
Sifat yang Memiliki Lawan:
- Hams (همس - Berdesis/Napas Mengalir) vs. Jahr (جهر - Jelas/Napas Tertahan): Dalam ayat ini, kita menemukan huruf Hams (ص, ت, ف, ح, ه) dan Jahr (ء, ذ, ج, ن, ر, ل, و).
- Syiddah (شدة - Kuat/Suara Tertahan) vs. Rikhwah (رخاوة - Lunak/Suara Mengalir): Di antara keduanya ada Tawassuth (توسط - Pertengahan). Contoh Syiddah: ء, ج, ت. Contoh Rikhwah: ذ, ص, ف, ه.
- Isti'la (استعلاء - Terangkat) vs. Istifal (استفال - Menurun): Isti'la berarti pangkal lidah terangkat, membuat huruf dibaca tebal (tafkhim), contohnya huruf ص. Sebagian besar huruf lain bersifat Istifal.
- Itbaq (اطباق - Melekat) vs. Infitah (انفتاح - Terbuka): Itbaq adalah sifat yang lebih kuat dari Isti'la, di mana lidah seolah menutupi langit-langit. Huruf ص adalah contohnya.
Sifat yang Tidak Memiliki Lawan:
- Shafir (صفير - Desisan Tajam): Ditemukan pada huruf ص, ز, س. Kita melihatnya pada kata نَصْرُ.
- Qalqalah (قلقلة - Pantulan): Sifat memantul pada huruf ق, ط, ب, ج, د ketika sukun. Kita membahasnya pada huruf ج.
- Takrir (تكرير - Getaran): Sifat khusus untuk huruf ر, yang harus dikontrol agar tidak berlebihan.
3. Hukum Mad (Bacaan Panjang)
Dalam satu ayat ini saja, kita telah bertemu dengan dua jenis mad yang sangat umum:
- Mad Thabi'i (Asli): Terjadi pada kata إِذَا. Ini adalah mad paling dasar dengan panjang dua harakat. Mengenali Mad Thabi'i sangat penting karena ia muncul sangat sering di dalam Al-Qur'an.
- Mad Wajib Muttasil (Wajib Bersambung): Terjadi pada kata جَاءَ. Kaidah ini mengharuskan bacaan dipanjangkan 4-5 harakat karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata. Membedakannya dari mad lain akan memperindah dan menyempurnakan bacaan.
Kesimpulan: Keindahan dalam Setiap Huruf
Dengan menguraikan dan tuliskan huruf huruf hijaiyah surah an nasr ayat 1, kita dapat menyaksikan betapa luar biasanya struktur bahasa Al-Qur'an. Setiap huruf, setiap harakat, dan setiap hukum tajwid memiliki peranannya sendiri dalam membentuk sebuah lafaz yang sempurna dan penuh makna. Dari getaran ringan pada huruf Ra', ketebalan pada Shad, hingga panjangnya bacaan pada kata "jaa-a", semuanya adalah bagian dari mukjizat linguistik Al-Qur'an.
Mempelajari detail ini bukan hanya tentang teknis pengucapan, melainkan sebuah bentuk penghormatan dan upaya untuk mendekatkan diri pada firman-Nya. Semakin kita memahami seluk-beluk pelafalannya, semakin kita bisa merasakan keagungan dan keindahan kalam ilahi saat kita membacanya. Semoga uraian terperinci ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperbaiki dan memperdalam kualitas bacaan Al-Qur'an mereka, dimulai dari ayat pertama Surah An-Nasr yang agung ini.