Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abu Bakar Al Habsyi merupakan salah satu figur penting dalam jajaran ulama Ahlussunnah wal Jama'ah di Nusantara. Beliau dikenal luas karena kealiman, ketinggian akhlak, dan dedikasinya yang tak pernah padam dalam menyebarkan ajaran Islam yang damai dan moderat. Peran beliau tidak hanya terbatas pada ranah keilmuan agama, tetapi juga dalam membentuk karakter umat melalui teladan hidup yang luhur.
Keluarga dan Nasab yang Mulia
Lahir dari keluarga terhormat yang memiliki silsilah bersambung hingga kepada Rasulullah SAW melalui jalur Alawiyyin, Habib Ali Zainal Abidin dibesarkan dalam lingkungan yang kental dengan nuansa ilmu dan spiritualitas. Nasab yang mulia ini bukan menjadi alasan untuk berpuas diri, melainkan menjadi motivasi untuk lebih giat menuntut ilmu dan mengamalkannya. Pendidikan awal beliau diperoleh langsung dari para ulama besar di lingkungannya, membentuk fondasi keilmuan yang kokoh sejak usia dini.
Sejak muda, beliau telah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa dan semangat belajar yang tinggi. Ia haus akan ilmu syar'i, mulai dari Fiqih, Ushul Fiqih, Tafsir, hingga ilmu Hadits. Pengembaraannya menuntut ilmu membawanya bertemu dengan berbagai guru besar, yang masing-masing memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan intelektual dan spiritual beliau. Interaksi dengan para ulama kontemporer memperkaya wawasan Habib Ali, menjadikannya seorang mujtahid yang mumpuni dalam fatwa dan pengajaran.
Dedikasi dalam Dakwah dan Pembinaan Umat
Fokus utama kehidupan Al Habib Ali Zainal Abidin adalah dakwah. Beliau tidak hanya berdakwah melalui mimbar-mimbar besar, tetapi juga melalui interaksi personal yang penuh kasih sayang. Metodenya dalam berdakwah sangat efektif karena selalu mengedepankan hikmah dan mau'izah hasanah (nasihat yang baik), sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an. Ia mampu menjangkau berbagai kalangan masyarakat, dari rakyat jelata hingga para intelektual, dengan bahasa yang mudah dipahami namun tetap mempertahankan kekhidmatan syariat.
Kecintaan beliau terhadap Rasulullah SAW termanifestasi dalam kecintaannya terhadap sunnah-sunnah Nabi. Kegiatan majelis shalawat dan Maulid Nabi seringkali menjadi pusat kegiatan keagamaan yang beliau pimpin. Majelis-majelis ini bukan sekadar ritual seremonial, melainkan sarana edukasi intensif untuk menanamkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah (teladan terbaik) bagi umat. Hal ini sangat krusial dalam menjaga kemurnian akidah umat dari pengaruh-pengaruh yang menyimpang.
Peran dalam Menjaga Kesatuan Umat
Di tengah dinamika sosial dan politik, Habib Ali Zainal Abidin memainkan peran penting sebagai perekat umat. Beliau senantiasa menyerukan persatuan dan kesatuan di antara komponen bangsa, menolak segala bentuk perpecahan yang bernuansa SARA atau fanatisme buta. Prinsip beliau adalah bahwa perbedaan pandangan dalam ranah furu'iyah (cabang hukum) harus disikapi dengan toleransi dan menghormati ijtihad ulama lain, selama masih berada dalam koridor Aswaja.
Ketegasan beliau dalam memegang prinsip kebenaran tidak pernah menghilangkan sikap tawadhu' (rendah hati). Sosoknya menjadi contoh nyata bahwa kekuatan ilmu harus berjalan seiring dengan kelembutan hati. Warisan ajaran dan teladan beliau terus hidup dan menjadi penerang bagi generasi penerus yang ingin menapaki jalan para ulama pewaris Nabi. Kajian-kajian yang ditinggalkan, baik dalam bentuk risalah maupun rekaman pengajian, masih menjadi rujukan penting bagi para santri dan penuntut ilmu di berbagai penjuru daerah.