Alat Kontrasepsi Darurat Setelah Berhubungan: Pilihan dan Panduan
Ilustrasi: Simbol peringatan dan perlindungan.
Dalam kehidupan, terkadang situasi tak terduga dapat terjadi, termasuk dalam aktivitas seksual. Ketika kontrasepsi yang digunakan sebelumnya gagal, rusak, atau tidak digunakan sama sekali, kekhawatiran akan kehamilan yang tidak diinginkan bisa muncul. Untungnya, ada pilihan yang disebut alat kontrasepsi darurat (AKD) yang dapat membantu mencegah kehamilan setelah hubungan seksual tanpa perlindungan. Penting untuk memahami apa itu AKD, cara kerjanya, kapan harus digunakan, dan bagaimana mendapatkan aksesnya.
Apa Itu Alat Kontrasepsi Darurat?
Alat kontrasepsi darurat, sering disingkat AKD, bukanlah alat kontrasepsi yang digunakan secara rutin. Sesuai namanya, AKD hanya boleh digunakan dalam keadaan darurat, yaitu setelah hubungan seksual yang tidak dilindungi. Tujuannya adalah untuk mencegah kehamilan, bukan untuk mengobati infeksi menular seksual.
AKD bekerja dengan berbagai cara tergantung pada jenisnya. Mekanisme utama yang paling umum adalah mencegah atau menunda ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur). Dalam beberapa kasus, AKD juga dapat mengganggu proses pembuahan jika sperma dan sel telur sudah bertemu, atau mengubah lingkungan rahim sehingga mempersulit implantasi embrio jika pembuahan terjadi. Penting untuk dicatat bahwa AKD tidak bekerja jika kehamilan sudah terjadi (yaitu, jika implantasi embrio sudah berlangsung).
Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Darurat
Saat ini, ada dua metode utama alat kontrasepsi darurat yang umum digunakan dan tersedia:
Pil Kontrasepsi Darurat (PKD): Ini adalah metode yang paling umum. PKD mengandung hormon progestin, atau kombinasi progestin dan estrogen, dalam dosis yang lebih tinggi daripada pil KB reguler. Cara kerjanya utamanya adalah menunda atau mencegah ovulasi. Ada beberapa jenis PKD yang tersedia, dengan dosis dan jadwal minum yang berbeda. Sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan atau yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD Tembaga: IUD tembaga dapat dipasang oleh tenaga kesehatan dalam waktu hingga lima hari (120 jam) setelah hubungan seksual tanpa perlindungan. IUD tembaga bekerja dengan sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Ia bekerja dengan mengganggu pergerakan sperma, mencegah pembuahan, dan menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi sperma atau sel telur. Jika dipasang segera, IUD tembaga memiliki tingkat efektivitas pencegahan kehamilan darurat yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari pil kontrasepsi darurat. Keunggulan lain adalah IUD tembaga juga dapat menjadi metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif setelah digunakan sebagai tindakan darurat.
Kapan dan Bagaimana Cara Menggunakannya?
Waktu adalah faktor krusial ketika menggunakan alat kontrasepsi darurat. Semakin cepat AKD digunakan setelah hubungan seksual tanpa perlindungan, semakin tinggi pula efektivitasnya dalam mencegah kehamilan.
Pil Kontrasepsi Darurat (PKD):
Untuk jenis yang paling umum (hanya progestin), efektif jika diminum secepatnya, idealnya dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah hubungan seksual. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa efektivitasnya mungkin masih ada hingga 120 jam (5 hari), meskipun berkurang.
Ikuti instruksi spesifik untuk jenis PKD yang Anda gunakan. Beberapa membutuhkan satu dosis tunggal, sementara yang lain memerlukan dua dosis yang diminum terpisah beberapa jam.
PKD tidak efektif jika Anda sudah mulai hamil.
IUD Tembaga:
Dapat dipasang oleh profesional kesehatan hingga 120 jam (5 hari) setelah hubungan seksual tanpa perlindungan. Ini adalah metode kontrasepsi darurat yang paling efektif yang tersedia.
Jika Anda memutuskan untuk terus menggunakan IUD setelah tindakan darurat, ini bisa menjadi pilihan kontrasepsi jangka panjang yang sangat baik.
Penting untuk Diketahui Tentang AKD
Ada beberapa poin penting yang perlu Anda pahami mengenai alat kontrasepsi darurat:
Bukan Aborsi: AKD tidak menyebabkan aborsi. AKD bekerja sebelum kehamilan terjadi. Jika Anda sudah hamil, AKD tidak akan berpengaruh pada kehamilan tersebut.
Efektivitas Bervariasi: Efektivitas AKD tidak 100%. Ada kemungkinan kecil untuk hamil meskipun telah menggunakan AKD.
Tidak Melindungi dari Infeksi Menular Seksual (IMS): AKD hanya mencegah kehamilan, bukan penularan IMS. Penggunaan kondom tetap menjadi cara terbaik untuk melindungi diri dari IMS.
Efek Samping: Seperti metode kontrasepsi lainnya, AKD dapat memiliki efek samping, seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, atau perubahan siklus menstruasi (menstruasi bisa datang lebih awal atau lebih lambat). Efek samping ini biasanya bersifat sementara.
Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan: Sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter, bidan, atau konselor kesehatan jika Anda memerlukan AKD. Mereka dapat memberikan informasi yang akurat, membantu Anda memilih metode yang tepat, dan menjawab pertanyaan Anda. Mereka juga dapat memeriksa apakah ada kondisi medis tertentu yang mungkin mempengaruhi pilihan Anda.
Ketersediaan: AKD dapat diperoleh dari apotek, klinik kesehatan, atau pusat layanan kesehatan reproduksi. Di beberapa negara, resep mungkin diperlukan untuk jenis PKD tertentu.
Menggunakan alat kontrasepsi darurat adalah pilihan yang bijak ketika Anda menghadapi situasi yang tidak diinginkan. Namun, ini bukanlah solusi jangka panjang untuk kontrasepsi. Untuk pencegahan kehamilan yang berkelanjutan dan aman, bicarakan dengan profesional kesehatan mengenai berbagai pilihan metode kontrasepsi rutin yang sesuai dengan kebutuhan Anda.