Cara Menghitung Waris dalam Islam: Panduan Lengkap dan Mudah Dipahami

Simbol pembagian warisan dalam Islam HARTA

Dalam ajaran Islam, pembagian harta warisan merupakan salah satu aspek penting yang diatur secara rinci dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Memahami cara menghitung waris dalam Islam bukan hanya soal angka, tetapi juga merupakan bentuk ketaatan terhadap syariat dan upaya menjaga keharmonisan keluarga. Proses ini dikenal dengan ilmu faraid, yang bertujuan untuk membagikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris yang berhak sesuai dengan porsi yang telah ditentukan.

Meskipun terkadang terasa rumit, prinsip dasar pembagian waris dalam Islam sebenarnya cukup logis dan adil. Kunci utamanya adalah mengidentifikasi siapa saja ahli waris yang berhak menerima, menentukan kedudukan mereka dalam silsilah, dan kemudian menghitung bagian masing-masing berdasarkan prinsip-prinsip faraid.

Prinsip Dasar Ilmu Faraid

Sebelum masuk ke dalam teknis perhitungan, penting untuk memahami beberapa prinsip dasar dalam ilmu faraid:

Penting untuk diingat bahwa sebelum harta dibagikan, ada beberapa hal yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu: pelunasan utang jenazah, pelaksanaan wasiat (maksimal 1/3 harta), dan biaya pengurusan jenazah.

Langkah-langkah Menghitung Waris dalam Islam

Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah langkah-langkah umum dalam menghitung pembagian waris:

1. Identifikasi Pewaris dan Ahli Waris

Langkah pertama adalah menentukan siapa yang meninggal dunia (pewaris) dan siapa saja yang berhak menjadi ahli warisnya. Catat semua kerabat yang berpotensi mendapatkan warisan.

2. Tentukan Hubungan Ahli Waris dengan Pewaris

Setelah daftar ahli waris terkumpul, tentukan hubungan masing-masing dengan pewaris. Apakah mereka suami/istri, anak, orang tua, saudara, kakek/nenek, atau kerabat lainnya.

3. Identifikasi Ahli Waris yang Menghalangi (Mahjub)

Dalam ilmu faraid, ada ahli waris yang berhak mendapatkan warisan, namun terhalangi oleh ahli waris lain yang kedudukannya lebih dekat. Contohnya, anak laki-laki akan menghalangi saudara laki-laki pewaris untuk mendapatkan warisan. Identifikasi siapa saja yang termasuk dalam kategori ini.

4. Tentukan Bagian Ahli Waris Ashabul Furud

Bagikan harta kepada ahli waris yang termasuk dalam kategori Ashabul Furud. Bagian mereka adalah sebagai berikut:

5. Bagikan Sisa Harta kepada Ahli Waris 'Ashabah

Setelah bagian Ashabul Furud dibagikan, sisa harta dibagi kepada ahli waris 'Ashabah. Jika tidak ada 'Ashabul Furud, seluruh harta dibagi kepada 'Ashabah. Urutan prioritas 'Ashabah adalah: anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, ayah, kakek, saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki seayah, paman, dan seterusnya, sesuai kaidah yang berlaku.

6. Lakukan 'A'l (Koreksi Pembagian) Jika Perlu

Dalam beberapa kasus, pembagian awal bisa menghasilkan angka yang tidak bisa dibagi habis atau tidak sesuai dengan proporsi yang seharusnya (misalnya, jumlah 'umum' atau penyebut yang berbeda untuk pembagian yang seharusnya sama). Dalam kondisi seperti ini, dilakukan proses 'A'l untuk menyesuaikan pembagian agar lebih proporsional dan bisa dibagi habis.

Contoh Sederhana

Misalkan, seorang pewaris meninggal dunia meninggalkan harta Rp 120.000.000. Ahli warisnya adalah seorang istri, satu anak laki-laki, dan satu anak perempuan.

  1. Identifikasi Ahli Waris: Istri, anak laki-laki, anak perempuan.
  2. Tentukan Hubungan: Istri adalah pasangan, anak laki-laki dan perempuan adalah keturunan.
  3. Identifikasi Mahjub: Tidak ada yang terhalangi dalam kasus ini.
  4. Bagian Ashabul Furud:
    • Istri mendapat 1/8 (karena ada anak). Bagian: 1/8 x Rp 120.000.000 = Rp 15.000.000.
    • Anak perempuan mendapat 1/2 (sebagai bagian Ashabul Furud awal). Bagian: 1/2 x Rp 120.000.000 = Rp 60.000.000.
  5. Bagian 'Ashabah: Sisa harta setelah dikurangi bagian istri adalah Rp 120.000.000 - Rp 15.000.000 = Rp 105.000.000. Bagian anak perempuan sebagai Ashabul Furud awal adalah Rp 60.000.000. Sisa untuk anak laki-laki sebagai 'Ashabah adalah Rp 105.000.000 - Rp 60.000.000 = Rp 45.000.000. Namun, pembagian waris yang lebih tepat mengikuti prinsip bahwa anak laki-laki mendapat dua kali bagian anak perempuan. Jadi, kita menggunakan sistem perbandingan: 1 bagian untuk anak perempuan, 2 bagian untuk anak laki-laki. Total 3 bagian. Total harta yang dibagikan adalah Rp 120.000.000 (dikurangi utang, wasiat, dll). Istri mendapat 1/8 x Rp 120.000.000 = Rp 15.000.000. Sisa harta adalah Rp 105.000.000. Ini dibagi untuk anak laki-laki dan anak perempuan dengan perbandingan 2:1. Bagian anak perempuan = (1/3) x Rp 105.000.000 = Rp 35.000.000. Bagian anak laki-laki = (2/3) x Rp 105.000.000 = Rp 70.000.000. Total: Rp 15.000.000 (istri) + Rp 35.000.000 (anak perempuan) + Rp 70.000.000 (anak laki-laki) = Rp 120.000.000.

Dalam praktiknya, perhitungan waris bisa menjadi lebih kompleks tergantung pada jumlah dan jenis ahli waris yang ada. Sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli waris yang kompeten atau lembaga yang mengurus masalah waris Islam untuk mendapatkan perhitungan yang akurat dan sesuai syariat.

🏠 Homepage