Dalam khazanah keilmuan Islam, khususnya dalam tradisi Ahlul Bait dan para sahabat besar, sosok Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah senantiasa dikenang sebagai teladan dalam keberanian, ilmu, dan kedekatan spiritualnya kepada Allah SWT. Salah satu aspek yang sering dibicarakan adalah kekuatan doanya yang dahsyat, termasuk doa-doa yang diyakini memiliki kemampuan khusus untuk melembutkan hati yang keras atau menarik simpati seseorang.
Doa yang dinisbatkan kepada Sayyidina Ali ini seringkali dicari oleh mereka yang menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan, baik itu dalam ranah asmara, keluarga, maupun pertemanan. Inti dari doa-doa ini adalah permohonan tulus kepada Allah agar Dia berkenan melunakkan hati pihak lain yang bersikap dingin atau menolak, sebagaimana Allah melunakkan besi bagi Nabi Daud AS.
Meskipun terdapat berbagai riwayat mengenai doa-doa khusus dari Imam Ali, prinsip yang mendasarinya selalu kembali kepada tauhid murni dan tawassul yang benar. Doa yang dikaitkan dengan usaha meluluhkan hati seseorang bukanlah mantra magis, melainkan sebuah permohonan yang memohon campur tangan Ilahi untuk mengubah tabiat atau perasaan seseorang.
Doa ini sering kali mengandung permohonan agar hati yang keras dilembutkan, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an mengenai kekuasaan-Nya atas hati manusia. Dalam konteks doa yang dinisbatkan kepada Ali, terdapat penekanan pada pengakuan kelemahan diri sendiri dan penyerahan total kepada kehendak Allah. Ini adalah manifestasi dari sikap tawakkal yang tinggi.
"Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah yang memegang ubun-ubun setiap makhluk. Lembutkanlah hati (Sebutkan nama orang yang dimaksud) sebagaimana Engkau melembutkan besi di tangan Nabi Daud AS. Jadikanlah dia mencintaiku dan tundukkanlah hatinya padaku dengan rahmat dan keagungan-Mu, wahai Zat yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi."
Penting untuk dipahami bahwa teks doa yang beredar mungkin berbeda redaksinya di berbagai sumber, namun substansinya tetap sama: memohon kelembutan hati melalui kekuatan asma'ul husna Allah dan melalui wasilah kedudukan mulia Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu. Doa ini menekankan bahwa perubahan hati sepenuhnya berada dalam kuasa Sang Pencipta.
Keberhasilan sebuah doa, apalagi yang menyangkut hubungan antarmanusia, sangat bergantung pada kebersihan niat dan adab pengamalnya. Doa Ali bin Abi Thalib untuk meluluhkan hati harus diamalkan dengan etika sebagai berikut:
Sayyidina Ali adalah teladan sempurna dalam kedekatan spiritual. Mengikuti sunnahnya dalam berdo'a berarti meneladani ketulusan, keyakinan penuh (yaqin), dan pengharapan yang tidak pernah putus kepada Allah SWT, Zat yang Maha Mampu mengubah kondisi hati manusia dari keras menjadi lunak, dari menjauh menjadi mendekat. Dengan demikian, doa ini menjadi jembatan spiritual menuju perbaikan hubungan sosial.