Dalam lanskap kekayaan budaya dan linguistik Indonesia, terdapat sebuah warisan unik yang menggabungkan keindahan aksara Arab dengan pelafalan bahasa lokal, khususnya bahasa Jawa. Warisan ini dikenal sebagai **huruf Pegon Arab**, atau sering juga disebut sebagai Jawi (di beberapa daerah lain), Abjad Arab-Jawa, atau bahkan dalam konteks modern bisa merujuk pada penggunaan aksara Arab untuk menuliskan bahasa yang bukan berbahasa Arab, termasuk bahasa Indonesia, melalui modifikasi dan penambahan huruf. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang apa itu huruf Pegon Arab, sejarahnya, fungsinya, dan relevansinya di era digital saat ini, dengan fokus pada bagaimana ia menjadi "Huruf Pegon Arab AZ" yang mencakup keseluruhan aspek penggunaannya.
Huruf Pegon Arab adalah sistem penulisan yang menggunakan aksara Arab untuk merepresentasikan bunyi-bunyi dalam bahasa Jawa atau bahasa Melayu dan bahasa Nusantara lainnya. Ini bukan sekadar substitusi huruf, melainkan sebuah adaptasi yang cermat. Aksara Arab asli memiliki 28 huruf, namun untuk merekam nuansa fonetik bahasa Jawa yang lebih kaya, beberapa huruf ditambahkan dengan tanda diakritik (titik) atau modifikasi bentuk lainnya, serta ada pula huruf Arab yang tidak digunakan karena tidak memiliki padanan bunyi dalam bahasa Jawa.
Pada dasarnya, Pegon berakar pada tradisi penulisan keagamaan, terutama dalam penyebaran ajaran Islam di Nusantara. Para ulama dan santri menggunakan aksara Arab untuk menuliskan tafsir, hadis, fikih, dan karya-karya keagamaan lainnya dalam bahasa lokal agar mudah dipahami oleh masyarakat luas. Seiring waktu, penggunaannya meluas ke berbagai ranah kehidupan, termasuk sastra, catatan pribadi, hingga karya ilmiah sederhana.
Munculnya Pegon Arab tidak dapat dilepaskan dari kehadiran ajaran Islam di tanah air. Kerajaan-kerajaan Islam awal di Nusantara, seperti Samudera Pasai, Malaka, dan Demak, menjadi pusat penyebaran ilmu pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh tradisi keilmuan dari Timur Tengah. Aksara Arab menjadi media utama dalam transmisi pengetahuan tersebut.
Di Jawa, tradisi penulisan Pegon mulai mengakar kuat sejak abad ke-16 dan seterusnya. Pesantren-pesantren menjadi lembaga pendidikan yang melestarikan dan mengembangkan penggunaan Pegon. Kitab-kitab kuning yang ditulis dalam bahasa Arab seringkali diberi catatan kaki atau terjemahan dalam bahasa Jawa menggunakan Pegon untuk memudahkan pemahaman santri. Seiring kemajuan zaman, kesusastraan Jawa klasik seperti babad, serat, dan tembang pun banyak yang ditulis atau disalin menggunakan aksara Pegon.
Istilah "Huruf Pegon Arab AZ" dapat diartikan sebagai pengakuan terhadap cakupan lengkap dari sistem penulisan ini, mulai dari huruf-huruf dasar hingga modifikasi-modifikasinya yang mencakup seluruh sistem fonetik yang ingin direpresentasikan, seolah dari A sampai Z dalam konteks bahasa yang ditulis. Ini menunjukkan upaya untuk mewakili setiap bunyi secara komprehensif.
Fungsi utama huruf Pegon Arab adalah sebagai berikut:
Di era digital yang serba cepat ini, huruf Pegon Arab menghadapi tantangan yang signifikan. Dominasi aksara Latin dalam pendidikan formal dan media digital membuat generasi muda semakin sedikit yang familiar dengan Pegon. Namun, di sisi lain, internet juga membuka peluang baru.
Banyak komunitas online yang berusaha menghidupkan kembali literasi Pegon melalui forum diskusi, tutorial online, dan proyek digitalisasi naskah-naskah kuno. Penggunaan font Pegon khusus yang dapat diinstal di komputer dan perangkat seluler juga mulai bermunculan, meskipun belum seumum font Latin. Ide "Huruf Pegon Arab AZ" ini dapat menjadi dorongan untuk standarisasi dan pengembangan lebih lanjut agar sistem penulisan ini dapat diadopsi secara lebih luas dalam lingkungan digital.
Pemanfaatan Pegon dalam media digital, seperti blog, media sosial, atau bahkan aplikasi pembelajaran bahasa, bisa menjadi cara efektif untuk memperkenalkan kembali kekayaan ini kepada generasi mendatang. Kolaborasi antara pegiat budaya, akademisi, dan pengembang teknologi sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa warisan berharga ini tidak hilang ditelan zaman.
Secara keseluruhan, huruf Pegon Arab, dalam representasi "Huruf Pegon Arab AZ" yang mencakup seluruh spektrumnya, adalah bukti nyata dari kemampuan adaptasi dan kekayaan budaya Nusantara. Ia adalah warisan hidup yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan layak untuk terus dilestarikan serta dikembangkan.