Membedah Tuntas Numerasi ANBK SD
Ilustrasi konsep numerasi ANBK SD mencakup grafik, bilangan, dan geometri.
Asesmen Nasional Berbasis Komputer, atau yang lebih dikenal dengan ANBK, telah menjadi sebuah tolok ukur penting dalam pemetaan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu pilar utamanya adalah kemampuan literasi dan numerasi. Khusus untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), numerasi ANBK SD menjadi sorotan utama karena ia tidak hanya mengukur kemampuan berhitung, tetapi juga kemampuan berpikir logis dan menerapkan konsep matematika dalam berbagai situasi kehidupan nyata. Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan menyeluruh mengenai seluk-beluk numerasi ANBK SD, dari konsep dasar hingga strategi efektif untuk menghadapinya.
Tujuan utama dari asesmen numerasi ini adalah untuk melihat sejauh mana siswa mampu menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam beragam konteks. Ini adalah sebuah pergeseran paradigma dari sekadar "bisa matematika" menjadi "mampu bernalar menggunakan matematika". Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif sangat diperlukan tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru dan orang tua sebagai pendamping belajar.
Bab 1: Memahami Konsep Dasar Numerasi ANBK SD
Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu menyamakan persepsi mengenai apa itu numerasi dalam konteks ANBK. Sering kali, numerasi disamakan dengan matematika. Meskipun keduanya sangat berkaitan erat, terdapat perbedaan fundamental yang wajib dipahami.
Numerasi Bukan Sekadar Matematika
Matematika adalah ilmu tentang pola, struktur, bilangan, dan ruang. Ia adalah sebuah sistem formal yang memiliki aturan dan aksioma. Di sisi lain, numerasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan, menginterpretasikan, dan mengomunikasikan informasi matematis untuk menyelesaikan masalah dalam konteks dunia nyata.
Jika matematika adalah bahasa, maka numerasi adalah kemampuan untuk bercerita, berdebat, dan meyakinkan orang lain menggunakan bahasa tersebut. Seseorang mungkin hafal ribuan kosakata (rumus matematika), tetapi belum tentu ia mampu menulis sebuah esai yang baik (menyelesaikan masalah numerasi).
Dalam ANBK SD, fokusnya adalah pada numerasi. Soal-soal yang disajikan akan selalu dibalut dalam sebuah cerita atau konteks tertentu. Siswa dituntut untuk terlebih dahulu memahami konteks masalah, mengidentifikasi informasi matematis yang relevan, memilih strategi penyelesaian yang tepat, dan akhirnya menginterpretasikan hasilnya kembali ke dalam konteks awal.
Tiga Komponen Utama dalam Numerasi ANBK SD
Secara umum, kerangka asesmen numerasi ANBK dibangun di atas tiga komponen utama yang saling terkait: Konten, Proses Kognitif, dan Konteks. Memahami ketiga komponen ini adalah kunci untuk membedah setiap soal yang akan dihadapi.
1. Domain Konten
Domain konten adalah materi atau topik matematika yang menjadi dasar dari soal-soal numerasi. Untuk tingkat SD, konten ini dibagi menjadi empat domain utama:
- Bilangan: Ini adalah domain yang paling fundamental. Cakupannya sangat luas, meliputi pemahaman tentang bilangan cacah, bilangan bulat, pecahan, dan desimal. Tidak hanya itu, siswa juga diharapkan mampu melakukan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian) pada berbagai bentuk bilangan tersebut. Contohnya termasuk menghitung total belanja, membagi kue secara adil, atau memahami konsep diskon dalam persen.
- Geometri dan Pengukuran: Domain ini berkaitan dengan pemahaman tentang bentuk, ruang, dan ukuran. Siswa diharapkan mampu mengenali sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang sederhana, memahami konsep satuan baku (panjang, berat, waktu, volume), serta mampu menggunakannya untuk menyelesaikan masalah. Contoh soal bisa berupa menghitung luas kebun, menentukan volume kotak mainan, atau membaca jam dan kalender.
- Aljabar: Meskipun terdengar rumit untuk tingkat SD, aljabar di sini disajikan dalam bentuk yang sangat mendasar. Fokusnya adalah pada pengenalan pola (pola bilangan dan pola gambar), hubungan antar kuantitas, dan pemahaman konsep persamaan sederhana. Misalnya, siswa diminta untuk melanjutkan sebuah pola barisan bilangan atau menentukan nilai yang tidak diketahui dalam sebuah kalimat matematika sederhana (contoh: 5 + ... = 12).
- Data dan Ketidakpastian: Di era informasi, kemampuan mengolah data menjadi sangat krusial. Domain ini menguji kemampuan siswa untuk membaca, menginterpretasi, dan menyajikan data dalam bentuk sederhana seperti tabel, diagram batang, dan piktogram. Selain itu, ada pengenalan konsep ketidakpastian atau peluang dalam situasi yang sangat sederhana, seperti menentukan kemungkinan terambilnya kelereng warna tertentu dari sebuah kantong.
2. Tingkat Proses Kognitif
Proses kognitif menggambarkan tingkat kedalaman berpikir yang dituntut dari siswa untuk menyelesaikan sebuah soal. Ada tiga tingkatan utama:
- Pemahaman (Knowing): Ini adalah level paling dasar. Pada level ini, siswa diharapkan dapat mengingat fakta, definisi, konsep, dan prosedur matematika dasar. Pertanyaan pada level ini biasanya bersifat langsung dan tidak memerlukan analisis mendalam. Contoh: "Berapakah hasil dari 25 x 4?" atau "Sebutkan nama bangun datar yang memiliki tiga sisi?".
- Penerapan (Applying): Level ini satu tingkat lebih tinggi. Siswa dituntut untuk mampu menerapkan konsep dan prosedur matematika yang telah mereka pahami untuk menyelesaikan masalah rutin yang disajikan dalam konteks tertentu. Masalahnya sudah jelas dan cara penyelesaiannya biasanya sudah sering dilatihkan. Contoh: "Ibu membeli 3 kg apel dengan harga Rp20.000 per kg. Berapa total uang yang harus dibayar Ibu?".
- Penalaran (Reasoning): Ini adalah level kognitif tertinggi dalam numerasi ANBK. Pada level ini, siswa dihadapkan pada masalah non-rutin yang kompleks. Mereka harus mampu menganalisis informasi, membuat koneksi antar konsep, merumuskan strategi penyelesaian sendiri, dan memberikan justifikasi atas jawaban mereka. Soal penalaran sering kali memiliki lebih dari satu langkah penyelesaian dan menuntut pemikiran kritis. Contoh: "Sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan keliling 30 meter. Jika panjang taman 3 meter lebih dari lebarnya, berapakah luas taman tersebut? Jelaskan langkah-langkahmu!".
3. Konteks
Konteks adalah "bungkus" atau latar cerita dari sebuah soal. Penggunaan konteks bertujuan agar matematika terasa lebih relevan dan dekat dengan kehidupan siswa. Konteks dalam soal numerasi ANBK SD dibagi menjadi tiga jenis:
- Personal: Konteks ini berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa, keluarga, dan teman-temannya. Contohnya meliputi kegiatan bermain, menabung, berbelanja, atau aktivitas di rumah.
- Sosial Budaya: Konteks ini mengangkat isu-isu yang ada di lingkungan masyarakat, komunitas, atau budaya lokal dan nasional. Contohnya bisa berupa kegiatan gotong royong, data kependudukan di sebuah desa, perayaan hari besar, atau masalah transportasi umum.
- Saintifik: Konteks ini berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan lingkungan. Soal dengan konteks ini bisa mengambil tema tentang cuaca, pertumbuhan tanaman, ekosistem, atau penggunaan gawai sederhana.
Bab 2: Format dan Tipe Soal Numerasi ANBK SD
Setelah memahami komponen dasarnya, penting untuk mengenali berbagai bentuk soal yang akan muncul dalam asesmen. ANBK menggunakan beragam format soal untuk mengukur kemampuan numerasi secara lebih komprehensif. Variasi ini menantang siswa untuk tidak hanya mengetahui jawaban, tetapi juga menunjukkan pemahaman mereka dengan cara yang berbeda-beda.
Bentuk-Bentuk Soal yang Umum Ditemui
1. Pilihan Ganda
Ini adalah bentuk soal yang paling umum, di mana siswa diminta untuk memilih satu jawaban yang paling benar dari beberapa pilihan yang tersedia (biasanya 4 pilihan untuk tingkat SD). Meskipun terlihat sederhana, soal pilihan ganda dalam ANBK sering kali dirancang dengan pilihan jawaban pengecoh yang kuat. Pengecoh ini biasanya berasal dari kesalahan konsep atau kesalahan hitung yang umum terjadi. Oleh karena itu, ketelitian menjadi kunci utama dalam menjawab soal tipe ini.
2. Pilihan Ganda Kompleks
Berbeda dari pilihan ganda biasa, pada tipe ini siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban yang benar dalam satu soal. Soal ini biasanya didahului dengan instruksi seperti "Pilihlah semua pernyataan yang benar" atau disajikan dalam bentuk tabel dengan kolom "Benar/Salah" atau "Ya/Tidak". Tipe soal ini secara efektif menguji kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu konsep, karena mereka harus mengevaluasi setiap pilihan secara individual dan tidak bisa hanya menebak satu jawaban.
3. Menjodohkan
Soal tipe menjodohkan menyajikan dua set informasi dalam dua kolom. Tugas siswa adalah menarik garis atau memasangkan item dari kolom pertama dengan item yang sesuai di kolom kedua. Soal ini efektif untuk menguji kemampuan menghubungkan konsep, misalnya memasangkan gambar bangun ruang dengan jaring-jaringnya, atau masalah cerita dengan operasi matematika yang tepat.
4. Isian Singkat
Pada tipe soal ini, siswa harus menuliskan jawaban singkat, biasanya berupa angka, kata, atau frasa pendek. Tidak ada pilihan jawaban yang diberikan, sehingga siswa harus benar-benar menghitung atau menentukan sendiri jawabannya. Soal ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan jawaban secara mandiri tanpa bantuan opsi.
5. Uraian (Esai)
Ini adalah bentuk soal yang paling menuntut kemampuan penalaran dan komunikasi. Siswa tidak hanya diminta untuk memberikan jawaban akhir, tetapi juga harus menjelaskan proses, langkah-langkah, atau alasan di balik jawaban tersebut. Penilaian pada soal uraian tidak hanya berfokus pada kebenaran jawaban akhir, tetapi juga pada logika berpikir, kejelasan penjelasan, dan ketepatan penggunaan konsep matematika. Soal ini memberikan gambaran paling jelas tentang sejauh mana siswa memahami suatu masalah secara mendalam.
Contoh Perbedaan Tipe Soal untuk Konsep yang Sama
Konsep: Penjumlahan berulang (dasar perkalian).
- Pilihan Ganda: Di sebuah peternakan ada 4 kandang ayam. Setiap kandang berisi 5 ekor ayam. Berapa jumlah semua ayam? (A) 9, (B) 15, (C) 20, (D) 25.
- Isian Singkat: Bentuk perkalian dari 5 + 5 + 5 + 5 adalah ...
- Uraian: Ani membeli 4 kantong permen. Setiap kantong berisi 5 permen. Jelaskan bagaimana kamu menemukan jumlah total permen yang dimiliki Ani!
Dengan mengenali berbagai tipe soal ini, siswa dan guru dapat mempersiapkan strategi yang lebih beragam. Latihan tidak hanya terfokus pada mencari jawaban, tetapi juga pada cara mengomunikasikan jawaban tersebut sesuai dengan format yang diminta.
Bab 3: Strategi Jitu Menghadapi Soal Numerasi ANBK
Kemampuan numerasi tidak dapat dibangun dalam semalam. Ini adalah hasil dari proses pembelajaran yang berkelanjutan dan pembiasaan berpikir logis. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh siswa, guru, dan orang tua untuk membangun dan memperkuat kemampuan numerasi dalam menghadapi ANBK SD.
Strategi untuk Siswa
1. Baca dan Pahami Soal Secara Menyeluruh (Literasi Dasar)
Akar dari banyak kesalahan dalam soal numerasi bukanlah pada perhitungan, melainkan pada pemahaman soal. Ajarkan siswa untuk menjadi pembaca yang aktif. Lakukan langkah-langkah berikut:
- Baca soal setidaknya dua kali. Pertama untuk mendapatkan gambaran umum, kedua untuk mengidentifikasi detail penting.
- Garis bawahi atau tandai kata kunci, angka, dan pertanyaan utama dalam soal. Apa yang diketahui? Apa yang ditanyakan?
- Ubahlah soal cerita menjadi kalimat yang lebih sederhana dengan bahasa sendiri. Ini membantu memastikan bahwa siswa benar-benar memahami maksud soal.
2. Visualisasikan Masalah
Masalah yang abstrak sering kali menjadi lebih mudah dipahami ketika divisualisasikan. Dorong siswa untuk:
- Menggambar sketsa atau diagram. Misalnya, menggambar potongan pizza untuk soal pecahan, atau membuat denah sederhana untuk soal jarak.
- Membuat tabel atau daftar. Ini sangat berguna untuk mengorganisir data atau melihat pola dalam soal aljabar.
- Menggunakan alat peraga sederhana (jika memungkinkan saat belajar), seperti balok, kelereng, atau lidi untuk merepresentasikan masalah.
3. Pecah Masalah Menjadi Bagian-Bagian Kecil
Soal-soal level penalaran sering kali tampak menakutkan karena kompleksitasnya. Ajarkan siswa untuk tidak panik dan memecah masalah besar tersebut menjadi serangkaian langkah atau pertanyaan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Selesaikan satu langkah pada satu waktu, dan ini akan membangun momentum menuju solusi akhir.
4. Perkirakan Jawabannya Terlebih Dahulu (Estimasi)
Sebelum melakukan perhitungan detail, ajak siswa untuk membuat perkiraan kasar. Misalnya, jika soalnya adalah 49 x 8, siswa bisa memperkirakan jawabannya sekitar 50 x 8 = 400. Keterampilan estimasi ini sangat berguna untuk:
- Mengecek kewajaran jawaban akhir. Jika hasil perhitungan detail sangat jauh dari estimasi (misalnya, 3920), kemungkinan besar ada kesalahan dalam perhitungan.
- Mengeliminasi pilihan jawaban yang tidak masuk akal pada soal pilihan ganda.
5. Tuliskan Langkah-Langkah Pengerjaan dengan Jelas
Membiasakan diri menuliskan langkah pengerjaan, bahkan pada kertas buram, sangatlah penting. Ini membantu siswa untuk melacak alur berpikir mereka dan memudahkan proses pengecekan kembali. Untuk soal uraian, ini adalah suatu keharusan.
6. Periksa Kembali Jawaban dan Prosesnya
Setelah menemukan jawaban, jangan terburu-buru beralih ke soal berikutnya. Alokasikan waktu untuk memeriksa kembali. Apakah perhitungannya sudah benar? Apakah jawabannya sudah sesuai dengan yang ditanyakan oleh soal? Apakah satuan yang digunakan sudah tepat?
Strategi untuk Guru dan Orang Tua
1. Hubungkan Matematika dengan Kehidupan Sehari-hari
Jadikan numerasi sebagai bagian dari percakapan sehari-hari. Libatkan anak dalam aktivitas yang membutuhkan nalar matematis:
- Saat berbelanja: Ajak anak membandingkan harga, menghitung total belanjaan, atau menghitung uang kembalian.
- Saat memasak: Libatkan anak dalam menakar bahan-bahan sesuai resep (konsep pengukuran dan perbandingan).
- Saat merencanakan perjalanan: Ajak anak membaca peta, memperkirakan waktu tempuh, atau menghitung jarak.
2. Fokus pada "Mengapa" dan "Bagaimana", Bukan Hanya "Apa" Jawabannya
Saat membahas soal, hindari hanya memberikan jawaban akhir. Gali lebih dalam dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang penalaran:
- "Mengapa kamu menggunakan cara itu?"
- "Adakah cara lain untuk menyelesaikan masalah ini?"
- "Bagaimana jika angkanya kita ubah menjadi lebih besar? Apakah caramu masih berhasil?"
- "Coba jelaskan langkah-langkahmu kepada Ayah/Ibu/temanmu."
3. Gunakan Beragam Sumber Belajar
Jangan hanya terpaku pada buku teks. Manfaatkan berbagai media untuk membuat pembelajaran numerasi menjadi lebih menarik. Gunakan permainan edukatif, aplikasi belajar, video pembelajaran, atau bahkan berita sederhana di koran yang memuat data dan grafik.
4. Latih Soal Berbasis Konteks Secara Rutin
Biasakan anak dengan soal-soal cerita yang beragam konteksnya (personal, sosial budaya, saintifik). Semakin sering mereka berlatih mengurai informasi dari sebuah narasi, semakin terampil mereka dalam mengidentifikasi inti masalah matematis di dalamnya.
5. Bangun Iklim yang Positif Terhadap Kesalahan
Kesalahan adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar. Ciptakan lingkungan di mana anak tidak takut untuk mencoba dan berbuat salah. Alih-alih menyalahkan, jadikan kesalahan sebagai titik awal untuk diskusi dan pemahaman yang lebih dalam. Pujilah usaha dan proses berpikirnya, bukan hanya jawaban yang benar.
Bab 4: Contoh Soal dan Pembahasan Mendalam
Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, berikut adalah beberapa contoh soal numerasi ANBK SD yang disertai dengan pembahasan mendalam. Perhatikan bagaimana setiap soal mengintegrasikan domain konten, proses kognitif, dan konteks.
Contoh Soal 1: Domain Bilangan (Pecahan) & Konteks Personal
Stimulus:
Rina, Budi, dan Candra adalah tiga sahabat yang sangat suka membaca. Mereka berencana membeli sebuah buku cerita seharga Rp60.000. Untuk membeli buku tersebut, mereka akan patungan. Rina setuju untuk membayar 1/2 bagian dari harga buku. Budi akan membayar 1/4 bagian dari harga buku. Sisanya akan dibayar oleh Candra.
Pertanyaan (Pilihan Ganda Kompleks):
Berdasarkan informasi di atas, berilah tanda centang (✓) pada setiap pernyataan yang benar!
| Pernyataan | Benar |
|---|---|
| Uang yang harus dibayar Rina adalah Rp30.000. | [ ] |
| Uang yang harus dibayar Budi lebih besar dari uang Rina. | [ ] |
| Bagian yang harus dibayar Candra adalah 1/4 dari harga buku. | [ ] |
| Jumlah uang yang dibayar Rina dan Candra adalah Rp45.000. | [ ] |
Langkah-langkah Pembahasan (Proses Penalaran):
Soal ini menuntut siswa untuk menerapkan konsep pecahan pada masalah keuangan sehari-hari. Ini masuk ke dalam tingkat kognitif Penerapan dan Penalaran karena siswa perlu mengevaluasi beberapa pernyataan.
-
Menganalisis Informasi:
- Harga buku total: Rp60.000
- Bagian Rina: 1/2
- Bagian Budi: 1/4
- Bagian Candra: Sisa dari total setelah dikurangi bagian Rina dan Budi.
-
Menghitung Uang Rina:
Bagian Rina adalah 1/2 dari Rp60.000.
Perhitungan: (1/2) x Rp60.000 = Rp30.000. -
Menghitung Uang Budi:
Bagian Budi adalah 1/4 dari Rp60.000.
Perhitungan: (1/4) x Rp60.000 = Rp15.000. -
Menghitung Bagian dan Uang Candra:
Total bagian Rina dan Budi = 1/2 + 1/4.
Samakan penyebutnya: 2/4 + 1/4 = 3/4.
Bagian Candra adalah sisa dari keseluruhan (1 atau 4/4).
Sisa bagian = 4/4 - 3/4 = 1/4.
Uang Candra = (1/4) x Rp60.000 = Rp15.000. -
Mengevaluasi Setiap Pernyataan:
- "Uang yang harus dibayar Rina adalah Rp30.000." → Hasil perhitungan kita menunjukkan Rp30.000. Pernyataan ini BENAR.
- "Uang yang harus dibayar Budi lebih besar dari uang Rina." → Uang Budi (Rp15.000) lebih kecil dari uang Rina (Rp30.000). Pernyataan ini SALAH.
- "Bagian yang harus dibayar Candra adalah 1/4 dari harga buku." → Hasil perhitungan kita menunjukkan bagian Candra adalah 1/4. Pernyataan ini BENAR.
- "Jumlah uang yang dibayar Rina dan Candra adalah Rp45.000." → Uang Rina (Rp30.000) + Uang Candra (Rp15.000) = Rp45.000. Pernyataan ini BENAR.
Jawaban Akhir: Pernyataan pertama, ketiga, dan keempat yang harus dicentang.
Contoh Soal 2: Domain Data & Konteks Sosial Budaya
Stimulus:
SD Tunas Harapan mengadakan survei tentang kegiatan ekstrakurikuler favorit siswanya. Hasil survei untuk 100 siswa kelas 5 disajikan dalam diagram batang berikut:
Pertanyaan (Uraian):
Jumlah siswa yang menyukai ekstrakurikuler Tari tidak ditampilkan pada diagram. Berapakah jumlah siswa yang menyukai Tari? Jelaskan cara kamu menemukan jawabannya!
Langkah-langkah Pembahasan (Proses Penalaran):
Soal ini berada pada level kognitif Penalaran. Siswa tidak hanya diminta membaca data yang ada, tetapi juga harus menggunakan informasi lain (total siswa) untuk menemukan data yang hilang dan menjelaskan prosesnya.
-
Mengidentifikasi Informasi Kunci:
- Total siswa yang disurvei: 100 orang.
- Data dari diagram batang:
- Sepak Bola: 35 siswa
- Melukis: 20 siswa
- Pramuka: 25 siswa
- Tari: Tidak diketahui (?)
- Yang ditanyakan: Jumlah siswa yang suka Tari dan cara menemukannya.
-
Merumuskan Strategi:
Untuk menemukan jumlah siswa yang suka Tari, kita harus mengurangi jumlah total siswa dengan jumlah semua siswa yang sudah diketahui kegemarannya.
-
Langkah 1: Menjumlahkan siswa yang datanya sudah ada.
Jumlah siswa (Sepak Bola + Melukis + Pramuka) = 35 + 20 + 25.
35 + 20 = 55.
55 + 25 = 80 siswa. -
Langkah 2: Menghitung sisa siswa.
Jumlah siswa yang suka Tari = Total Siswa - Jumlah siswa yang sudah diketahui.
Jumlah siswa yang suka Tari = 100 - 80.
Jumlah siswa yang suka Tari = 20 siswa. -
Menyusun Jawaban Uraian:
Jawaban yang baik akan mencakup semua langkah di atas dalam format kalimat yang jelas.
Contoh Jawaban Uraian yang Baik:
Jumlah siswa yang menyukai Tari adalah 20 siswa.
Cara menemukannya adalah sebagai berikut:
- Pertama, saya menjumlahkan semua siswa yang pilihan ekstrakurikulernya sudah terlihat pada diagram: 35 siswa (Sepak Bola) + 20 siswa (Melukis) + 25 siswa (Pramuka) = 80 siswa.
- Kedua, karena total siswa yang disurvei adalah 100 orang, maka sisa siswa yang belum terhitung adalah peminat ekstrakurikuler Tari.
- Jadi, saya mengurangi jumlah total siswa dengan jumlah siswa yang sudah dihitung: 100 siswa - 80 siswa = 20 siswa.
Kesimpulan: Numerasi sebagai Keterampilan Hidup
Pada akhirnya, numerasi ANBK SD bukanlah sekadar ujian yang harus dilewati. Ia adalah cerminan dari tujuan pendidikan yang lebih luhur: mempersiapkan generasi yang mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan tantangan dunia nyata. Kemampuan numerasi adalah salah satu keterampilan hidup (life skill) yang paling fundamental. Ia memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait keuangan pribadi, memahami informasi berbasis data di media, dan bernalar secara logis dalam berbagai situasi.
Bagi siswa, perjalanan menguasai numerasi adalah perjalanan mengasah logika. Bagi guru, ini adalah tantangan untuk merancang pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna. Dan bagi orang tua, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa matematika bukanlah monster yang menakutkan, melainkan alat yang berguna dan ada di mana-mana. Dengan sinergi dari ketiga pihak ini, tujuan untuk menciptakan generasi yang cakap secara numerasi dapat terwujud, membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan mereka dan bangsa.