Ontologi Ilmu Komunikasi: Memahami Hakikat Realitas Komunikasi

Visualisasi Konsep Dasar Komunikasi Diagram abstrak yang menunjukkan berbagai elemen interaksi dan makna. Sumber Penerima Umpan Balik

Dalam kajian ilmu sosial, filsafat, dan khususnya ilmu komunikasi, konsep ontologi ilmu komunikasi menjadi landasan fundamental. Ontologi, dalam terminologi filosofis, adalah studi tentang hakikat keberadaan (being) atau realitas. Ketika diterapkan pada komunikasi, ontologi bertujuan untuk menjawab pertanyaan mendasar: "Apa itu komunikasi?", "Apa saja entitas yang terlibat di dalamnya?", dan "Bagaimana realitas komunikasi itu terbentuk?".

Pentingnya Ontologi dalam Komunikasi

Memahami ontologi komunikasi sangat krusial karena ia menentukan bagaimana para peneliti memandang fenomena komunikasi. Perspektif ontologis ini akan membentuk asumsi dasar tentang sifat interaksi, peran pesan, dan bagaimana makna diciptakan dan dipahami oleh individu dalam konteks sosial tertentu. Tanpa fondasi ontologis yang jelas, setiap upaya analisis komunikasi akan menjadi dangkal dan kurang koheren.

Secara tradisional, perdebatan ontologis dalam ilmu komunikasi sering kali berpusat pada apakah komunikasi harus dipandang sebagai proses yang obyektif dan dapat diukur (realisme) atau sebagai konstruksi sosial yang subjektif dan dibentuk oleh interaksi (anti-realisme atau konstruktivisme). Perbedaan pandangan ini berdampak langsung pada metodologi penelitian yang digunakan, apakah peneliti cenderung mengadopsi pendekatan kuantitatif untuk mencari hukum universal atau kualitatif untuk menggali kedalaman pengalaman manusia.

Komponen Utama dalam Ontologi Komunikasi

Realitas komunikasi tidak tunggal; ia terdiri dari beberapa elemen yang keberadaannya didefinisikan oleh asumsi ontologis kita. Elemen-elemen ini mencakup:

Pergeseran Paradigma: Dari Linear ke Kompleks

Pada era awal studi komunikasi, ontologi sering kali mengadopsi pandangan linear (model Shannon dan Weaver), di mana komunikasi dilihat sebagai transfer informasi satu arah yang pasti. Dalam ontologi ini, realitas komunikasi itu mekanistik. Namun, seiring perkembangan teori, terutama dengan munculnya teori interaksionisme simbolik dan teori sistem, pandangan ontologis bergeser. Komunikasi mulai dipandang sebagai proses sirkular, transaksional, dan sangat kompleks.

Pergeseran ini membawa kita pada pemahaman bahwa komunikasi adalah proses pembentukan realitas. Komunikasi bukan sekadar alat untuk menggambarkan dunia yang sudah ada, melainkan cara kita secara aktif menciptakan pemahaman bersama tentang dunia tersebut. Misalnya, dalam studi komunikasi antarbudaya, ontologi menyoroti bagaimana asumsi dasar tentang realitas (misalnya, pandangan waktu atau hierarki) sangat berbeda dan membentuk alur interaksi antarbudaya. Jika dua pihak memiliki ontologi yang berbeda mengenai "kebenaran," maka komunikasi efektif akan terhambat.

Relevansi Kontemporer dan Digital

Di era digital saat ini, ontologi ilmu komunikasi menjadi semakin relevan dan rumit. Pertanyaan muncul mengenai eksistensi "komunikasi" dalam ruang virtual. Apakah interaksi melalui media sosial memiliki bobot ontologis yang sama dengan interaksi tatap muka? Bagaimana identitas (sebagai aktor komunikasi) direpresentasikan dan eksis dalam bentuk avatar atau teks anonim?

Ontologi membantu kita menganalisis medium itu sendiri. Medium bukan hanya saluran netral; medium memiliki sifat ontologis yang membentuk cara kita berpikir dan berinteraksi. Platform digital, dengan algoritma dan keterbatasannya, menciptakan realitas komunikatif baru yang menantang asumsi lama mengenai keberadaan pesan, waktu, dan interaksi sosial. Oleh karena itu, penelusuran ontologis memastikan bahwa ilmu komunikasi terus-menerus mengevaluasi ulang apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari: hakikat dari proses yang menghubungkan sesama manusia.

🏠 Homepage