Ilustrasi Konseptual Ontologi Manajemen Pendidikan Islam
Memahami Dasar Filosofis: Apa Itu Ontologi?
Ontologi, sebagai cabang filsafat metafisika, berupaya memahami hakikat keberadaan atau realitas. Dalam konteks manajemen pendidikan Islam, ontologi bukanlah sekadar pembahasan abstrak mengenai eksistensi, melainkan fondasi kuat yang menentukan bagaimana kita memandang, menafsirkan, dan pada akhirnya mengelola institusi pendidikan berdasarkan nilai-nilai Ilahiah. Pertanyaan ontologis mendasar dalam ranah ini adalah: "Apa hakikat dari pendidikan Islam itu sendiri?" dan "Apa realitas yang membentuk aktivitas manajemennya?"
Manajemen pendidikan Islam berdiri di atas asumsi bahwa realitas tertinggi adalah Tauhid—keesaan Allah SWT. Oleh karena itu, segala sesuatu yang ada, termasuk proses belajar mengajar, struktur organisasi, hingga tujuan akhir pendidikan, harus merefleksikan kebenaran tunggal tersebut. Ontologi ini membedakan manajemen pendidikan Islam dari manajemen sekuler, di mana asumsi dasarnya mungkin hanya berpusat pada efisiensi pragmatis atau pencapaian duniawi semata.
Komponen Inti dalam Ontologi Manajemen Pendidikan Islam
Ontologi manajemen pendidikan Islam dapat diuraikan melalui tiga komponen utama yang saling terkait erat, yang mencerminkan pandangan dunia (worldview) Islam:
- Hakikat Peserta Didik (Insan Kamil): Ontologi memandang peserta didik bukan sebagai objek kosong yang perlu diisi, melainkan sebagai khalifah fil-ardh (pemimpin di muka bumi) yang memiliki potensi fitrah (kesucian bawaan) dan tanggung jawab spiritual. Manajemen harus berlandaskan pada pengakuan akan dualitas eksistensi manusia: dimensi jasmani dan dimensi ruhani.
- Hakikat Ilmu Pengetahuan (Al-'Ilm): Ilmu pengetahuan dalam pandangan ontologis Islam terbagi dua: ilmu naqli (wahyu) dan ilmu aqli (rasio/pengalaman). Keduanya dianggap valid, namun ilmu naqli (terutama Al-Qur'an dan Sunnah) menempati posisi epistemologis tertinggi sebagai penentu arah. Manajemen yang baik harus memastikan integrasi holistik antara kedua jenis ilmu tersebut.
- Hakikat Tujuan (Tarbiyah Li Al-Ma'rifah Wa Al-Taqwa): Tujuan akhir dari pendidikan Islam bukanlah sekadar pencapaian gelar atau kesuksesan karier, melainkan pembentukan individu yang mencapai ridha Allah (taqwa) dan mampu memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat (maslahah). Tujuan ini membentuk kerangka kerja seluruh kebijakan manajerial.
Implikasi Ontologis Terhadap Praktik Manajemen
Pemahaman ontologis ini memiliki implikasi signifikan terhadap bagaimana manajemen pendidikan Islam diimplementasikan. Jika realitas tertinggi adalah Ilahiah, maka segala aspek manajemen—mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, hingga evaluasi—harus diselaraskan dengan prinsip-prinsip syariah dan etika Islam.
Dalam aspek perencanaan, misalnya, tujuan yang ditetapkan harus mencakup dimensi ukhrawi. Dalam pengorganisasian, struktur harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan spiritual, bukan hanya administrasi. Kepemimpinan harus bercermin pada kepemimpinan Rasulullah SAW (uswah hasanah), menekankan keadilan, musyawarah, dan pelayanan (khidmah).
Ontologi ini menuntut manajer pendidikan Islam untuk bersikap transenden sekaligus imanen. Transenden karena sumber nilai dan arah berasal dari wahyu, dan imanen karena implementasi harus kontekstual, efektif, dan mampu merespons tantangan zaman tanpa mengorbankan prinsip dasar. Kegagalan memahami ontologi ini seringkali menyebabkan institusi pendidikan Islam hanya menjadi salinan model manajemen Barat tanpa muatan spiritual yang membedakannya secara substansial.
Kesimpulan Filosofis
Ontologi manajemen pendidikan Islam berfungsi sebagai peta jalan filosofis. Ia menegaskan bahwa manajemen di lembaga pendidikan Islam adalah upaya terstruktur untuk mewujudkan potensi fitrah manusia menuju kesempurnaan Ilahi, dengan menggunakan wahyu sebagai kompas utama. Dengan membumikan ontologi ini, manajemen pendidikan Islam dapat memastikan bahwa setiap kebijakan dan tindakan yang diambil tidak hanya efisien secara operasional, tetapi juga bermakna secara spiritual dan memiliki keberkahan abadi. Ini adalah komitmen untuk memastikan bahwa pendidikan berfungsi sebagai jembatan menuju realitas tertinggi.