Ilustrasi Kebijaksanaan dalam Persahabatan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu kesayangan Rasulullah SAW, dikenal luas tidak hanya karena keberanian dan keilmuannya, tetapi juga karena kebijaksanaannya yang mendalam dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu tema yang sering ia singgung dan tekankan adalah pentingnya memilih teman atau sahabat. Bagi Sayyidina Ali, kualitas persahabatan adalah cerminan langsung dari kualitas diri seseorang.
Dalam pandangannya, teman bukanlah sekadar rekan seperjalanan duniawi, melainkan cermin yang memantulkan karakter kita, penolong di kala kita tersesat, dan pengingat akan kebenaran. Oleh karena itu, proses memilih sahabat harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan, layaknya memilih pondasi bagi sebuah bangunan megah. Jika pondasinya rapuh, maka bangunan itu pasti akan runtuh.
Sayyidina Ali seringkali memberikan peringatan keras mengenai jenis teman yang harus dijauhi. Teman yang buruk ibarat bara api; meskipun kita tidak menyentuhnya, asapnya tetap bisa membuat mata perih. Ia mengajarkan bahwa bahaya terbesar datang dari pengaruh negatif yang perlahan merasuk tanpa kita sadari.
Ini menyiratkan bahwa sahabat sejati tidak akan pernah mendorong kita melakukan perbuatan tercela yang pada akhirnya akan menimbulkan penyesalan dan rasa malu. Sebaliknya, teman yang buruk cenderung memicu atau membenarkan keburukan, yang pada akhirnya merusak reputasi dan kedudukan spiritual kita. Kriteria lain yang dihindari adalah teman yang mudah berjanji namun sulit menepati, atau teman yang hanya ada saat kita berada di puncak kejayaan namun menghilang saat kesulitan datang.
Sebaliknya, Sayyidina Ali sangat menghargai persahabatan yang didasari oleh ketaatan kepada Allah dan dorongan untuk berbuat baik. Sahabat seperti ini adalah anugerah terindah di dunia. Mereka adalah orang-orang yang akan mengingatkan kita ketika kita lalai, menahan kita ketika kita hendak terjerumus, dan bersukacita tulus atas keberhasilan kita.
Filosofi ini menekankan bahwa hubungan persahabatan ideal harus memiliki dimensi spiritual yang kuat. Tujuan utamanya bukan sekadar kesenangan sesaat, melainkan saling mendukung dalam mencapai keridhaan Tuhan. Sahabat yang jujur adalah mereka yang berani menegur dengan cara yang membangun, bukan menjatuhkan.
Dalam banyak riwayat, Sayyidina Ali juga menyoroti nilai kesetiaan. Persahabatan yang diuji oleh waktu dan cobaan adalah persahabatan yang patut dipertahankan. Beliau sendiri menunjukkan teladan luar biasa dalam kesetiaan, baik kepada Rasulullah SAW maupun kepada prinsip-prinsip kebenaran.
Memilih teman juga berarti menerima risiko untuk berkorban. Sayyidina Ali mengajarkan bahwa persahabatan yang tulus tidak menghitung untung rugi secara materi. Jika seorang teman membutuhkan bantuan dalam kesulitan, seorang sahabat sejati akan hadir tanpa pamrih. Kehadiran saat dibutuhkan—bukan hanya saat menyenangkan—itulah timbangan utama kualitas seorang kawan.
Intisari ajaran Sayyidina Ali tentang teman sangat jelas: pilihlah lingkungan yang meninggikan derajatmu, baik di mata manusia maupun di hadapan Allah. Jangan mudah terpikat oleh penampilan atau pujian manis semata, tetapi selidiki konsistensi antara kata-kata dan perbuatan mereka. Persahabatan adalah investasi jangka panjang yang dampaknya terasa hingga akhirat. Jika seseorang tidak bisa membantumu mendekat pada kebenaran, maka ia berpotensi besar menyeretmu menjauh darinya. Oleh karena itu, pertimbangkanlah setiap ikatan persahabatan dengan kearifan seorang pemimpin dan kebijaksanaan seorang sufi.
Bijaklah dalam memilih teman, sebab teman-temanmu adalah rombongan yang akan menemanimu menuju tujuan akhir hidup.