(Ilustrasi Jaringan dan Kebijaksanaan)
Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat terkemuka dan khalifah keempat, dikenal luas akan kebijaksanaannya yang mendalam. Warisan pemikirannya, terutama mengenai hubungan antarmanusia, masih sangat relevan hingga kini. Dalam konteks pertemanan, pandangannya sangat selektif namun berlandaskan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang tinggi.
Bagi Ali bin Abi Thalib, teman sejati bukanlah sekadar rekan dalam kesenangan atau orang yang selalu menyetujui pendapat kita. Pertemanan yang ia ajarkan adalah sebuah kontrak spiritual dan etika yang memerlukan pengujian waktu dan ujian hidup. Ia menekankan bahwa kualitas seorang teman jauh lebih penting daripada kuantitas.
Ali membagi dunia pergaulan menjadi beberapa lapisan. Teman yang baik adalah cerminan dari iman dan akhlak seseorang. Dalam banyak perkataannya, ia mengingatkan agar umat manusia berhati-hati dalam memilih lingkaran pergaulan karena ia sangat memengaruhi jalan hidup seseorang. Jika seseorang dikelilingi oleh orang-orang yang lalai, kemungkinan besar ia pun akan ikut terseret dalam kelalaian tersebut.
Kriteria ini menunjukkan bahwa pertemanan sejati harus didasarkan pada dua pilar utama: kesabaran (ketahanan moral dalam menghadapi kesulitan) dan akal (kebijaksanaan dan integritas intelektual). Teman yang tidak sabar cenderung akan meninggalkan Anda saat cobaan datang, sedangkan teman yang tidak berakal bisa menyesatkan Anda dengan nasihat yang dangkal atau buruk.
Ali bin Abi Thalib mengajarkan bahwa pertemanan sejati diuji oleh tiga hal utama: kesenangan (kemakmuran), kesulitan (kemiskinan atau musibah), dan perbedaan pendapat. Teman yang hanya muncul saat Anda berada di puncak kejayaan seringkali bukanlah teman sejati. Mereka adalah "teman nafsu" yang hanya mencari keuntungan sesaat.
Sebaliknya, teman sejati adalah mereka yang tetap teguh berada di sisi Anda ketika badai menghantam. Mereka adalah orang yang berani menegur Anda dengan kasih sayang ketika Anda berbuat salah, bukan sekadar menjilat untuk mendapatkan simpati. Ali menekankan pentingnya nasihat yang jujur, meskipun pahit, karena itu menunjukkan kepedulian yang tulus terhadap keselamatan Anda di dunia dan akhirat.
Dalam pandangan Ali, seorang teman adalah guru kedua setelah orang tua dan lingkungan spiritual. Memilih teman adalah bentuk investasi jangka panjang bagi jiwa. Jika Anda bergaul dengan orang yang rajin beribadah, Anda akan termotivasi untuk beribadah. Jika Anda bergaul dengan pemikir, wawasan Anda akan bertambah.
Sebaliknya, pertemanan yang buruk adalah penyakit yang merusak iman pelan-pelan. Ini adalah bahaya yang paling ditakuti oleh Ali. Ia pernah berkata bahwa menjauhi teman yang buruk jauh lebih mulia daripada berada dalam lingkungan yang penuh kemunafikan dan ketidakjujuran. Keharmonisan dalam pertemanan sejati seringkali terletak pada kesamaan tujuan utama: mencapai keridhaan Tuhan.
Secara keseluruhan, teman menurut Ali bin Abi Thalib adalah seseorang yang memiliki integritas moral, kesabaran, dan akal sehat, yang kehadirannya memotivasi Anda menuju kebaikan, dan yang kesetiaannya teruji di bawah tekanan kesulitan. Mereka adalah anugerah yang harus dijaga, dan sahabat yang buruk adalah bencana yang harus dihindari dengan segala cara demi keselamatan spiritual.