Kisah Nabi ke-24: Mukjizat dan Ajaran Nabi Isa AS
Dalam rentetan agung para utusan Allah, tersebutlah seorang nabi yang kisahnya terukir dengan tinta keajaiban. Ia adalah Nabi Isa Al-Masih, putra Maryam, nabi ke-24 yang diutus kepada Bani Israil. Kehidupannya, sejak awal hingga akhir, merupakan manifestasi kekuasaan Allah yang tiada tara, sebuah tanda bagi seluruh alam.
Kelahiran Penuh Keajaiban dari Rahim yang Suci
Kisah Nabi Isa tidak dapat dipisahkan dari ibundanya, Maryam, seorang wanita yang disucikan dan dipilih oleh Allah di atas seluruh wanita di masanya. Maryam adalah putri dari keluarga Imran, sebuah keluarga yang saleh dan terpandang. Sejak kecil, ia menyerahkan hidupnya untuk beribadah di Baitul Maqdis di bawah asuhan Nabi Zakariya. Kesucian dan ketakwaannya begitu luar biasa sehingga para malaikat datang membawakannya makanan langsung dari surga, sebuah karamah yang membuat Nabi Zakariya pun takjub.
Di tengah pengabdiannya yang total kepada Sang Pencipta, datanglah sebuah ujian sekaligus anugerah terbesar. Malaikat Jibril menampakkan diri di hadapannya dalam wujud seorang pria yang sempurna. Maryam, yang senantiasa menjaga kesuciannya, merasa takut dan berlindung kepada Allah. Namun, Jibril menenangkannya dan menyampaikan kabar gembira. "Sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci."
Maryam terkejut dan bingung. Bagaimana mungkin ia memiliki seorang anak, padahal tidak pernah seorang laki-laki pun menyentuhnya dan ia bukanlah seorang pezina? Pertanyaan itu adalah wujud fitrah kemanusiaannya, bukan penolakan atas takdir. Jibril menjawab dengan penegasan akan kuasa Allah, "Demikianlah. Tuhanmu berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku; dan agar Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.'" Melalui tiupan ruh dari Jibril, dengan izin Allah, Maryam pun mengandung.
Ini adalah permulaan dari cobaan yang berat. Mengandung tanpa seorang suami adalah aib besar dalam masyarakatnya. Untuk menghindari fitnah dan cemoohan, Maryam mengasingkan diri ke sebuah tempat yang jauh di sebelah timur. Ia menanggung beban kehamilannya seorang diri, dengan kesabaran dan tawakal yang luar biasa. Saat rasa sakit hendak melahirkan memaksanya bersandar di bawah sebatang pohon kurma yang kering, ia dilanda keputusasaan sejenak, berharap ia telah tiada sebelum semua ini terjadi.
Namun, pertolongan Allah datang di saat yang paling genting. Terdengarlah suara dari bawahnya, yang diyakini adalah bayinya yang baru lahir atau Malaikat Jibril, "Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu." Seketika, pohon kurma yang kering itu berbuah lebat, dan sebuah mata air memancar di dekat kakinya. Inilah mukjizat pertama yang menyertai kelahiran sang nabi, sebuah penegasan bahwa ia dan ibunya berada dalam lindungan Ilahi.
Setelah pulih, Maryam kembali kepada kaumnya sambil menggendong bayinya. Seperti yang telah ia duga, tuduhan keji langsung menghujaninya. Mereka menuduhnya telah melakukan perbuatan tercela yang menodai kehormatan keluarganya yang saleh. Sesuai perintah Allah, Maryam tidak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya menunjuk kepada bayi yang ada di dalam gendongannya. Kaumnya semakin mengejek, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam buaian?"
Di saat itulah, mukjizat agung kedua terjadi. Bayi mungil itu, Isa putra Maryam, membuka mulutnya dan berbicara dengan fasih, membersihkan nama ibunya dan mendeklarasikan misinya. "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." Seluruh kaumnya terdiam, takjub menyaksikan kekuasaan Allah yang nyata di hadapan mereka.
Masa Muda dan Persiapan Kenabian
Masa kecil dan remaja Nabi Isa dipenuhi dengan hikmah dan keberkahan. Sejak usia dini, ia telah menunjukkan kecerdasan spiritual yang melampaui usianya. Ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang saleh, rendah hati, dan memiliki pemahaman mendalam terhadap kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Ia tidak seperti anak-anak sebayanya yang larut dalam permainan; ia lebih banyak merenung dan berdialog tentang kebesaran Tuhan.
Kondisi masyarakat Bani Israil pada saat itu telah jauh menyimpang dari ajaran tauhid yang murni. Para pemuka agama mereka banyak yang terjebak dalam ritualisme kosong, memperdebatkan hal-hal sepele tentang hukum sementara melupakan esensi utama agama: keikhlasan, kasih sayang, dan keadilan. Materialisme dan kemunafikan merajalela. Mereka menghormati hukum Taurat secara lahiriah, tetapi jiwa dan semangatnya telah mereka tinggalkan. Dalam lingkungan seperti inilah Nabi Isa dipersiapkan untuk membawa pesan pembaruan.
Ia menyaksikan bagaimana kaumnya lebih mementingkan penampilan luar daripada kesucian hati. Ia melihat bagaimana orang-orang miskin dan tertindas diabaikan, sementara para elit agama dan penguasa hidup dalam kemewahan. Semua ini membentuk karakternya sebagai seorang calon rasul yang kelak akan menentang kemapanan yang zalim dan menyerukan kembali ke jalan Allah yang lurus, jalan yang mengutamakan spiritualitas dan empati sosial. Ia hidup sederhana, menjauhi kemewahan duniawi, dan lebih memilih bergaul dengan kaum papa dan orang-orang yang terpinggirkan.
Diutus Sebagai Rasul dan Mukjizat-Mukjizat Agung
Ketika usianya telah matang, Allah secara resmi mengangkatnya menjadi seorang Rasul. Ia diutus khusus kepada Bani Israil dengan membawa kitab suci Injil. Misinya jelas: mengajak mereka kembali menyembah Allah Yang Maha Esa, membenarkan ajaran Taurat yang masih murni, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang telah mereka lakukan, dan menghalalkan sebagian dari apa yang sebelumnya diharamkan bagi mereka sebagai rahmat dari Allah.
Untuk membuktikan kebenaran risalahnya, Allah membekali Nabi Isa dengan berbagai mukjizat yang luar biasa, yang tidak dapat ditandingi oleh sihir atau ilmu pengetahuan manusia mana pun. Mukjizat-mukjizat ini bukan sekadar pertunjukan kekuatan, melainkan tanda-tanda (ayat) yang jelas bagi orang-orang yang mau berpikir.
Salah satu mukjizatnya yang paling terkenal adalah kemampuannya menciptakan burung dari tanah liat. Dengan izin Allah, ia mengambil segumpal tanah, membentuknya seperti seekor burung, lalu meniupnya. Seketika, tanah liat itu berubah menjadi burung yang hidup dan terbang ke angkasa. Mukjizat ini secara simbolis menunjukkan bahwa seperti halnya ia bisa memberi kehidupan pada benda mati dengan izin Allah, ia juga datang untuk memberi kehidupan spiritual pada hati kaumnya yang telah mati.
Nabi Isa juga diberi kemampuan untuk menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang menderita penyakit kusta. Pada masa itu, penyakit-penyakit ini dianggap sebagai kutukan yang tidak dapat disembuhkan. Dengan usapan tangannya, atas izin Allah, mata yang buta dapat melihat kembali indahnya dunia, dan kulit yang rusak karena kusta menjadi mulus seperti sedia kala. Ini adalah pesan bahwa risalahnya membawa kesembuhan, baik bagi penyakit fisik maupun penyakit rohani yang menggerogoti masyarakat.
Mukjizatnya yang paling menggemparkan adalah menghidupkan orang yang telah mati. Kisah yang paling masyhur adalah ketika ia menghidupkan kembali sahabatnya yang bernama Azar (Lazarus) setelah beberapa hari dikuburkan. Ia berdiri di depan makamnya dan memanggil namanya dengan menyeru kekuasaan Allah. Atas izin-Nya, Azar pun bangkit dari kuburnya dalam keadaan hidup. Mukjizat ini adalah bukti paling puncak bahwa Allah Maha Kuasa atas kehidupan dan kematian, dan Nabi Isa adalah utusan-Nya yang benar. Ini juga menjadi pengingat akan adanya hari kebangkitan kelak.
Selain itu, ia juga memiliki kemampuan untuk mengetahui apa yang dimakan dan disimpan oleh orang-orang di rumah mereka tanpa melihatnya. Ini menunjukkan bahwa pengetahuannya berasal dari sumber Ilahi, dan tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. Kemampuan ini sering ia gunakan untuk mengingatkan kaumnya agar menjauhi kemunafikan, karena Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan di dalam hati dan rumah mereka.
Puncak dari mukjizat yang bersifat materi adalah peristiwa Al-Ma'idah (Hidangan dari Langit). Para pengikut setianya, yang dikenal sebagai Hawariyyun, meminta sebuah bukti nyata agar hati mereka semakin tenteram. Mereka berkata, "Wahai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Nabi Isa menasihati mereka untuk bertakwa, namun mereka tetap bersikeras, ingin memakannya, merasakan ketenangan, dan menjadi saksi kebenaran risalahnya. Maka, Nabi Isa pun berdoa kepada Allah. Allah berjanji akan menurunkannya, tetapi dengan sebuah peringatan keras: barangsiapa yang kafir setelah turunnya mukjizat tersebut, maka ia akan diazab dengan azab yang belum pernah ditimpakan kepada siapa pun. Lalu, turunlah sebuah hidangan dari langit, sebuah mukjizat yang semakin mengukuhkan iman orang-orang yang beriman dan menjadi hujjah atas orang-orang yang ingkar.
Ajaran dan Dakwah Nabi Isa AS
Inti dari seluruh ajaran Nabi Isa adalah Tauhid, yaitu pengesaan Allah. Ia tidak pernah sekali pun mengklaim dirinya sebagai tuhan atau anak tuhan. Sebaliknya, ia selalu menegaskan posisinya sebagai hamba dan utusan Allah. Seruannya konsisten: "Sesungguhnya Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." Ia mengajak manusia untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah, tanpa perantara dan tanpa menyekutukan-Nya dengan apa pun.
Selain tauhid, dakwah Nabi Isa sangat menekankan pada penyucian jiwa dan akhlak mulia. Ia mengajarkan cinta, kasih sayang, kerendahan hati, dan pengampunan. Ia mengecam keras kesombongan, kemunafikan, dan kecintaan berlebihan terhadap dunia. Ajarannya yang terkenal adalah, "Jika seseorang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu." Ini bukanlah ajakan untuk menjadi lemah, melainkan sebuah ajaran tingkat tinggi untuk membalas keburukan dengan kebaikan, memadamkan api kebencian dengan air kesabaran dan pengampunan.
Ia juga merupakan seorang yang sangat zuhud, yaitu tidak terikat pada kemewahan dunia. Ia tidak memiliki rumah tetap, tidur di mana saja malam menjelang, dan pakaiannya sangat sederhana. Hartanya adalah keyakinannya kepada Allah. Gaya hidupnya ini merupakan kritik tajam terhadap para pemuka agama dan kaum elit yang menumpuk harta dan melupakan kaum fakir miskin. Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta benda, melainkan pada kedekatan dengan Sang Pencipta.
Nabi Isa dikelilingi oleh para pengikut setia yang disebut Hawariyyun. Mereka adalah orang-orang yang tulus beriman kepadanya dan siap menjadi penolong-penolong agama Allah. Ketika Nabi Isa bertanya, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?", mereka dengan sigap menjawab, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri." Kesetiaan mereka menjadi pilar penting dalam penyebaran dakwah Nabi Isa di tengah-tengah penolakan dan permusuhan yang hebat.
Konspirasi dan Upaya Penyaliban
Dakwah Nabi Isa yang lurus dan tanpa kompromi menimbulkan kebencian di kalangan para pemuka agama Bani Israil. Mereka merasa terancam karena ajaran Nabi Isa membongkar kemunafikan dan kesesatan mereka. Ia mengkritik praktik mereka yang memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah dan mengubah hukum Taurat demi kepentingan pribadi. Popularitas Nabi Isa di kalangan rakyat jelata, terutama kaum miskin dan tertindas, semakin membuat mereka geram.
Mereka menuduhnya sebagai penyesat, pembohong, dan bahkan penyihir. Mereka mencoba menjebaknya dengan berbagai pertanyaan hukum yang rumit, namun selalu gagal karena hikmah dan jawaban cerdas yang diberikan Nabi Isa. Karena kehabisan cara, mereka pun merancang sebuah konspirasi jahat untuk membunuhnya. Mereka menghasut penguasa Romawi pada saat itu dengan tuduhan bahwa Nabi Isa ingin memberontak dan mendirikan kerajaannya sendiri, sebuah fitnah yang keji.
Rencana jahat itu melibatkan salah seorang dari pengikutnya yang berkhianat. Ia memberitahukan lokasi persembunyian Nabi Isa kepada para tentara dengan imbalan sejumlah uang. Ketika para tentara datang untuk menangkapnya, terjadilah sebuah peristiwa yang berada di luar jangkauan akal manusia biasa. Allah, dengan kekuasaan-Nya, tidak akan pernah membiarkan utusan-Nya yang mulia dihina dan dibunuh oleh tangan-tangan musuh-Nya.
Al-Qur'an dengan tegas meluruskan peristiwa ini. Allah berfirman, "...padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka." Dalam sekejap, Allah SWT mengangkat Nabi Isa ke langit, ke sisi-Nya. Sementara itu, orang yang berkhianat (atau salah seorang lain) diserupakan wajahnya oleh Allah hingga sangat mirip dengan Nabi Isa. Dialah yang akhirnya ditangkap dan disalib oleh para tentara, sementara mereka semua mengira telah berhasil membunuh Nabi Isa. Keyakinan mereka hanyalah sebatas dugaan, tanpa pengetahuan yang pasti. Inilah cara Allah menyelamatkan hamba dan rasul-Nya, sebuah makar balasan yang jauh lebih hebat dari tipu daya manusia.
Pengangkatan ke Langit dan Kembalinya di Akhir Zaman
Jadi, Nabi Isa tidak wafat di tiang salib. Ia diangkat oleh Allah dalam keadaan hidup, baik jasad maupun ruhnya, ke tempat yang mulia di sisi-Nya. Pengangkatannya ini adalah salah satu bentuk pemuliaan tertinggi dari Allah kepadanya. Ia kini berada di langit, menantikan waktu yang telah ditetapkan untuk kembali turun ke bumi.
Kembalinya Nabi Isa AS ke bumi adalah salah satu dari tanda-tanda besar menjelang datangnya hari kiamat. Turunnya beliau bukanlah sebagai nabi baru yang membawa syariat baru. Ia akan turun sebagai seorang hakim yang adil, yang akan mengikuti dan menerapkan syariat yang dibawa oleh nabi terakhir, Nabi Muhammad SAW. Kehadirannya akan meluruskan semua kesalahpahaman dan penyimpangan yang telah dilakukan oleh umat manusia terhadap ajarannya.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa ia akan turun di dekat menara putih di sebelah timur Damaskus. Tugas utamanya adalah membunuh Dajjal, sosok pemfitnah terbesar di akhir zaman yang akan mengaku sebagai tuhan dan menyebarkan kerusakan di muka bumi. Nabi Isa akan memimpin kaum muslimin untuk memerangi Dajjal dan para pengikutnya, dan dengan izin Allah, ia akan berhasil membunuhnya.
Setelah Dajjal berhasil dikalahkan, Nabi Isa akan menegakkan keadilan di seluruh dunia. Ia akan menghancurkan salib (sebagai simbol penyimpangan akidah yang menganggapnya sebagai tuhan), membunuh babi (untuk menunjukkan haramnya hewan tersebut dan membatalkan hukum yang memperbolehkannya), dan menghapuskan jizyah (pajak bagi non-muslim di bawah pemerintahan Islam), karena pada masa itu semua manusia akan memeluk Islam atau diperangi.
Di bawah kepemimpinannya, bumi akan dipenuhi dengan kedamaian, keadilan, dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Harta akan melimpah ruah hingga tidak ada lagi yang mau menerimanya. Segala bentuk permusuhan, kebencian, dan kedengkian akan sirna dari hati manusia. Bahkan, hewan-hewan buas pun akan hidup damai berdampingan. Ia akan hidup di bumi selama beberapa waktu, menikah, memiliki keturunan, lalu wafat sebagaimana manusia biasa dan akan dishalatkan oleh kaum muslimin.
Kisah hidup Nabi Isa AS adalah sebuah epik tentang keimanan, kesabaran, dan kekuasaan mutlak Allah SWT. Ia adalah Kalimatullah (Kalimat Allah) dan Ruhun minhu (Ruh dari-Nya), seorang nabi yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi, para rasul yang memiliki keteguhan hati luar biasa. Dari kelahirannya yang ajaib, mukjizatnya yang agung, ajarannya yang penuh kasih, hingga pengangkatannya ke langit dan rencana kembalinya di akhir zaman, setiap detail kisahnya adalah pelajaran berharga. Ia mengajarkan kita bahwa kebenaran akan selalu menang atas kebatilan, dan pertolongan Allah pasti akan datang kepada hamba-hamba-Nya yang tulus dan sabar.