Mengenal Para Penghuni Surga

Ilustrasi gerbang surga yang damai dan bercahaya

Sebuah perjalanan menuju pemahaman tentang kemuliaan abadi.

Surga, atau Jannah, adalah puncak dambaan setiap jiwa yang beriman. Ia bukan sekadar tempat, melainkan sebuah realitas kebahagiaan hakiki yang dijanjikan oleh Allah SWT sebagai balasan atas keimanan dan amal saleh. Di dalamnya, tidak ada lagi kesedihan, kelelahan, ketakutan, maupun penderitaan. Yang ada hanyalah kedamaian, kenikmatan, dan keridaan yang tiada berkesudahan. Memahami siapa dan bagaimana sifat para penghuni surga bukanlah sekadar angan-angan, melainkan sebuah peta jalan spiritual. Dengan mengenali ciri-ciri mereka, kita dapat bercermin, berintrospeksi, dan termotivasi untuk meneladani jejak langkah mereka, berharap dengan rahmat Allah, kita dapat berkumpul bersama mereka di keabadian.

Al-Qur'an dan hadis Rasulullah SAW memberikan gambaran yang sangat detail mengenai para calon penghuni surga ini. Mereka bukanlah manusia super tanpa cela, melainkan hamba-hamba Allah yang berjuang dengan segenap jiwa dan raga untuk menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya selama hidup di dunia. Perjuangan mereka di dunia yang fana menjadi bekal untuk meraih kenikmatan di negeri yang kekal. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang sifat-sifat mulia, amalan-amalan utama, serta gambaran kehidupan para penghuni surga, agar kita dapat merajut asa dan menyusun langkah untuk menjadi bagian dari mereka.

Sifat dan Akhlak Mulia Penghuni Surga

Kunci utama untuk meraih surga terletak pada kualitas hati dan akhlak. Sifat-sifat ini bukanlah sekadar hiasan, melainkan pondasi yang menopang seluruh bangunan amal seseorang. Berikut adalah beberapa sifat dan akhlak esensial yang melekat pada diri calon penghuni surga.

1. Iman dan Takwa yang Kokoh

Pondasi dari segalanya adalah iman (keyakinan) yang benar dan takwa (ketakwaan) yang mendalam. Iman bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan keyakinan yang meresap ke dalam hati, terucap oleh lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Ia adalah cahaya yang membedakan antara hak dan batil. Sementara itu, takwa adalah buah dari iman yang matang. Ia adalah kesadaran penuh akan pengawasan Allah di setiap saat, yang mendorong seseorang untuk melaksanakan segala perintah-Nya dengan penuh keikhlasan dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa takut akan azab-Nya. Penghuni surga adalah mereka yang menjadikan takwa sebagai pakaian sehari-hari, membentengi diri dari godaan syahwat dan bisikan setan. Allah berfirman bahwa surga itu disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa.

2. Ikhlas dalam Beramal

Setiap amal, sebesar apa pun, akan sia-sia jika tidak dilandasi dengan keikhlasan. Ikhlas berarti memurnikan niat, yaitu melakukan segala sesuatu semata-mata untuk mencari wajah dan keridaan Allah, bukan karena ingin dipuji manusia, mengharapkan imbalan duniawi, atau tujuan-tujuan lain. Calon penghuni surga memahami bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di dalam dada. Mereka beribadah di kala ramai maupun sepi dengan kualitas yang sama. Mereka bersedekah dengan tangan kanan tanpa diketahui tangan kirinya. Keikhlasan inilah yang menjadi ruh dari setiap amal, yang membuatnya bernilai dan berat di timbangan kebaikan kelak.

3. Sabar dalam Ketaatan dan Ujian

Kehidupan dunia adalah medan ujian, dan kesabaran adalah senjata utama seorang mukmin. Penghuni surga adalah orang-orang yang sabar dalam tiga dimensi utama. Pertama, sabar dalam menjalankan ketaatan, seperti sabar dalam menjaga salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, dan menuntut ilmu. Kedua, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, yaitu menahan diri dari segala hal yang diharamkan Allah meskipun hawa nafsu terus bergejolak. Ketiga, sabar dalam menghadapi takdir dan musibah yang menyakitkan, seperti kehilangan, sakit, atau kesulitan ekonomi, dengan tetap berprasangka baik kepada Allah dan tidak berkeluh kesah. Kesabaran mereka bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kekuatan iman dan kepasrahan total kepada Sang Pencipta.

4. Syukur atas Segala Nikmat

Mereka adalah hamba yang pandai bersyukur. Rasa syukur mereka tidak hanya terwujud saat menerima nikmat besar, tetapi juga atas hal-hal kecil yang seringkali luput dari perhatian: nikmat napas, kesehatan, makanan, dan keamanan. Syukur bagi mereka bukan sekadar ucapan "Alhamdulillah", melainkan keyakinan hati bahwa semua nikmat berasal dari Allah, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridai-Nya. Mata yang sehat digunakan untuk membaca Al-Qur'an, harta yang cukup digunakan untuk bersedekah, dan ilmu yang dimiliki digunakan untuk berdakwah. Dengan bersyukur, hati mereka menjadi lapang dan Allah pun menjanjikan tambahan nikmat bagi hamba-Nya yang bersyukur.

5. Tawakal Sepenuh Hati

Tawakal adalah menyandarkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha secara maksimal. Calon penghuni surga bukanlah orang yang pasif dan berpangku tangan. Mereka bekerja keras, berikhtiar sekuat tenaga, dan menggunakan segala sebab yang dihalalkan. Namun, setelah semua usaha dilakukan, mereka menyerahkan hasilnya dengan sepenuh hati kepada Allah. Hati mereka tenang, tidak diliputi kecemasan berlebihan terhadap masa depan atau penyesalan mendalam atas masa lalu. Mereka yakin bahwa apa pun ketetapan Allah adalah yang terbaik, karena Dia Maha Mengetahui sedangkan mereka tidak.

6. Kasih Sayang dan Kelembutan

Hati mereka dipenuhi dengan kasih sayang (rahmah) kepada sesama makhluk. Mereka adalah pribadi yang lemah lembut, mudah memaafkan, dan jauh dari sifat kasar serta pendendam. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal ini, di mana beliau dikenal sebagai pribadi yang paling penyayang. Sifat ini mereka wujudkan dalam interaksi sehari-hari: bertutur kata yang baik, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, berbuat baik kepada tetangga, dan bahkan menyayangi hewan. Mereka memahami bahwa rahmat Allah akan turun kepada mereka yang penyayang di muka bumi.

7. Jujur dan Amanah

Kejujuran (shidq) adalah mahkota akhlak mereka. Lisan mereka senantiasa berkata benar, meskipun itu pahit. Perbuatan mereka selaras dengan perkataan mereka. Mereka juga sangat menjaga amanah, yaitu setiap titipan dan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka. Baik itu amanah dalam bentuk harta, jabatan, rahasia, maupun tugas. Mereka sadar bahwa setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Sifat jujur dan amanah inilah yang membangun kepercayaan dan integritas diri, yang merupakan ciri khas orang beriman.

8. Pemaaf dan Lapang Dada

Menjadi seorang pemaaf adalah tingkatan akhlak yang tinggi. Calon penghuni surga adalah mereka yang mampu memaafkan kesalahan orang lain, bahkan sebelum orang tersebut meminta maaf. Mereka tidak membiarkan dendam dan kebencian mengotori hati mereka. Mereka sadar bahwa dengan memaafkan, mereka tidak hanya membebaskan orang lain, tetapi juga membebaskan diri mereka sendiri dari beban emosional yang berat. Sifat pemaaf ini membuat hati mereka lapang dan damai, mencerminkan keinginan mereka untuk juga dimaafkan oleh Allah Yang Maha Pemaaf.

9. Rendah Hati (Tawadhu)

Kesombongan adalah dosa pertama yang dilakukan Iblis dan menjadi penghalang terbesar menuju surga. Sebaliknya, kerendahan hati (tawadhu) adalah sifat yang sangat dicintai Allah. Penghuni surga adalah orang-orang yang tawadhu. Mereka tidak merasa lebih baik dari orang lain karena ilmu, harta, atau nasab. Mereka bersikap rendah hati di hadapan Allah dengan mengakui segala kelemahan dan di hadapan sesama manusia dengan tidak meremehkan siapa pun. Semakin bertambah ilmu dan amal mereka, semakin bertambah pula rasa rendah hati mereka.

10. Menjaga Lisan dan Pandangan

Mereka sangat berhati-hati dalam menggunakan dua "pintu" dosa: lisan dan pandangan. Mereka menjaga lisan mereka dari perkataan sia-sia, ghibah (menggunjing), fitnah, adu domba, dan dusta. Lisan mereka lebih sering digunakan untuk berzikir, membaca Al-Qur'an, menasihati dalam kebaikan, atau diam. Mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, baik pandangan kepada lawan jenis yang bukan mahram maupun kepada aurat orang lain. Mereka paham bahwa pandangan adalah panah beracun dari setan yang dapat merusak hati.

Amalan-Amalan Utama yang Mengantarkan ke Surga

Sifat mulia harus diwujudkan dalam bentuk amalan nyata. Ada banyak sekali amalan yang dapat mengantarkan seorang hamba ke surga, namun beberapa di antaranya memiliki keutamaan yang sangat besar dan sering ditekankan dalam nash-nash syar'i.

1. Menegakkan Salat Tepat Waktu

Salat adalah tiang agama dan amalan pertama yang akan dihisab pada hari kiamat. Ia adalah sarana komunikasi langsung seorang hamba dengan Rabb-nya. Calon penghuni surga tidak hanya sekadar melaksanakan salat, tetapi mereka menegakkannya (yuqimunash shalah), yang berarti melaksanakannya dengan sempurna, khusyuk, tepat pada waktunya, dan memenuhi rukun serta syaratnya. Bagi laki-laki, mereka berjuang untuk melaksanakannya secara berjamaah di masjid. Salat inilah yang menjadi benteng mereka dari perbuatan keji dan mungkar, serta sumber ketenangan jiwa.

2. Melaksanakan Puasa

Puasa, terutama puasa wajib di bulan Ramadan, adalah ibadah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Ia melatih kesabaran, pengendalian diri, dan empati terhadap kaum fakir miskin. Allah menjanjikan pahala puasa secara langsung, tanpa perantara. Bahkan, di surga kelak, ada sebuah pintu khusus yang bernama Ar-Rayyan, yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Ini menunjukkan betapa mulianya amalan ini di sisi Allah.

3. Menunaikan Zakat dan Gemar Bersedekah

Harta adalah amanah dari Allah, dan di dalamnya terdapat hak orang lain. Penghuni surga adalah mereka yang membersihkan harta mereka dengan menunaikan zakat, sebuah kewajiban yang menyucikan jiwa dan harta. Lebih dari itu, mereka juga sangat gemar bersedekah, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Mereka yakin bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, melainkan akan melipatgandakannya dan menjadi naungan bagi mereka di hari kiamat. Kedermawanan adalah cerminan dari rasa syukur dan kepedulian sosial mereka.

4. Menunaikan Ibadah Haji yang Mabrur

Bagi yang mampu secara fisik dan finansial, ibadah haji adalah puncak dari perjalanan spiritual. Sebuah haji yang mabrur—yang dilaksanakan dengan ikhlas, sesuai sunnah, dan dibiayai dari harta yang halal—tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga. Haji mabrur akan membersihkan dosa-dosa seseorang hingga ia kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan.

5. Membaca dan Mengamalkan Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah petunjuk hidup dan kalam Allah. Calon penghuni surga menjadikan Al-Qur'an sebagai sahabat karib mereka. Mereka tidak hanya membacanya dengan tartil, tetapi juga berusaha memahami maknanya (tadabbur) dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka meyakini bahwa Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya. Setiap huruf yang dibaca bernilai pahala, dan setiap ayat yang diamalkan akan mengangkat derajat mereka di surga.

6. Senantiasa Berzikir Mengingat Allah

Lisan mereka senantiasa basah karena berzikir kepada Allah. Zikir adalah ibadah yang ringan di lisan namun berat di timbangan. Mereka berzikir di setiap kesempatan: pagi dan petang, setelah salat, saat hendak tidur, saat berkendara, dan di berbagai aktivitas lainnya. Dengan berzikir, hati mereka menjadi tenang dan tentram. Kalimat-kalimat thayyibah seperti tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir adalah investasi abadi yang akan menjadi tanaman mereka di surga.

7. Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Keridaan Allah terletak pada keridaan orang tua, dan murka-Nya terletak pada murka mereka. Berbakti kepada orang tua (birrul walidain) adalah salah satu amalan yang paling dicintai Allah setelah tauhid dan salat. Calon penghuni surga adalah anak-anak yang berbakti. Mereka berkata-kata yang mulia, bersikap rendah hati, mendoakan keduanya, dan merawat mereka di usia senja. Mereka memahami bahwa pintu surga yang paling tengah ada pada pengabdian kepada orang tua.

8. Menyambung Tali Silaturahmi

Memutus tali silaturahmi adalah dosa besar yang diancam tidak akan masuk surga. Sebaliknya, menyambung tali silaturahmi—terutama dengan kerabat dekat—adalah amalan yang mendatangkan rahmat, melapangkan rezeki, dan memanjangkan umur (dalam keberkahan). Penghuni surga adalah mereka yang proaktif dalam menjaga hubungan baik dengan sanak saudara, mengunjungi yang jauh, membantu yang kesulitan, dan memaafkan jika ada perselisihan.

9. Berjihad di Jalan Allah

Jihad memiliki makna yang luas. Ia tidak hanya berarti perang fisik di medan pertempuran, tetapi juga mencakup segala bentuk perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah. Ini termasuk jihad melawan hawa nafsu (jihad an-nafs), jihad dengan harta, jihad dengan lisan melalui dakwah, dan jihad dengan ilmu. Mereka yang berjuang di jalan Allah dengan segenap kemampuan mereka dijanjikan kedudukan yang tinggi di surga.

10. Menuntut Ilmu Agama

Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan menuju Allah. Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu (agama), maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Calon penghuni surga adalah para pencari ilmu sejati. Mereka tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki. Mereka mendatangi majelis-majelis ilmu, membaca buku-buku para ulama, dan bertanya jika tidak tahu. Ilmu inilah yang menjadi dasar bagi iman dan amal mereka agar senantiasa lurus dan diterima.

11. Menyingkirkan Gangguan di Jalan

Iman memiliki banyak cabang, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Amalan yang terlihat sepele ini, seperti membuang duri, paku, atau batu dari jalanan, ternyata memiliki nilai yang sangat besar di sisi Allah. Ia adalah manifestasi dari keimanan dan rasa kepedulian terhadap keselamatan orang lain. Sebuah hadis menceritakan tentang seseorang yang diampuni dosanya dan dimasukkan ke surga hanya karena menyingkirkan sebatang dahan pohon yang mengganggu jalan kaum muslimin.

Gambaran Fisik dan Kehidupan Penghuni Surga

Al-Qur'an dan hadis memberikan deskripsi yang memukau tentang kenikmatan surga dan keadaan para penghuninya. Gambaran ini bukanlah untuk dikhayalkan secara berlebihan, melainkan untuk membangkitkan kerinduan dan semangat beramal. Kenikmatan surga adalah sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia.

"Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah: 17)

1. Penampilan Fisik yang Sempurna

Setiap penghuni surga akan diciptakan kembali dalam bentuk yang paling sempurna. Mereka semua akan berada dalam usia muda yang sama, sekitar 33 tahun, usia puncak kekuatan dan vitalitas. Wajah mereka bercahaya laksana bulan purnama, tanpa cela, keriput, atau kekurangan apa pun. Fisik mereka tinggi seperti Nabi Adam. Para pria tidak berjenggot dan matanya bercelak. Tidak ada proses penuaan, sakit, atau kematian. Mereka akan kekal dalam keadaan muda, sehat, dan rupawan selamanya.

2. Pakaian dan Perhiasan Mewah

Pakaian mereka terbuat dari sutra terbaik, baik yang tipis (sundus) maupun yang tebal (istabraq), dengan warna-warna yang menyejukkan pandangan, terutama warna hijau. Mereka dihiasi dengan perhiasan-perhiasan indah seperti gelang-gelang yang terbuat dari emas, perak, dan mutiara. Pakaian dan perhiasan ini tidak akan pernah usang atau kotor, senantiasa baru dan gemerlap.

3. Makanan dan Minuman yang Lezat

Di surga, segala jenis makanan dan minuman yang diinginkan akan tersedia. Terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasanya, sungai dari susu yang tidak berubah warnanya, sungai dari khamr (arak) yang lezat dan tidak memabukkan, serta sungai dari madu yang disaring. Buah-buahan tersedia melimpah, mudah dipetik, dan tidak pernah habis musimnya. Mereka juga akan dihidangkan daging burung pilihan. Wadah-wadah makan dan minum mereka terbuat dari emas dan perak. Setiap kali selesai makan atau minum, tidak akan ada sisa kotoran; semuanya keluar menjadi keringat yang beraroma misk (kasturi).

4. Tempat Tinggal yang Megah

Rumah-rumah para penghuni surga adalah istana-istana yang sangat megah, yang bangunannya terbuat dari batu bata emas dan perak, dengan perekat dari misk yang paling wangi. Di dalamnya terdapat taman-taman yang indah dengan sungai-sungai mengalir di bawahnya. Selain istana, ada pula kemah-kemah yang terbuat dari mutiara yang dilubangi, sangat luas dan indah. Semua ini dapat mereka lihat dan nikmati dari singgasana-singgasana mereka yang empuk.

5. Pelayan-Pelayan yang Menawan

Para penghuni surga akan dilayani oleh anak-anak muda (wildan mukhalladun) yang kekal dalam kemudaan mereka. Mereka digambarkan laksana mutiara yang bertaburan, sangat tampan dan sigap dalam melayani segala kebutuhan para penghuni surga. Kehadiran mereka menambah keindahan dan kesempurnaan pelayanan di surga.

6. Pasangan yang Suci

Bagi kaum pria, mereka akan mendapatkan pasangan bidadari-bidadari (Hur ‘in) yang sangat cantik, suci, bermata jeli, dan belum pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya. Mereka adalah pasangan yang setia dan sebaya. Bagi para wanita salehah di dunia, mereka akan menjadi ratu para bidadari, dengan kecantikan yang jauh melampaui bidadari surga, dan mereka akan dipersatukan kembali dengan suami-suami mereka yang saleh dalam keadaan yang jauh lebih sempurna.

7. Keadaan Jiwa yang Damai

Aspek terpenting dari kehidupan surga adalah kedamaian jiwa yang absolut. Di sana tidak ada lagi perasaan negatif seperti iri, dengki, benci, sedih, atau marah. Hati mereka telah disucikan sepenuhnya. Tidak ada perkataan yang sia-sia atau dusta, yang ada hanyalah ucapan salam kedamaian. Mereka tidak pernah merasa lelah atau bosan. Seluruh kehidupan di sana adalah kebahagiaan murni tanpa putus.

8. Kenikmatan Tertinggi: Melihat Wajah Allah

Di atas semua kenikmatan fisik dan materi yang telah disebutkan, ada satu kenikmatan yang menjadi puncak dari segala kenikmatan surga. Itulah kesempatan untuk memandang Wajah Allah SWT secara langsung. Ketika Allah menyingkap hijab-Nya, para penghuni surga akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa, yang membuat mereka melupakan semua nikmat surga lainnya. Inilah balasan terbaik bagi orang-orang yang berbuat baik (ihsan) selama di dunia.

Golongan Khusus yang Dijamin Masuk Surga

Meskipun pada dasarnya setiap mukmin yang meninggal dalam keadaan beriman berpeluang masuk surga, ada beberapa golongan manusia yang telah mendapatkan jaminan atau kabar gembira secara khusus melalui lisan Rasulullah SAW.

Tingkatan Surga dan Para Penghuninya

Surga bukanlah satu tingkatan saja, melainkan terdiri dari banyak tingkatan, yang jumlahnya disebut mencapai seratus derajat. Jarak antara satu derajat dengan derajat berikutnya adalah seperti jarak antara langit dan bumi. Tingkatan ini ditentukan oleh kadar iman dan amal saleh seseorang selama hidup di dunia. Semakin tinggi iman dan amalnya, semakin tinggi pula derajat yang akan ia tempati di surga. Allah berfirman:

"Dan bagi masing-masing mereka ada tingkatan-tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan..." (QS. Al-Ahqaf: 19)

Tingkatan surga yang tertinggi adalah Jannah Al-Firdaus Al-A'la. Inilah surga yang atapnya adalah 'Arsy (Singgasana) Allah Yang Maha Pengasih, dan darinyalah sungai-sungai surga memancar. Rasulullah SAW menganjurkan kita, "Apabila kalian meminta kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya Surga Firdaus." Di atas semua itu, terdapat kedudukan istimewa yang disebut Al-Wasilah, yaitu satu tempat tertinggi di surga yang hanya pantas untuk seorang hamba saja, dan Rasulullah SAW berharap beliaulah yang menempatinya. Perbedaan tingkatan ini menunjukkan keadilan Allah yang sempurna, di mana setiap orang akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perjuangannya.

Penutup: Meraih Ridha Ilahi

Mengenal para penghuni surga adalah sebuah undangan untuk merenung dan berbenah. Surga bukanlah hadiah gratis, melainkan sebuah anugerah agung yang harus diupayakan dengan kesungguhan iman, ketulusan amal, dan kesabaran dalam menghadapi ujian dunia. Sifat-sifat mulia seperti takwa, ikhlas, sabar, dan syukur adalah bekal utama. Amalan-amalan seperti salat, puasa, sedekah, dan bakti kepada orang tua adalah kendaraan yang akan mengantarkan kita menuju tujuan.

Gambaran kenikmatan surga yang tak terhingga seharusnya menjadi pelecut semangat kita untuk tidak pernah menyerah dalam berbuat kebaikan, dan untuk senantiasa menjauhi segala larangan-Nya. Perjalanan ini memang tidak mudah, penuh dengan lika-liku dan godaan. Namun, janji Allah adalah pasti, dan rahmat-Nya jauh lebih luas daripada murka-Nya. Marilah kita terus berusaha menapaki jejak para calon penghuni surga, memohon pertolongan dan taufik dari-Nya, seraya memanjatkan doa:

"Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu surga dan segala perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya. Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam Surga Firdaus-Mu yang paling tinggi bersama para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang saleh. Aamiin ya Rabbal 'alamin."

🏠 Homepage