Membedah Asesmen Nasional untuk Jenjang Sekolah Dasar
Pendidikan merupakan fondasi utama dalam membangun generasi masa depan bangsa yang unggul dan berdaya saing. Untuk memastikan kualitas pendidikan terus meningkat, diperlukan sebuah sistem evaluasi yang komprehensif dan akurat. Di sinilah peran Asesmen Nasional (AN) menjadi sangat krusial. Berbeda dengan model evaluasi sebelumnya, Asesmen Nasional dirancang bukan untuk mengukur capaian individu siswa, melainkan untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan secara keseluruhan, mulai dari tingkat satuan pendidikan, daerah, hingga nasional.
Bagi jenjang Sekolah Dasar (SD), Asesmen Nasional Berbasis Komputer atau yang lebih dikenal dengan ANBK SD menjadi sebuah instrumen penting. Tujuannya adalah memberikan umpan balik yang konstruktif bagi sekolah, dinas pendidikan, dan pemerintah untuk merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran. Asesmen ini tidak lagi berfokus pada penguasaan materi pelajaran semata, tetapi lebih menekankan pada pengembangan kompetensi esensial dan karakter yang dibutuhkan siswa untuk menghadapi tantangan zaman. Artikel ini akan mengupas secara tuntas dan mendalam setiap aspek dari ANBK SD, mulai dari komponen utamanya, tujuan, hingga strategi persiapan yang dapat dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
Poin Kunci: Asesmen Nasional adalah alat pemetaan mutu pendidikan, bukan ujian kelulusan individu siswa. Hasilnya digunakan untuk refleksi dan perbaikan proses belajar-mengajar di satuan pendidikan.
Tiga Instrumen Utama dalam Asesmen Nasional
Asesmen Nasional tidak berdiri sebagai satu ujian tunggal. Ia merupakan sebuah kesatuan dari tiga instrumen yang saling melengkapi untuk memberikan gambaran yang holistik mengenai kualitas pendidikan. Ketiga instrumen tersebut adalah:
- Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Mengukur kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua siswa, yaitu literasi membaca dan numerasi.
- Survei Karakter: Mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
- Survei Lingkungan Belajar: Mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di satuan pendidikan dari perspektif siswa, guru, dan kepala sekolah.
Ketiga instrumen ini bekerja secara sinergis. AKM memberikan potret kemampuan kognitif dasar, Survei Karakter melihat dari sisi afektif dan sosial-emosional, sementara Survei Lingkungan Belajar mengevaluasi ekosistem tempat proses pembelajaran itu berlangsung. Mari kita bedah satu per satu secara lebih rinci.
Bagian I: Memahami Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
AKM adalah jantung dari Asesmen Nasional yang mengukur hasil belajar kognitif siswa. Fokusnya bukan pada semua mata pelajaran, melainkan pada dua kompetensi yang paling fundamental: literasi membaca dan numerasi. Kompetensi ini dianggap sebagai prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar sepanjang hayat dan berkontribusi secara produktif di masyarakat.
1. Literasi Membaca: Lebih dari Sekadar Membaca
Literasi membaca dalam konteks AKM bukanlah sekadar kemampuan membaca teks secara harfiah. Ini adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia, serta untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.
A. Jenis Teks yang Digunakan
Dalam AKM Literasi, siswa akan dihadapkan pada dua jenis teks utama:
- Teks Informasi: Teks yang bertujuan untuk memberikan fakta, data, dan informasi untuk pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan. Contohnya meliputi artikel ilmiah populer, berita, teks prosedur, pengumuman, dan infografis. Teks ini menguji kemampuan siswa dalam menyerap dan mengolah informasi faktual.
- Teks Fiksi (Sastra): Teks yang bertujuan untuk memberikan pengalaman estetis, hiburan, dan perenungan bagi pembaca melalui cerita. Contohnya meliputi cerita pendek, puisi, dongeng, dan novel anak. Teks ini menguji kemampuan siswa dalam memahami alur, karakter, latar, dan pesan moral yang tersirat.
Dengan ragam teks ini, siswa didorong untuk menjadi pembaca yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan berbagai format bacaan yang akan mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
B. Level Kognitif yang Diukur
AKM Literasi mengukur kemampuan berpikir siswa dalam tiga level kognitif yang berjenjang:
- Menemukan Informasi (Locating Information): Ini adalah level paling dasar. Siswa diharapkan mampu menemukan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan informasi eksplisit (tersurat) dalam teks. Kemampuan ini mencakup mencari informasi spesifik, seperti nama tokoh, waktu kejadian, atau definisi sebuah istilah yang tertulis jelas di dalam bacaan.
- Menginterpretasi dan Mengintegrasikan (Interpreting and Integrating): Level ini menuntut kemampuan yang lebih tinggi. Siswa harus mampu memahami informasi tersirat, membuat inferensi atau kesimpulan sederhana, menghubungkan berbagai bagian informasi dalam satu teks, atau bahkan membandingkan informasi dari beberapa teks yang berbeda. Misalnya, menyimpulkan sifat seorang tokoh berdasarkan tindakannya atau menjelaskan hubungan sebab-akibat yang tidak dinyatakan secara langsung.
- Mengevaluasi dan Merefleksi (Evaluating and Reflecting): Ini adalah level kognitif tertinggi. Siswa ditantang untuk menilai kredibilitas, kesesuaian, atau kualitas sebuah teks. Mereka juga diminta untuk merefleksikan isi teks dengan pengalaman atau pengetahuan pribadi mereka. Contohnya, memberikan penilaian terhadap argumen penulis, mengidentifikasi bias dalam sebuah berita, atau mengaitkan pesan moral dalam cerita dengan kehidupan nyata.
2. Numerasi: Aplikasi Matematika dalam Kehidupan Nyata
Sama seperti literasi, numerasi dalam AKM bukan hanya tentang kemampuan berhitung atau menghafal rumus matematika. Numerasi adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dalam berbagai jenis konteks yang relevan bagi individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
A. Konten atau Domain Matematika
Konten numerasi pada AKM SD dikelompokkan ke dalam empat domain utama:
- Bilangan: Meliputi pemahaman tentang representasi bilangan (cacah, pecahan, desimal), sifat urutan, dan operasi hitung dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian). Konteksnya bisa berupa transaksi jual beli, menghitung jumlah benda, atau membagi kue.
- Pengukuran dan Geometri: Meliputi pemahaman tentang besaran-besaran seperti panjang, berat, waktu, volume, serta pemahaman tentang bangun datar dan bangun ruang. Contoh soalnya bisa berupa menghitung luas kebun, menentukan waktu tempuh, atau mengenali pola pada sebuah ubin.
- Data dan Ketidakpastian: Meliputi kemampuan membaca, menganalisis, dan menginterpretasikan data yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang, atau piktogram. Aspek ketidakpastian memperkenalkan konsep dasar peluang dalam konteks yang sederhana.
- Aljabar: Pada tingkat SD, domain aljabar diperkenalkan secara sederhana melalui pengenalan pola bilangan, persamaan sederhana, dan hubungan antar kuantitas yang berubah.
B. Level Kognitif yang Diukur
Proses kognitif dalam numerasi juga dibagi menjadi tiga level:
- Pemahaman (Knowing): Siswa mampu mengenali, mengidentifikasi, dan mengingat konsep-konsep dasar matematika. Ini termasuk mengetahui fakta, terminologi, dan prosedur rutin. Contohnya, mengetahui bahwa satu jam sama dengan 60 menit atau dapat melakukan operasi perkalian dasar.
- Penerapan (Applying): Siswa mampu menerapkan konsep dan prosedur matematika untuk menyelesaikan masalah rutin yang konteksnya sudah jelas. Ini melibatkan pemilihan strategi yang tepat untuk situasi yang familiar. Contohnya, menghitung total belanjaan atau menghitung keliling pagar rumah.
- Penalaran (Reasoning): Level tertinggi ini menuntut siswa untuk bernalar secara matematis. Mereka harus mampu menganalisis masalah yang kompleks atau non-rutin, membuat generalisasi, mengevaluasi solusi, dan memberikan justifikasi atas jawaban mereka. Contohnya, menganalisis data penjualan untuk menentukan produk mana yang paling laku atau merancang denah ruangan dengan ukuran tertentu.
AKM, baik literasi maupun numerasi, dirancang untuk menjadi 'computer adaptive testing' (CAT). Artinya, tingkat kesulitan soal yang diberikan kepada siswa akan menyesuaikan dengan kemampuannya. Jika siswa menjawab benar, soal berikutnya akan lebih sulit. Sebaliknya, jika menjawab salah, soal berikutnya akan lebih mudah. Ini membuat pengukuran menjadi lebih presisi.
Bagian II: Mengupas Tuntas Survei Karakter
Jika AKM mengukur sisi kognitif, Survei Karakter dirancang untuk memotret hasil belajar sosio-emosional siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi karakter bangsa. Survei ini tidak mengukur benar atau salah, melainkan melihat kecenderungan sikap dan kebiasaan siswa dalam berbagai situasi.
Landasan Utama: Profil Pelajar Pancasila
Survei Karakter dibangun berdasarkan enam dimensi utama dari Profil Pelajar Pancasila. Ini adalah rumusan karakter dan kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh setiap pelajar Indonesia. Keenam dimensi ini adalah:
1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
Dimensi ini adalah fondasi spiritual dan moral. Ini bukan hanya tentang ritual keagamaan, tetapi juga manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari. Elemen-elemen kuncinya meliputi:
- Akhlak Beragama: Memahami ajaran pokok agama/kepercayaannya dan menerapkannya dalam perilaku.
- Akhlak Pribadi: Menunjukkan integritas, seperti jujur, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab.
- Akhlak kepada Manusia: Menghormati orang lain, berempati, dan tidak melakukan perundungan.
- Akhlak kepada Alam: Menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kelestarian alam.
- Akhlak Bernegara: Memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Dalam survei, pertanyaan akan dirancang untuk melihat bagaimana siswa bersikap dalam situasi yang menguji nilai-nilai ini, misalnya apa yang akan mereka lakukan jika menemukan dompet yang terjatuh atau melihat teman yang sedang diejek.
2. Berkebinekaan Global
Di tengah era globalisasi, kemampuan untuk hidup berdampingan dengan damai dalam keberagaman menjadi sangat penting. Dimensi ini menekankan pada:
- Mengenal dan Menghargai Budaya: Memiliki rasa ingin tahu dan terbuka terhadap budaya lain, serta menghargai perbedaan tanpa prasangka.
- Kemampuan Komunikasi Interkultural: Mampu berinteraksi secara efektif dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
- Refleksi dan Tanggung Jawab terhadap Pengalaman Kebinekaan: Mampu merefleksikan pengalaman berinteraksi dengan perbedaan dan mengambil pelajaran darinya.
Pertanyaan dalam survei mungkin akan menyajikan skenario tentang interaksi dengan teman yang berbeda suku, agama, atau kebiasaan, lalu menanyakan sikap atau respons yang akan diambil siswa.
3. Bergotong Royong
Gotong royong adalah salah satu nilai luhur bangsa Indonesia. Dimensi ini mencakup kemampuan untuk bekerja sama secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Elemennya adalah:
- Kolaborasi: Kemampuan bekerja sama dalam kelompok, berbagi peran, dan menyelaraskan tindakan dengan orang lain.
- Kepedulian: Memiliki empati dan kepekaan terhadap kondisi orang lain dan lingkungan sekitar.
- Berbagi: Rela untuk memberi dan membantu sesama yang membutuhkan tanpa pamrih.
Siswa mungkin akan dihadapkan pada situasi seperti kerja kelompok, kegiatan kebersihan sekolah, atau penggalangan dana, untuk melihat kecenderungan mereka dalam berpartisipasi dan berkontribusi.
4. Mandiri
Kemandirian adalah kunci untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Siswa yang mandiri memiliki kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapinya serta mampu meregulasi dirinya sendiri. Ini mencakup:
- Kesadaran Diri: Mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
- Regulasi Diri: Mampu menetapkan tujuan, merencanakan strategi, dan mengelola emosi untuk mencapai tujuan tersebut.
- Percaya Diri dan Tangguh: Memiliki keyakinan pada kemampuan diri dan tidak mudah menyerah saat menghadapi kesulitan.
Pertanyaan bisa berupa skenario tentang bagaimana siswa menghadapi tugas yang sulit, mengatur waktu antara belajar dan bermain, atau merespons kegagalan.
5. Bernalar Kritis
Kemampuan bernalar kritis sangat vital di era banjir informasi. Siswa perlu dibekali kemampuan untuk memproses informasi secara objektif, menganalisis, mengevaluasi, dan akhirnya mengambil keputusan yang tepat. Elemennya meliputi:
- Memperoleh dan Memproses Informasi: Mampu mengajukan pertanyaan yang relevan, mengidentifikasi gagasan utama, dan mengklarifikasi informasi.
- Menganalisis dan Mengevaluasi Penalaran: Mampu mengidentifikasi argumen, mencari bukti pendukung, dan mengenali kesalahan logika.
- Merefleksi Pemikiran: Mampu merenungkan proses berpikirnya sendiri untuk perbaikan di masa depan.
Dalam survei, siswa mungkin diberi sebuah informasi sederhana (misalnya, sebuah iklan produk) dan ditanyai tentang kebenaran klaim atau tujuan dari informasi tersebut.
6. Kreatif
Kreativitas bukan hanya soal seni. Ini adalah kemampuan untuk menghasilkan gagasan atau karya yang orisinal, bermakna, dan berdampak. Dimensi ini mencakup:
- Menghasilkan Gagasan yang Orisinal: Mampu memunculkan ide-ide baru yang berbeda dari yang sudah ada.
- Menghasilkan Karya dan Tindakan yang Orisinal: Mampu mewujudkan gagasan menjadi karya atau aksi nyata.
- Keluwesan Berpikir: Mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi alternatif.
Pertanyaan survei dapat berupa situasi pemecahan masalah yang terbuka, di mana siswa diminta memberikan beberapa alternatif solusi yang mungkin untuk suatu persoalan.
Bagian III: Peran Penting Survei Lingkungan Belajar
Sebuah pohon akan tumbuh subur di tanah yang gembur dengan iklim yang mendukung. Begitu pula dengan siswa, mereka akan berkembang optimal di lingkungan belajar yang kondusif. Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar) bertujuan untuk memotret "kesehatan" ekosistem sekolah tersebut.
Siapa Saja yang Terlibat?
Berbeda dengan AKM dan Survei Karakter yang hanya diikuti oleh siswa, Sulingjar melibatkan tiga pihak penting di sekolah:
- Siswa: Memberikan perspektif tentang pengalaman belajar mereka sehari-hari, termasuk interaksi dengan guru, keamanan di sekolah, dan fasilitas pendukung.
- Guru: Memberikan pandangan tentang praktik pengajaran, iklim kerja, dukungan dari kepala sekolah, dan pengembangan profesional.
- Kepala Sekolah: Memberikan informasi mengenai kebijakan sekolah, kepemimpinan, manajemen sumber daya, dan iklim sekolah secara keseluruhan.
Apa Saja yang Diukur?
Sulingjar mengukur sembilan aspek utama yang memengaruhi kualitas pembelajaran:
- Kualitas pembelajaran di kelas.
- Praktik perbaikan pembelajaran oleh guru.
- Kepemimpinan instruksional dari kepala sekolah.
- Iklim keamanan di sekolah (misalnya, bebas dari perundungan).
- Iklim kebinekaan di sekolah (misalnya, sikap inklusif dan toleran).
- Dukungan atas kesetaraan gender.
- Iklim inklusivitas (misalnya, perlakuan terhadap siswa berkebutuhan khusus).
- Dukungan orang tua dan komite sekolah.
- Latar belakang sosial-ekonomi siswa.
Hasil dari Sulingjar memberikan data yang sangat berharga bagi sekolah untuk melakukan refleksi diri. Misalnya, jika data menunjukkan bahwa iklim keamanan rendah karena banyak siswa merasa tidak aman, maka sekolah dapat memprioritaskan program anti-perundungan. Jika data menunjukkan guru kurang mendapatkan dukungan pengembangan profesional, maka kepala sekolah dan dinas pendidikan dapat merancang pelatihan yang relevan.
Penting Dipahami: Hasil ANBK tidak akan dipublikasikan sebagai peringkat antar sekolah. Data ini bersifat rahasia dan hanya digunakan oleh sekolah dan pemerintah sebagai dasar untuk perencanaan program peningkatan mutu pendidikan. Tidak ada konsekuensi negatif bagi siswa, guru, atau sekolah berdasarkan hasil Asesmen Nasional.
Bagian IV: Aspek Teknis Pelaksanaan ANBK SD
Pelaksanaan ANBK SD memerlukan persiapan teknis yang matang. Memahami mekanisme ini penting bagi sekolah agar dapat mempersiapkan diri dengan baik.
Pemilihan Peserta (Sistem Sampling)
Salah satu perbedaan mendasar ANBK dengan ujian sebelumnya adalah sistem pesertanya. ANBK tidak diikuti oleh seluruh siswa di tingkat akhir, melainkan menggunakan sistem sampling acak (random sampling). Untuk jenjang SD, peserta dipilih secara acak oleh sistem dari siswa kelas 5.
Mengapa menggunakan sampling? Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang representatif mengenai mutu sekolah tanpa harus membebani seluruh siswa. Karena fokusnya adalah evaluasi sistem, data dari sampel yang representatif sudah cukup untuk memberikan informasi yang valid. Jumlah maksimal peserta dari setiap sekolah dasar adalah 30 siswa utama dan 5 siswa cadangan.
Moda Pelaksanaan
ANBK dapat dilaksanakan dalam dua moda, disesuaikan dengan kesiapan infrastruktur masing-masing sekolah:
- Moda Online Penuh: Sekolah harus menyediakan komputer yang terhubung dengan jaringan internet yang stabil selama asesmen berlangsung. Semua data langsung dikirim ke server pusat. Moda ini memerlukan koneksi internet yang andal.
- Moda Semi-Online: Sekolah perlu menyiapkan server lokal (komputer proktor). Soal akan diunduh ke server lokal terlebih dahulu. Siswa mengerjakan asesmen di komputer klien yang terhubung ke server lokal tersebut, tidak memerlukan koneksi internet langsung per klien. Setelah selesai, proktor akan mengunggah hasilnya ke server pusat. Moda ini menjadi solusi bagi sekolah dengan koneksi internet yang kurang stabil.
Sekolah dapat memilih moda yang paling sesuai dengan kondisinya, atau menumpang di sekolah lain yang fasilitasnya lebih memadai jika diperlukan.
Bagian V: Peran Bersama dalam Menyukseskan Tujuan Asesmen Nasional
Keberhasilan tujuan Asesmen Nasional bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan upaya kolaboratif dari siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua. Sikap dan persiapan yang tepat akan memastikan hasil ANBK dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perbaikan.
Peran Guru dan Kepala Sekolah
- Menggeser Paradigma Pengajaran: Guru perlu beralih dari pengajaran yang berorientasi pada hafalan materi (teaching to the test) ke pengajaran yang berfokus pada pengembangan kompetensi berpikir tingkat tinggi (HOTS), literasi, dan numerasi lintas mata pelajaran.
- Menciptakan Pembelajaran yang Aktif dan Kontekstual: Gunakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk bernalar kritis, berkolaborasi, dan menyelesaikan masalah yang relevan dengan kehidupan nyata.
- Menganalisis Rapor Pendidikan: Kepala sekolah dan guru harus menggunakan hasil ANBK sebelumnya, yang tersaji dalam platform Rapor Pendidikan, sebagai cermin untuk mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu diperbaiki di sekolah.
- Membangun Lingkungan Belajar yang Positif: Secara proaktif menciptakan iklim sekolah yang aman, inklusif, dan menghargai kebinekaan, sesuai dengan nilai-nilai yang diukur dalam Survei Karakter dan Sulingjar.
Peran Orang Tua
- Memahami Tujuan ANBK: Orang tua perlu memahami bahwa ANBK bukanlah tes yang menentukan nasib akademik anak. Hindari memberikan tekanan berlebihan pada anak untuk mendapatkan skor tinggi. Sebaliknya, dukung anak untuk mengikuti prosesnya dengan tenang dan jujur.
- Membangun Kebiasaan Literasi di Rumah: Ciptakan lingkungan yang kaya akan bacaan. Ajak anak membaca buku bersama, diskusikan isi bacaan, dan hubungkan dengan pengalaman sehari-hari.
- Mengajak Anak Berpikir Numerasi: Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang mengandung unsur matematika, seperti berbelanja, memasak, atau merencanakan perjalanan. Ini membantu anak melihat relevansi matematika.
- Menjadi Teladan Karakter: Nilai-nilai dalam Profil Pelajar Pancasila akan lebih mudah diserap anak jika mereka melihatnya dipraktikkan secara konsisten oleh orang tua di rumah.
Persiapan untuk Siswa
Karena ANBK berbasis kompetensi, tidak ada "kisi-kisi" materi yang perlu dihafal. Persiapan terbaik bagi siswa adalah melalui proses pembelajaran yang berkualitas setiap hari. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:
- Berlatih Membaca Ragam Teks: Jangan hanya membaca buku pelajaran. Bacalah juga cerita, berita anak, komik, atau artikel pengetahuan dari internet (dengan pendampingan).
- Berlatih Mengerjakan Soal-soal HOTS: Biasakan diri dengan soal yang tidak hanya menanyakan "apa" tetapi juga "mengapa" dan "bagaimana".
- Mengenal Antarmuka Komputer: Bagi siswa yang belum terbiasa, penting untuk berlatih menggunakan mouse dan keyboard, serta mengenal format soal digital seperti pilihan ganda kompleks atau menjodohkan.
Kesimpulan: Sebuah Langkah Maju untuk Pendidikan Indonesia
Asesmen Nasional, khususnya ANBK untuk jenjang SD, merupakan sebuah terobosan signifikan dalam cara kita mengevaluasi pendidikan. Ia beralih dari penilaian sumatif yang menghakimi menjadi evaluasi formatif yang diagnostik dan membangun. Dengan fokus pada kompetensi literasi-numerasi, karakter, dan kualitas lingkungan belajar, ANBK memberikan potret yang jauh lebih utuh dan bermanfaat.
Pada akhirnya, ANBK bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah kompas. Ia memberikan arah yang jelas bagi setiap sekolah untuk berbenah, bagi setiap guru untuk berefleksi, dan bagi seluruh ekosistem pendidikan untuk bergerak bersama menuju satu tujuan mulia: mewujudkan pendidikan yang berkualitas, merata, dan mampu mencetak Pelajar Pancasila yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan.